Hari ini adalah jadwal Nayla untuk kembali check up. Awalnya dia ingin memberitahu Ferry namun, malah terjadi sesuatu yang mengakibatkan dirinya tidak jadi memberitahu Fery. Lagi pula dia sudah tidak memiliki lagi hasrat untuk sembuh mungkin kematian adalah solusi terbaik untuk saat ini.Hatinya masih terasa sakit mengingat kejadian tadi, ia merasa hidup dengan orang lain, merasa hidup sendiri. Suaminya berubah dan dirinya yang menyebabkan ini semua.Saat ini Nayla tengah berjalan sendiri di tengah teriknya matahari. Dia sengaja tidak membawa sopir, ia ingin menyendiri mengikuti ke mana langkah kakinya melangkah.Sepanjang perjalanan Ia hanya bisa menangis, dia tidak peduli meskipun orang lain memperhatikannya. Sungguh dia tidak peduli jika orang mengangap dirinya gila sekalipun.Sorot matanya terlihat kosong namun, tubuhnya sesekali bergetar karena sesegun menangis. Andai saja dirinya memiliki keluarga lengkap, mungkin di saat ada masalah seperti ini pelabuhan terakhirnya adalah kelu
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Dilalui dengan keheningan, Dokter Raka yang sibuk menyetir dan Nayla yang sibuk melamun seraya tatapan matanya melihat ke arah jendela. Sekilas Raka melirik ke arah Nayla, ia merasa jika tengah terjadi sesuatu pada Nayla. Sebagai dokter yang akan menanganinya, tentu dia harus tahu tidak boleh ada sesuatu hal yang mengganggu masa pengobatannya. Jika seandainya ada, maka dia harus mencari jalan keluarnya harus mencari solusinya.Bukan tanpa Alasan suasana hati dan pikiran, sebenarnya mempengaruhi kesehatan. Dan Raka ingin yang terbaik untuk pasiennya. Maka dia selalu berkata pada setiap pasiennya bukan hanya kepada Nayla saja agar mereka tidak boleh stress. Mereka harus bahagia, mereka harus melepaskan semua bebannya tapi tetap ingat pasrahkan semuanya kepada Allah."Kenapa sih dari tadi kamu diam? Jika kamu diam seperti ini maka kita tidak akan cepat akrab loh dan selamanya akan merasa canggung." Tutur Dokter Raka saat Nayla hanya diam.Mende
Di pemeriksaan kali ini dokter Raka lah yang menangani semuanya. Karena mulai sekarang dan seterusnya dokter Samuel tidak akan kembali ke rumah sakit karena pensiun.Beruntung dokter Raka adalah tipe yang mudah beradaptasi, hingga Nayla merasa tidak canggung. Seolah-olah mereka sudah kenal lama. Bahkan mereka sepakat untuk berbicara tidak terlalu formal. Seperti biasa saat melakukan check up, Nayla harus berperang dengan rasa takutnya pada jarum suntik. Biasanya saat dokter menyuntikkan obat maka ia akan bersembunyi di bawah ketiak suaminya.Sekarang? Sudah dua kali pemeriksaan ia tidak pernah ditemani Fery. Alhasil saat dokter akan menyuntikkan obat dibagian tubuhnya. Ia akan memejamkan mata seraya memegang apa pun yang ada didekatnya dan mendadak jadi tegang.Kali ini Nayla melakukan hal yang sama, ia memejamkan mata seraya berpegang pada lengan dokter Raka. Tentu saja hal ini membuat dokter Raka kesulitan untuk menyuntikkan obat."Nayla rileks jangan tegang seperti ini?" Ujar dokte
Sesuatu yang Fery lihat adalah istrinya tercinta. Awalnya ia ingin keluar dari mobil, namun urungkan dirinya memilih melihat dari jarak jauh, sang istri tengah menggendong seorang bayi.Fery dapat melihat dengan jelas wajah berbinar di wajah sang istri. Tiba-tiba hatinya terasa teriris. Memiliki bayi adalah harapan istrinya sejak dulu. Tapi ... kini harapan itu seolah-olah kandas, seolah-olah terkikis tidak ada lagi harapan untuk bisa memilikinya.Tak terasa air mata Fery luluh, ia paling tidak tega jika melihat istrinya menggendong seorang bayi. Lalu ia teringat akan perlakuannya pada Nayla dengan penyesalan ia mengusap wajahnya.''Maafkan aku Nayla. Maafkan. Bukan maksudku berbuat kasar sama kamu. Harusnya Mas bisa ngontrol diri," ujarnya seraya terus menatap sang istri.Padahal ia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menyakitinya. Fery terus saja memperhatikan istrinya dari jarak jauh. Sejenak ia melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 3 sore."Kenapa dia keluar gak
Pulang dari rumah sakit, Nayla terlebih dahulu mampir ke tempat pedagang kaki lima, yang menjajalkan makanan favoritnya. Selain itu juga, Nayla selalu merasa betah karena di sana pemilik lapak memiliki seorang bayi perempuan yang baru berusia dua bulan. Nayla senang karena bisa merasakan menggendong dan mengajak bermain bayi."Neng ini bayinya lucu banget, cantik pula. Jadi mau satu kaya gini." Ujar Nayla seraya menatap gemes.Siti, ibu muda si penjual angkringan itu tidak tahu jika Nayla sakit hingga dari mulutnya keluar kalimat yang membuat Nayla mengingat kenyataan. Jika dirinya tidak bisa mengandung, atau mungkin bisa cuma tidak tahu kapan waktu itu tiba."Makanya Kak cepat nyusul. Siti tahu orang kaya seperti ibu itu kebanyakan nunda dulu kehamilan, padahal menurut Siti lebih baik punya anak satu dulu setelah itu baru pakai ..... "Siti menggantung ceritanya saat tak sengaja penglihatannya melihat perubahan ekspresi pada wajah Nayla. Seketika Siti merasa bersalah. Apa mungkin
Fery sudah hampir 3 jam menunggu Nayla. Namun, orang yang ia tunggu tidak kunjung pulang. Fery gelisah apalagi dihubungi beberapa kali handphone-nya tidak kunjung aktif. Padahal Fery yakin tadi saat dirinya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu Nayla seperti hendak pergi dari sana, tempat Nayla membeli makanan favoritnya.Santi dan Siska si duo racun itu terus menatap Fery. Ada tatapan penuh benci dari sorot mata keduanya. Bukan benci pada Fery melainkan benci terhadap sikap Fery yang begitu perhatian pada Nayla. Siska terus saja menggerutu serta memaksa pada Santi agar secepatnya mengambil hati Fery. Bagaimana pun caranya Siska ingin sekali menyingkirkan Nayla dari hidup Fery. "San, cepatlah ambil hati Fery. Ibu sudah muak dengan drama yang selalu diperlihatkan anak ibu sama istri kesayangannya itu." Ujar Siska dengan nada bicara yang benar-benar muak."Butuh proses, Bu. Setidaknya Nayla punya waktu tiga tahun hidup bersama mas Fery. Sedangkan aku? Baru beberapa hari, mmm tiga ha
Nayla bahagia karena sikap Fery kembali seperti dulu lagi. Perhatian bahkan tidur kembali di kamarnya meski terkadang ia meminta Fery untuk tetap berbuat adil. Karena sekarang istrinya bukanlah dirinya saja melainkan ada Santi juga.Semenjak hubungannya dengan Fery membaik. Kebencian Siska dan Santi semakin besar saja. Bahkan keduanya sering menunjukkan secara terang-terangan. Saat tidak ada Fery mereka kasar, baik sikap maupun kata-katanya. Nayla mencoba untuk bersabar. Dalam menghadapi Santi dan Siska. Meskipun berulang kali tersakiti tidak pernah sekalipun Nayla dendam. Karena menurutnya ini masih dibatas wajar. Namun saat mereka bertindak jauh dan merugikan dirinya jangan harap dia diam saja. Dia akan memberontak karena ia bukanlah perempuan lemah.Oke, sekarang dia diam. Diam bukan berarti kalah apalagi menyerah. Dia hanya mencari waktu dan memberi kesempatan pada keduanya kalau-kalau mereka berubah. Namun jika tidak, maka langkah selanjutnya yang akan ia ambil. Melawan.Nayla s
Santi langsung saja mendekat ke arah Ferry, ia langsung bergelayut manja di lengan Fery. Sementara itu, Ferry terus saja celingukan mencari sesuatu dan sudah dipastikan ia telah mencari perempuan yang ia cinta.Bahkan ocehan Santi tidak ia hiraukan, karena fokus perhatiannya terus mencari sosok wanita yang ia cinta.Hingga saat Santi merasa capek dengan ocehannya, tiba-tiba saja Fery berkata menanyakan keberadaan Nayla hingga membuat mood Santi seketika hancur. ia merasa tidak dihargai oleh Fery."Nayla ke mana? Kenapa aku tidak melihatnya? Biasanya juga dia yang selalu menyambut aku pulang," tanya Fery dan sungguh ini membuat Santi tidak suka.Santi yang tadinya bergelayut manja di lengan Fery seketika itu juga langsung melepaskan. Ia membuang napas kasar lalu menatap sang suami dengan tatapan tidak suka. "Kenapa Mas malah menanyakan Nayla? Kan ada aku. Ada atau tidak ada Nayla sama saja. Mas lupa aku juga istri kamu?""Yang bilang lupa siapa? Enggak ada kan? Lagian Mas hanya menanya