Makan siang bersama berjalan dengan sangat menyenangkan. Mereka bercerita dan bernostalgia dengan masa lalu sambil menikmati makanan lezat yang tersaji."Makanan disini sangat enak," puji Clara."Iya Bu, Chef restoran ini bernama Daniel, dia sekarang sedang mengejar Bianca," ledek Mia."Apa..Bianca juga menyukainya?" tanya Clara."Sekarang aku tahu, darimana keusilan Mia itu dia peroleh," ledek Bianca menatap Clara dan Mia."Hahaha," mereka semua tertawa mendengar kata-kata Bianca.Sifat ibu dan anak itu semakin lama memang terlihat semakin mirip. Dan belakangan Bianca juga menyadari, bahwa wajah mereka sebenarnya sangat mirip.Mia melihat jam di pergelangan tangannya, "Ayah, Ibu, maafkan aku. Sepertinya aku harus segera kembali ke rumah sakit. Aku ada pasien yang harus dioperasi satu jam lagi.""Ayo, lagipula kita juga sudah selesai makan siang," ujar Dante setuju.Mereka kemudian beranjak pergi dari ruang VVIP restoran itu. Namun, di dekat pintu keluar sudah ada seorang pria tampan
"Mama, masakan nenek semuanya enak." "Iya dong, nenek memang hebat memasak," puji Dante. "Tante Mia, kenapa tidak jago masak seperti nenek?" gurau Vince. "Ih, kamu anak kecil, bibi cubit nanti pipinya!" ujar Mia gemas. Makan malam hari ini, hiruk pikuk dengan candaan mereka, namun Bianca terjebak dalam pikiran dan lamunannya. Dia sedari tadi lebih banyak diam. Bianca saat ini sedang berdiri termenung di balkon rumah, Brian menghampiri Bianca. "Ada apa? Kamu sepertinya sedang kepikiran sesuatu." Brian memperhatikan Bianca yang sedari tadi tidak fokus dengan obrolan mereka. "Kak, beberapa hari ini Aiden terlihat aneh. Apa mungkin dia mengetahui sesuatu?" "Benarkah? Aneh seperti apa maksudmu?" "Aku curiga kalau dia yang membuat ban mobilku bocor dan kata-katanya juga aneh." Sebenarnya Brian juga merasa kalau Aiden memang bersikap aneh, dia juga tiba-tiba memutuskan pertunangannya dengan Elsa Burch. Tapi dia tidak ingin menambah kekhawatiran Bianca, "Kamu tenanglah, aku akan meny
"Saya menerima Brian Hart sebagai suami saya, bersama dalam suka dan duka selamanya." Mia memasangkan cincin ke jari manis Brian."Saya menerima Mia Miller sebagai istri saya, bersama selamanya dalam suka dan duka." Brian memasangkan cincin ke jari manis Mia."YEYYY!!!" semua tamu yang hadir bersorak atas pengucapan sumpah janji pernikahan Mia dan Brian itu."CIUM, CIUM, CIUM! ARRRGGGHHH!"PLOK PLOK PLOKSemua bertepuk tangan dengan meriah ketika kedua pasangan itu kemudian berciuman."Oke, sekarang saatnya pelemparan bunga tangan dari pengantin wanita!" seru pembawa acara.Sontak para lajang berbaris di bawah panggung untuk menyambut lemparan bunga dari pengantin. Ada kepercayaan bahwa siapa saja lajang yang mampu menangkap karangan bunga pengantin itu, akan segera menikah."Satu_ dua_ ti_GA!" pembawa acara menghitung hingga saat pengantin melemparkan karangan bunga di tangannya."WAAAA!!!"Seorang pria tampan bertubuh tinggi berhasil menangkap karangan bunga itu. Dia kemudian berjal
"Paman tampan!" Vince berlari menghampiri Aiden yang berdiri di gerbang sekolahnya. "Bukan 'Paman'! Panggil aku Papa mulai dari sekarang," ujar Aiden sambil mencubit pipinya dengan gemas. "Benarkah? Tapi kata mama, papaku sudah meninggal." "Apa papa terlihat berbohong? Sini Vince!" Aiden menggendong Vince dan memperlihatkan pantulan dirinya dan Vince di kaca mobil yang terparkir di dekat mereka. "Lihat, bagaimana penampilan kita di kaca itu?" tanya Aiden. Vince sangat cerdas, tentu saja dia memindai dengan baik kemiripan wajahnya dengan Aiden. "Ya, kita memang mirip. Tapi aku harus mengkonfirmasi hal ini dulu dengan mamaku. Kalau mamaku tidak mau mengakui kamu sebagai papaku, maka aku juga tidak. Turunkan aku, atau bahu Paman akan aku gigit." perintah Vince. "Kenapa harus menunggu mama kamu mengakui aku dulu?" tanya Aiden heran. "Mamaku orang yang baik, tidak mungkin dia menjauhkan kita tanpa sebab. Lagipula, beberapa kali aku mendengar obrolan bibi Mia dan paman Bria
Setelah beberapa waktu, kencan Bianca dan Daniel selalu gagal. Namun, Daniel tidak berputus asa. Kali ini Daniel mengajak Bianca pergi berkencan menonton teater drama musikal. "Aku akan menjemputmu pukul 6 sore," terdengar suara Daniel yang bersemangat. "Oke, kalau begitu aku akan bersiap-siap. Sampai jumpa, Daniel." Baru saja Bianca mengakhiri panggilan teleponnya, dan putra kecilnya itu datang naik ke pangkuannya. "Mama akan pergi berkencan dengan om Daniel?" tanya Vince. "Anak kecil, tahu dari mana kata-kata 'berkencan'?" "Aku sudah besar, Ma. Dan aku sering mendengar kata-kata itu." Vince menggerutu dengan pipi tembemnya yang menggembung dan mengempis, terlihat sangat lucu. "Mama mau nonton teater, Vince yang pintar ya di rumah. Main sama kakek dan nenek." "Rumah sepi sekali, bibi Mia dan paman Brian kapan kembali Ma?" "Paman dan bibimu sedang jalan-jalan dan berbulan madu. Mungkin sekitar satu bulan lagi baru mereka pulang. Bianca kemudian berdandan dan bersia
"Ahh... hentikan.. aahh.. tolong hentikan!" tangis Hanna menggema lagi ketika pria itu berada diatasnya lagi memacu hasratnya yang seolah tidak ada habisnya."Berhenti? Haruskah aku berhenti? Apa kamu masih ingin melanjutkan untuk berpura-pura tidak mengingatku?" Aiden menggerakkan pinggangnya dengan kasar sehingga Hanna kesakitan."Tuan... aku mohon... aahh.. aku bukan Alena!"Entah sudah berapa hari Hanna menjadi tawanan dan pelampiasan nafsu bejat pria ini yang bernama Aiden Bradley. Dia bahkan tidak dapat melihat terang dan gelap di tempat ini.Bahkan tangan dan kakinya dirantai seperti hewan peliharaan."Aaggghh... sakiiittt...." Hanna berteriak kesakitan karena Aiden menggigit dadanya."Isteriku tersayang, sebegitu bencikah dirimu padaku sampai kamu harus merubah wajahmu dan berpura-pura tidak mengingatku Alena?""Sudah berapa kali kukatakan padamu, aku bukanlah Alena Hart. Namaku Hanna Miller huhuuuu...." Hanna berkata dengan putus asa sambil menangis.Hanna tidak tahu, mengapa
Aiden telah menunggu selama 20 menit di meja makan dan Hanna belum juga datang."Mengapa dia lama sekali?" gumamnya gelisah.Aiden kemudian beranjak dari meja makan dan berjalan menuju kamar yang dulunya adalah miliknya dan Alena.Ketika membuka pintu dia terkejut melihat Mira pingsan dan tergeletak di lantai. Matanya melihat sekeliling dan dia tidak menemukan sosok Hanna."Mira! Mira!" ujar Aiden sambil menepuk-nepuk pipi dan pundak Mira.Mira perlahan mulai membuka matanya dan ketika dia tersadar penuh dia berkata dengan gugup dan gelisah."Tuan, maafkan saya, saya telah lalai. Tadi Nyonya meminta obat untuk mengobati luka lecet di pergelangan tangan dan kakinya. Kemudian... kemudian saya merasa seperti sesuatu menyengat di kulit telinga saya dan tiba-tiba penglihatan saya gelap Tuan.""Pengawal! Pengawal!" teriak Aiden memanggil."Ya, Bos!" para bodyguard Aiden kemudian datang."Segera kejar dan temukan Hanna!""Siap, Bos!""Sial, aku baru saja menemukanmu dari persembunyian setela
Memasuki musim semi, harum aroma bunga tercium dimana-mana. Kampus Universitas Harvard sedang mengumpulkan orang-orang terkenal di bidang pengetahuan teknologi.Hari ini salah satu dari orang terkenal tersebut adalah Hanna Miller. Hanna saat ini adalah seorang dokter ahli bedah jantung ternama di dunia dan dia akan hadir disana untuk memberikan seminar.Layar besar elektronik di alun-alun kampus menampilkan tulisan, "Seminar Hari Ini Bersama Profesor Dokter Hanna Miller", kemudian menampilkan video tayangan seorang wanita cantik yang mengenakan baju dokter dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku bajunya.Tidak ada ekspresi lebih pada wajahnya. Wajahnya yang tenang tampak dingin, elegan, dan sombong.Tidak lama kemudian datang sebuah mobil Cadillac berwarna merah. Mobil ini berhenti tepat di depan kerumunan reporter Amerika dan asing.Para reporter mengangkat kamera bersiap mengabadikan sosok yang sudah mereka nantikan.Pintu belakang mobil perlahan terbuka dan memperlihatkan sepatu