Selamat membaca!
"Yo bro!" teriakan suara pria nyaring masuk ke dalam ruangan sahabatnya.
"Hai Dav!" balas Nando santai menoleh ke arah pintu."Gimana nih?"Dava bertanya menggoda, menaik turunkan kedua alisnya bergantian."Gimana apanya?"Itu, rasa pernikahan." senyum penuh arti dari Dava."Ngomong apa sih lu Dav." cengir Nando merasa geli dengan pertanyaan sahabat gesreknya."Hei, ayolah sobat, bagi pengalaman tentang kehidupan pernikahanmu. gue kepo nih!""Kalau lo mah gak usah di ragukan lagi, lo kan manusia terkepo akut di muka bumi ini." ejek Nando membuat Dava tergelak."Eh Ndo, lo tahu gak? sekitar seminggu yang lalu Metha berhenti bekerja.""Gak tahu gue Dav, kan gue ambil cuti libur pasca menikah.""Nah, sekarang gue mau kasih tahu lo sesuatu." Dava mendekati Nando seraya berbisik."Gue denger-denger, Metha hamidun. alias hamil duluan.""Astaga Dava! ngucap lo. apaan sih lo gAisyah turun dari taksi dan membayar ongkosnya, ia menatap gedung tinggi di hadapannya dengan senyum yang mengembang.Segala sesuatunya sudah ia persiapkan dengan mulus, dan ia berharap siang ini ia mendapatkan kepuasan yang sudah di dambanya."Nando, aku datang menemuimu sayang." ucapnya senang.Sebelah tangannya menenteng sesuatu, seperti bekal makan siang.Aisyah masuk ke dalam kantor milik keluarga Wicaksana, Aisyah menghampiri meja resepsionis."Selamat siang mbak,""Siang nyonya." sapa balik resepsionis itu menatap Aisyah dari atas ke bawah."Apakah saya bisa bertemu dengan Nando?""Pak Arnando Wicaksana maksudnya?" Aisyah mengangguk."Sudah buat janji sebelumnya?" Aisyah menggeleng."Bilang saja, orang rumahnya datang ingin menemui.""Baik, sebentar saya hubungi dulu nyonya.
Aisyah sampai di rumah Nando dengan perasaan yang amat kesal. apa yang ia bayangkan tak sesuai kenyataan."Assalamualaikum," Aisyah mengucap salam membuka pintu rumah Nando.Sepi! kemana semu orang? pikir Aisyah bertanya-tanya.Aisyah berjalan ke seluruh ruangan di rumah itu, langkahnya terhenti saat mendengar suara tawa riang anaknya. suara tawa itu berasal dari arah dapur.Aisyah terbelalak melihat Ayesha anaknya tengah bersama Kia di dapur."Assalamualaikum," ucap Aisyah otomatis membuat Kia dan Ayesha menoleh ke belakang."Waalaikumsalam." jawab keduanya bersamaan."Ibu!" Ayesha berjalan menghampiri ibunya."Ibu darimana saja?" tanya Ayesha mendongakkan kepalanya menatap Aisyah."Ehm, ibu--" Aisyah tergugu ingin mengatakan alasan apa pada putrinya.Sambil memikirkan alasan apa yang akan ia katakan, sorot m
"Sayang?""Iya mas?" tanya Kia pada suaminya.Saat ini mereka berdua tengah berbaring di ranjang, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam."Kamu tahu tidak, tadi siang Aisyah datang ke kantor.""Apa mas?" kaget Kia, spontan wanita itu bangkit dari rebahannya."Mas bilang, Aisyah datang ke kantor?" ulang Kia bertanya yang kini sudah dalam posisi duduk di ranjang menghadap sang suami."Iya sayang, Aisyah datang ke kantor sambil membawa bekal makan siang untuk mas dan papa."Hati Kia terasa sesak mendengar cerita suaminya."Terus mas?""Iya dia masuk ke ruangan mas buat kasih bekal makan siang itu, dan--""Dan apa mas?" tanya Kia penasaran karena Nando menggantungkan kalimatnya."Maafin mas ya, mas sempat ngelakuin kesalahan karena gak sengaja peluk Aisyah dari belakang." akui Nando jujur pa
"Dimana Aisyah dan Ayesha?" taya Nella saat tak melihat ibu dan anak itu ada di ruang makan untuk sarapan.Semua orang tertegun mendengar pertanyaan Nella."Tidak tahu ma, dari waktu Kia bikin sarapan tadi Aisyah juga ada di dapur. tapi tak lama setelah itu dia kembali ke kamarnya. kalau gitu Kia panggil mereka dulu ya." Kia bangkit dari duduknya.Tepat saat Kia berdiri, saat itu juga ia melihat Aisyah turun dari tanggan dengan sebelah tangan yang menggeret kopernya. sebelah tangannya lagi menggenggam tangan Ayesha, ia seret koper itu hingga tangga terakhir.Semua orang terpaku menatap ke arahnya, terutama Rasyid dan Nella tercengang melihat keponakan tercinta."Aisyah, apa maksudnya ini?" tanya Nella.Aisyah menghapus air matanya yang terus mengalir deras, dengan mata yang sembab Aisyah menatap nyalang Kia."Bunda tanyakan saja pada menantu tercinta bunda ini!" uca
"Kia, aku bilang minta maaf sama Aisyah." sekali lagi Nando menyuruh Kia untuk meminta maaf pada Aisyah.Mata Kia menatap tepat ke manik mata hitam milik Nando, memastikan jika pria yang menyuruhnya untuk meminta maaf ini ialah suaminya."Mas, lebih percaya pada ucapan wanita ini?" tanya Kia menunjuk Aisyah."Kia!""Berhenti membentakku!" teriak Kia tak tahan lagi.Sudah cukup!"Aku tidak akan meminta maaf padanya, bukan aku yang salah." ucap Kia menggelengkan kepalanya.Tanpa banyak berkata lagi, Kia pergi dari situ."Kia!!" jerit Nando memanggil namanya seraya mengikuti Kia.Sambil terus masih memukuli dadanya, diam-diam Aisyah tersenyum tipis. sangat tipis."Kita lihat permainan ini, semakin seru saja saat melihat suami dan istri bertengkar. fiuhhh! kau memang wanita yang licik Aisyah, hahaha." ucap batin Aisyah
"Bibi Yati ingin ke pasar ya?" tanya Aisyah ceria."Iya non Aisyah, kenapa ya?" tanya balik bi Yati"Aisyah boleh ikut gak?""Aduh non, jangan!" tolak bi Yati."Kenapa bi?""Nanti nyonya Nella sama tuan Rasyid marah lagi.""Oooh itu, gak usah khawatir bi. kalau gitu Aisyah minta izin dulu ya, baru kita ke pasar." dengan semangat penuh Aisyah meminta izin pada Nella untuk ke pasar."Bunda, Aisyah mau ikut bi Yati ke pasar, boleh ya bun?" pinta Aisyah sendu."Boleh saja, tapi cuaca saat ini sangat panas sekali nak.""Ah gak apa-apa bunda." Aisyah masih tetap membujuk Nella."Ya sudah, pergilah.""Terima kasih bunda." Aisyah mencium punggung tangan kanan dan kedua pipi Nella.Setelah mendapatkan izin baru Nella, Aisyah dan bi Yati pun pergi ke pasar. Kia melihat keper
"Aisyah, ini salah." lirih pria itu berkata pada istrinya agar segera sadar."Tidak, tidak! ini benar, ya ini benar." ucapnya menggelengkan kepala kuat.Lalu setelahnya Aisyah tertawa kencang, terbahak-bahak nyaris seperti orang gila di jalanan. pria itu meradang menyaksikan sosok wanita yang begitu ia cintai seperti ini, hatinya begitu terluka."Ini mengasyikan, hei ayolah suami bodohku. seharusnya kau mendukung istri cantik mu ini, bukankah begitu?" serunya tersenyum ceria."Hhhh, sebaiknya kau makan dulu." Aisyah melangkah mendekati pria itu, membuka sesuatu di dalam tas yang ia bawa.Ternyata Aisyah membawa makanan untuk pria itu berupa nasi bungkus yang ia beli di warung pinggir jalan tadi."Kenapa kau melihatku seperti itu? apa kau sudah sangat lapar huh?" tanya Aisyah sinis."Ini, makanlah!" Aisyah menyodorkan nasi bungkus yang sudah di bukanya.
Malam harinya...Kia masih mendiami Nando dari saat pria itu pulang kerja sore tadi. tampak jika Kia masih merasa kesal akan sikap suaminya tadi pagi. bagaimana sikap dan ekspresi Nando yang membentak dan tak memperyai ucapannya.Berulang kali juga Nando berusaha mencairkan suasana di antara mereka, tapi Kia terkesan banyak diam dan bicara seadanya. di kamar, mereka terlihat seperti orang yang sedang berperang"Kia...." panggil Nando lirih."Ya?" tanya Kia tanpa mau repot-repot melihat ke arah Nando."Apa kamu masih marah sayang?" tanyanya hati-hati."Tidak!" sangkal Kia cepat."Kalau tidak marah, lalu kenapa kamu seakan menghindariku sayang?""Menghindari? tidak, biasa saja."Nando yang merasa gemas pun memegang lengan Kia dan membalikkan badannya."Tatap mataku sayang." pinta Nando menyuruh Kia m