Share

Bab 5

Shania mengirim pesan pada Leonard agar tidak mendatangi rumah sakit untuk seminggu terakhir ini karena dia takut Steven nekad mengganggu Leonard.

Apalagi, yang paling Shania takuti adalah rencananya bersama Leonard terbongkar dan Steven yang mengacaukannya. Oleh itu, Shania memilih untuk lebih baik berhati-hati.

Sementara, di tempat Leonard. Dia mulai merasa pusing, bagaimana harus menjalani tanggungjawabnya terhadap Shania jika dia tidak menemui Shania.

"Tuan Cristo, maaf kali ini mungkin aku sedikit gagal tapi ke depannya aku akan menjaga dan melindungi Shania sesuai dengan janji dan sumpah yang pernah aku katakan," ucap Leonard.

Seminggu tidak menemui Shania adalah waktu yang sangat lama. Dia masih ingat ketika dirinya dikirim ke luar negara untuk melanjutkan kuliahnya.

Setelah Leonard berhasil, dia dikagetkan dengan berita bahwa mendiang ayah Shania sedang sekarat di rumah sakit. Setelah itu, Leonard benar-benar seperti orang yang hilang arah tuju apalagi mendiang ayah Shania lah yang mengadopsinya secara diam-diam dari dunia luar untuk membantu di masa depan.

Leonard harus tinggal terpisah dengan Shania dan nyonya Natalia. Hingga nyonya Natalia menemuinya sebelum benar-benar jatuh sakit.

"Leo, kau harus membantu Shania ke depannya. Lindungilah Shania seperti kau melindungi dirimu," pesan Natalia yang merupakan ibu Shania.

Ucapan Natalia masih terngiang-ngiang di dalam pikiran Leonard. Rasa bersalah dan menyesal bermunculan.

"Aku harus lakukan apa? Shania-Shania ... maafkan aku yang tidak bisa lakukan apa-apa," ucap Leonard lirih.

Memang untuk berurusan dengan pria kaya, Leonard juga harus lebih kaya, biar bisa melindungi diri.

***

Shania menatap wajah sang ibu yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dia tersenyum dan mulai membayangkan sang ibu memeluk dirinya dengan begitu erat dan hangat.

"Ibu, cepat sembuh ya. Nia, benar-benar rindukan ibu," ucap Shania lirih.

Air mata Shania mengalir membasahi pipi mulus Shania. Selang berapa menit, Shania ikut tertidur di pinggir ranjang sang ibu.

Seorang pria masuk ke ruang inap ibu Shania dengan pakaian dokter dan menggunakan masker. Hal itu tidak di sadari oleh Shania, mungkin karena kelelahan Shania tertidur begitu pulas.

Pria itu menyuntik sebuah cairan pada selang infus ibu Shania dan menitikkan beberapa tetes pada air yang berada dalam gelas di atas nakas bersebelahan dengan Shania.

Selesai melakukan hal itu, pria itu keluar dengan santai. Tidak ada jejak yang dia tinggalkan kecuali jejak cctv, namun pria itu tidak khawatir sama sekali karena wajahnya benar-benar tertutup dan tidak mencurigakan.

Ponsel kentang Shania berbunyi dengan begitu kuat, membuat Shania kaget dan sadar dari tidurnya.

Shania segera mengambil ponselnya lalu menatap ke arah layar, ternyata Steven yang menelepon dirinya. Shania segera menjawab.

"Kau di rumah sakit bersama siapa?" tanya Steven basa basi dari seberang sana.

"Sama ibu," jawab Shania singkat.

"Kekasihmu ke mana? Apa kau sudah memutuskannya?" tanya Steven lagi.

"Kenapa harus memutuskan, kalau aku tidak punya kekasih," sahut Shania.

"Penipu, kau pasti belum memutuskan pria itu! Aku bagi kau waktu sejam kau harus putuskan dia dan kirim bukti pada aku bahwa kalian sudah putus!" tegas Steven lalu mematikan panggilan secara sepihak.

Shania menghela napas berat. Dia pun menelepon ke nomor Leonard.

"Helo, Leo," ucap Shania lebih dulu ketika Leo menjawab panggilannya.

"Iya Shania, ada apa?" tanya Leonard dari seberang sana.

"Kita main akting-akting yuk," ajak Shania.

"Hah? Maksudnya bagaimana?" Leonard bingung.

"Aku akan mengirimmu pesan, kita putus dan kau harus balas kenapa, terus aku akan balas aku sudah nikah. Terus kau jangan balas lagi ya dan misi akting-akting kita selesai," jelas Shania sambil tertawa geli.

"Heh, apa mau aku tambah kata-kata manis?" sahut Leonard.

"Bisa juga, ha ha ha! Aku mau lihat responnya bagaimana, tetapi aku yakin dia pasti akan menemui kau Leo ... aku khawatir kau kenapa-kenapa," ujar Shania diakhiri dengan suara lirih.

"Aku akan baik-baik saja Shania. Jangan khawatir, jika dia menemuiku aku akan bawa dia bersaing ha ha ha! Biar kayak bener aja," ucap Leonard masih tertawa geli.

"Hmm," gumam Shania, "selalu berhati-hati di mana kau berada, Leo," pesan Shania.

Beberapa menit kemudian mereka mengakhiri panggilan lalu memulaikan rencana mereka tadi dengan berpura-pura berbalas pesan. Setelah selesai Shania menangkap layar pesan itu lalu mengirimkan pada Steven.

Di tempat Steven, dia tersenyum puas karena Shania mengikuti ucapannya. Namun, ada yang menjanggal pada dadanya ketika membaca pesan dari Leonard kepada Shania.

"Sean! Cepat temukan pria ini, aku akan menjelaskannya lebih detail lagi!" teriak Steven dengan kesal.

"Cinta? Sayang? Aku akan menghabisi kau jika kau masuk campur antara aku dan Shania!" gerutu Steven yang masih kesal.

Sean menatap Steven dengan dahi yang mengerut, dia merasa aneh kenapa Steven terlihat kesal dengan Leonard.

'Jangan-jangan Tuan terbawa perasaan,' batin Sean lalu dia segera menggelengkan kepalanya.

***

Di lobi sebuah hotel mewah. Terlihat Leonard baru saja tiba dan mulai memasuki lobi tersebut. Leonard di sambut oleh salah satu pelayan hotel dan dituntun menuju ke tempat yang dia tuju.

Setelah tiba, di sebuah ruangan vip. Leonard memasuki ruangan itu dan.menemukan sosok seorang pria yang berbuat janji temu dengannya.

"Silakan duduk, Tuan Leonard," tawar pria itu.

"Terima kasih, Tuan Steven," sahut Leonard.

Ternyata pria yang membuat janji ingin bertemu Leonard merupakan Steven.

"Steven saja cukup," ujar Steven dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Baiklah, kalau begitu kau juga bisa memanggilku Leo saja," jawab Leonard tersenyum.

Steven hanya tersenyum tipis, dia pun tanpa basa basi mengeluarkan cek bernilai 5 miliar dollar dan meletakkannya di atas meja. Lalu digesernya ke arah Leonard.

Sementara, Leonard tidak sedikit pun menyentuh cek itu. Dia belum tahu tujuan apa pria di hadapannya ini ingin bertemu. Terlebih, Leonard juga belum mengetahui bahwa Steven merupakan suami dadakan Shania.

"Ambillah cek ini, kau pasti memerlukannya," ujar Steven dengan wajah sombong.

"Maaf, tetapi aku tidak tahu alasan kau apa, tiba-tiba memberi ku cek ini." Kini Leonard membalas tatapan Steven dengan lebih intens.

'Ada sesuatu yang aneh!' batin Leonard.

Bukan menjelaskan kebingungan Leonard, Steven malah tertawa kecil dengan wajah yang mengejek.

"Bukankah perusahaan kau membutuh biaya?" tanya Steven kemudian.

"Sangat membutuhkan, tetapi tidak dengan cara seperti ini," jawab Leonard. "Terus terang saja, apa maksud kau dengan memberi aku cek uang ini? Atau jangan-jangan kau ingin menjadikan aku kambing hitam?" lanjut Leonard kemudian.

Steven masih betah menatap Leonard, sebenar sempat merasa cemburu karena wajah Leonard memiliki tipe yang diminati para gadis-gadis di luar sana.

Namun, Steven berpura-pura terlihat biasa saja. Jangan sampai rencana gagal.

"Baiklah, aku akan beritahu," jawab Steven, "jauhi Shania, istri aku!" lanjutnya kemudian.

"Hah?"

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status