Bang Okta kaget AisyahSementara Erik menatap ke arah wanita itu, karena Aisyah mengenal pria yang sedang duduk sambil menatap dirinya. "Kamu kenal sama dia, Aisyah?" tanya Erik."Jelas kenal, dia itu anak temennya dari Mama dan Papa," jawab Aisyah. Kemudian dia melangkah mendekat ke arah Okta."Bang Okta di sini?" tanya Aisyah sambil duduk di hadapan pria itu.Belum juga Okta menjawab Mama Rani sudah datang sambil membawa teh hangat. "Eh ... ada tamu. Aisyah, tadi Okta ke kantor kamu, tapi kata satpam kamu udah pulang."Aisyah menatap ke arah Okta, dan pria itu pun menganggukan kepala. "Iya, tadi aku ke kantor tapi kamu udah pulang. Aku pikir kamu udah sampai rumah dan aku mau memastikan, ternyata belum, jadi aku menunggu kamu di sini," jelasnya."Aduh ... aku jadi nggak enak nih." Aisyah tersenyum canggung namun tatapan Okta sejak tadi mengarah kepada Erik."Oh iya, dia siapa, Syah?" tanya Okta."Oh ... ini Erik temen kuliah aku dulu. Erik kenalin, ini Bang Okta," jawab Aisyah.Kemu
Happy reading .....Sudah seminggu lamanya tidak ada kabar dari anak buah Okta tentang peneror tersebut. Aisyah pikir mungkin saja peneror itu sudah lelah."Aku hari ini ada jadwal meeting di cafe, sebaiknya aku ke sana sekarang daripada nanti aku terlambat," gumam Aisyah sambil melihat jam yang melingkar di tangannya, sebab meeting akan diadakan jam 08.00 pagi."Mah, Pah, Aisyah nggak sarapan ya soalnya ada meeting pagi nih. Nanti aja sekalian sarapan di sana.""Ya sudah, kalau gitu kamu hati-hati di jalan ya," ucap Mama Rani.Aisyah mengangguk, lalu dia mencium tangan kedua orang tuanya. Dan saat wanita itu keluar dari rumah hendak menaiki mobil, tiba-tiba tatapan Aisyah terpaku saat sudah ada dua orang yang dia kenal."Loh ... Erik! Bang Okta! Kalian di sini kok nggak ngabarin aku dulu?" tanya Aisyah dengan kaget."Iya sengaja, mau ngasih surprise," ucap Okta. Kemudian dia berjalan ke arah Aisyah. "Ini ..." Pria itu menyerahkan bunga mawar kepada Aisyah."Ini untuk aku, Bang?" tany
Happy reading ....Papa Agam menatap lekat ke arah Okta seperti ada sesuatu hal yang mengganjal di hatinya dan itu semakin membuat Okta penasaran."Begini ... apakah beberapa hari ini ada yang meneror Aisyah? Apa kamu sudah mencari tahunya?" tanya papa Agam dengan tatapan lurus ke arah Okta.Pria itu sangat terkejut saat mendengar jika Papa Okta mengetahui tentang peneror itu. Dia berpikir, apakah Aisyah sudah memberitahukan tentang hal itu kepada orang tuanya?"Apa Aisyah memberitahu Om dan tante tentang teror itu?" tanya Okta dengan tatapan menyipit.Papa Agam menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tapi om mengetahui semuanya, sebab om selalu memantau hari-hari Aisyah," jawab Papa Agam dengan tenang.Okta mengangguk paham, "Tapi Om, anak buah saya belum menemukan siapa pelakunya, dan dari pantauannya beberapa hari ini sepertinya bukan mantan suaminya?""Kamu benar, memang bukan mantan suaminya yang melakukan itu," ujar Papa Agam sambil meminum tehnya."Hah! Jadi benar Om. Terus siapa Om?"
"Caranya sangat gampang, yaitu nomor Aisyah kan tertera di pengadilan," ujar Papa Agam.Okta membulatkan mulutnya bersamaan dengan Mama Rani, mereka bahkan tidak kepikiran sampai sana. "Jadi dia mengambil nomor Aisyah? Apakah pak Bagas tahu?""Tidak, Pak Bagas tidak tahu," jawab Papa Agam."Tapi motif dari mantan mertua Aisyah apa hanya karena uang, Om?""Kamu benar Okta. Manusia seperti mereka hanya akan ada uang saja di otaknya, apalagi mantan mertua Aisyah kan sangat matre. Om sudah menyiapkan sebuah rencana untuk memberikan mereka pelajaran. Tadinya Om tidak ingin memberikan mereka pelajaran yang begitu berat karena kasihan juga. Walau bagaimanapun mereka pernah menjadi keluarga dari Aisyah," jawab papa Agam sambil menghela nafas dengan pelan."Memangnya apa rencana Om?" tanya Okta yang penasaran.Kemudian Papa Agam membisikkan rencananya kepada Okta dan juga Mama Rani, membuat kedua orang itu mengangguk paham, dan mereka setuju dengan apa yang sudah direncanakan oleh Papa Agam..
Happy reading .....Wanita yang di belakang Melly pun mendekat sambil tersenyum miring. Aisyah memutar bola matanya dengan malas karena dia tahu siapa wanita tersebut."Dari mana kamu tahu kantorku?" tanya Aisyah sambil duduk di kursi dan melipat tangannya di depan dada.Wanita itu malah berjalan mengitari ruangan Aisyah, melihat-lihat. "Tidak penting aku tahu dari mana kantormu, tapi tidak kusangka ternyata calon istrinya Okta itu seorang CEO di sinis," jawab wanita itu dengan sinis."Jangan berbasa-basi, tujuanmu ke sini apa? Aku tidak mempunyai banyak waktu, kerjaanku masih sangat banyak."Wanita yang tak lain adalah Kanaya mendekat ke arah Aisyah, tangannya menopang kemeja dengan tubuh yang dicondongkan. "Aku hanya memintamu untuk meninggalkan Okta, kemudian dia membuang pandangannya. Tidak perduli mau kau CEO atau bukan kau tinggalkan Okta sekarang!"Aisyah malah terkekeh, dia merasa lucu dengan sikap wanita yang berada di hadapannya. "Kau mintaku untuk meninggalkan Bang Okta? Me
Happy reading.....Sesuai dengan ucapan Aisyah. Malam ini ia akan pergi dengan Okta. Wanita itu juga sudah menghubungi Okta, tetapi Aisyah tidak mengatakan jika di sana mereka akan bertemu dengan Kanaya.Setelah selesai Aisyah pun turun menuju lantai bawah, di mana saat ini Okta sedang menunggunya. "Maaf ya lama," ucap Aisyah "Nggak papa, santai aja, ayo kita berangkat!" ajak Okta.Aisyah mengangguk, kemudian dia berpamitan kepada Mama Rani dan juga Papa Agam.Di dalam mobil Aisyah terdiam memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Kanaya, kemudian dia melirik ke arah Okta. "Oh iya Bang, Aapa boleh aku bertanya sesuatu?""Soal apa itu?" Okta menatap ke arah Aisyah sekilas, kemudian dia menatap jalanan kembali karena saat ini pria itu sedang menyetir."Semisal Abang bertemu dengan mantan Abang kembali yang bernama Kanaya itu, apakah Abang akan balikan sama dia? Maksudku ... apa Abang masih mempunyai rasa sama dia?"Mendengar pertanyaan dari Aisyah Okta melihat dengan tatapan menyipit. "M
Okta langsung mendorong tubuh Kanaya, dia merasa tak enak kepada Aisyah, namun wanita itu malah dengan santai memakan makan malamnya.'Ap Aisyah tidak cemburu sama sekali?'batin Okta."Aaakh!" Lagi-lagi Kanaya menjerit dia berpura-pura untuk keseleo membuat wanita itu hampir limbung."Sepertinya kakiku keseleo," ucapkan Kananya saat Okta menangkap tubuhnya."Aisyah ... kita pulang sekarang yuk! Rasanya selera makanku sudah hilang," ajak Okta."Tapi kan Bang, makanan kamu belum habis?" tanyanya sambil melirik ke arah makanan Okta yang baru habis sedikit."Ya, tapi aku sudah tidak lapar," jawab Okta dengan tersenyum tipis kemudian dia pergi dari sana."Oke, tunggu. Bagaimana dengan aku? Kakiku kan keseleo?" teriak Kanaya."Kau urus aja sendiri. Lagi pula kau ke sini bisa berjalan bukan? Kakimu hanya keseleo, sedangkan yang satunya masih bisa digunakan," jawab Okta dengan cuek."Tapi aku tidak bisa berjalan Okta, kakiku sakit." Kanaya mencoba untuk bangkit, terus dia pura-pura jatuh ke l
Sejak dalam perjalanan Aisyah hanya diam saja, dia tidak berani bertanya kepada Okta, karena Aisyah merasa tak enak sebab telah mengundangkan Ayah makan malam."Kenapa kamu mengundangnya?" tanya Okta saat beberapa menit mereka terdiam.Aisyah menggigit bibir bawahnya. "Maaf ya Bang kalau aku mengundang dia tanpa sepengetahuan Abang." Kemudian Aisyah pun menjelaskan tentang kronologi Kanaya datang ke kantornya dan memberikan ancaman Terdengar helaan nafas dari pria yang berada di sampingnya. Aisyah tahu jika mungkin Okta kecewa kepadanya, tapi mau bagaimana lagi."Lain kali jangan seperti itu. Aku sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan dia, apapun yang dia katakan dan apapun yang dia minta, abaikan saja. Wanita itu hanya terobsesi denganku, padahal dulu dia yang meninggalkanku dan menyakitiku, tapi sekarang dia yang malah mengejar-ngejar diriku. Mungkin memang benar arti sebuah penyesalan, jika selalu datang di akhir.""Kalau di awal namanya pendaftaran dong?" timpal Aisyah sambil