Anggita merasa iba, dirinya sangat tahu bagaimana rasanya tidak diperhatikan apalagi menurutnya usia Sasy masih sangat kecil, ia masih memerlukan sosok seorang ibu yang bisa mengurusnya menemaninya bermain, maka dari itu dirinya sangat membenci perpisahan untuk saja saat dirinya dan Beni berpisah ia belum memiliki anak jadi tidak ada korban di rumah tangganya itu.Sasy tiba-tiba melangkah ke arah Anggita, anak itu tahu jika Anggita tengah memperhatikannya maka dari itu dirinya pun langsung menghampirinya saja. "Tante Anggita, aku minta maaf ya karena sudah mengira jika Tante itu adalah susternya Bunga. Aku benar tidak tahu," ungkap Sasy. Wajah anak itu begitu polos bahkan terlihat jika dirinya sangat menyesal karena sudah salah paham kepada Anggita dan mengira jika wanita itu adalah suster dari temannya.Anggita tersenyum, aura keibuannya sangat terlihat saat wanita itu mengelus puncak kepala dari Sasy. "Tidak apa-apa kan Sasy juga tidak tahu jika tante Anggita itu tantenya Bunga buk
Baskoro menaikkan alis mendengar pertanyaan Anggita. Sebenarnya memang ada maksud tertentu, tetapi nanti saja di bicarakan. Dirinya hanya ingin mencari momen yang tepat saja karena menurutnya lebih baik jika adiknya belum mengetahui perihal rencana perjodohannya dengan Caraka. Apalagi sekarang dirinya melihat jika adiknya itu masih belum memikirkan pilihan masa depannya lagi."Aku membantumu karena kewajibanku bukan membantu adik yang keluar dari keluarga toxic itu," ungkap Baskoro. Ya, memang dirinya juga ingin menyelamatkan adiknya agar tidak berlalu terlalu larut berada di dalam keluarga yang toxic seperti itu. Walaupun memang dirinya memiliki niat lain, tetapi dirinya melakukan itu demi kebaikan sang adik juga bukan untuk dirinya sendiri. Baskoro hanya ingin melihat jika adiknya itu bahagia dan tidak berlalut larut dalam masa lalunya apalagi menurutnya Beni bukanlah seorang lelaki yang pantas untuk dimiliki.Anggita tak yakin, tetapi ia mencoba positif thinking saja. "Oh, begitu,"
Caraka terdiam mendengar sang anak bertanya. Dia saja belum mencoba pendekatan pada Anggita, apalagi dirinya mengetahui jika perceraian Anggita saja baru dimulai menurutnya masih sangat panjang waktu bagi dirinya untuk mengabulkan permintaan anaknya tersebut. Apalagi anaknya itu tidak bisa yang namanya menerima janji karena pasti akan selalu ditagih terus-terusan oleh Sasy.Caraka menggendong anaknya itu menuju kamar karena sudah larut malam dia ingin anaknya untuk segera beristirahat agar tidak bangun kesiangan. "Papa tidak janji jika tante Anggita akan menjadi mamanya Sasy, tetapi Papa berjanji akan membuat tante Anggita sayang kepada Sasy, karena rasa sayang itu sangat penting jika tante Anggita tidak memiliki rasa sayang kepada Sasy, dia juga tidak bisa menjadi mama yang baik maka dari itu rasa sayang itu sangat penting," ungkapan Caraka. Lelaki itu berusaha untuk memberikan penjelasan yang mudah dimengerti untuk anaknya karena menurutnya seorang anak kecil tidak akan memahami per
Beni terdiam di ruangannya . Ia memandang sebuah berkas untuk perceraian dirinya dengan Anggita. Dirinya terus berpikir bagaimana bisa wanita itu menyewa pengacara sekelas pak Alam yang bayarannya sangat mahal. Apa benar dia sekarang menjadi simpanan orang kaya? Lelaki itu meremas berkas tersebut, walaupun dia tidak mencintai yang kita, tetapi mengapa hatinya merasa sakit hati jika menjadi simpanan orang kaya ia seperti tidak rela kehilangan wanita itu. Dirinya kira Anggita akan memohon mohon untuk meminta kembali kepadanya, tetapi justru berkas perceraian yang dirinya dapatkan benar-benar sangat membuatnya sangat terkejut."Selamat siang, Pak." Sandra berbasa-basi mengatakan hal tersebut padahal dirinya sudah membuka pintu, ia takut jika orang-orang mengetahui niatnya masuk ke ruangan Beni itu. Wanita tersebut berpura-pura membawa berkas yang harus ditandatangani oleh Beni padahal hanyalah sebuah berkas kosong yang memang ia siapkan ia sangat merindukan lelaki itu.Melihat Beni yang
Mereka terkesiap melihat siapa yang datang. Anita menganga melihat Anggita masuk ke salon dan bertemu dengannya. Hal yang tak di duga, Anggita terlihat anggun dan memakai beberapa barang branded. Penampilan mantan iparnya itu benar-benar membuat dirinya sangat takjub bahkan wajah Anggita pun terlihat begitu glowing. Anita menggeleng, ia berkata dalam hatinya jangan berlebihan bisa saja barang yang dipakai oleh Anggita itu hanyalah barang KW. Ya, tidak mungkin Anggita bisa membeli barang-barang asli seperti itu memangnya ia memiliki uang dari mana bisa membeli barang-barang mahal seperti itu, lagi pula mana ada pria kaya yang menginginkan seorang janda apalagi sampai merantukannya seperti itu mungkin saja ini tujuannya Anggita untuk membuat dirinya iri saja.Anggita tersenyum, pada mereka. Benar-benar di luar dugaan dirinya bisa bertemu dengan mereka yang biasanya menghina ia mati-matian di rumah bahkan memperlakukannya seperti pembantu yang tak dibayar. Apalagi ya sangat senang meliha
Bu Neni langsung saja menyentuh tubuh menantunya itu untuk memastikan jika apa yang dirinya lihat itu adalah sebuah kebenaran. "Itu artis papan atas 'kan Evan Alexander, aku tidak salah lihat?" tanya Bu Neni lagi saat melihat kepergian Anggita dan juga artis papan atas yang sering dirinya lihat di layar televisi itu. Anita mengangguk, ia pun tak henti mengelap keringat saat melihat wajah mulut Evan dan tubuh tegapnya. Jauh kalah di banding Gani suaminya. Ternyata artis papan atas itu lebih tampan daripada yang biasa dirinya lihat di televisi maupun sosial media lainnya ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu langsung dengan Evan Alexander tersebut biasanya ia menganggap jika ketampanannya itu hanyalah sebuah efek kamera, tetapi ternyata wajah aslinya pun begitu rupawan pantas saja banyak wanita yang tergila-gila kepadanya itu dirinya saja yang sudah bersuami masih menginginkan lelaki seperti itu. "Betul itu Evan Alexander yang biasa aku lihat di televisi bagaimana bisa dia bisa b
Beni yang baru saja sampai bahkan dirinya belum sempat mengistirahatkan diri karena tadi seharian sangat sibuk, dan sekarang sampai di rumah pun dirinya harus dipusingkan oleh ibunya yang mengomel perihal Anggita."Aku baru saja pulang bekerja Ma, aku sangat lelah dan aku minta Mama tidak perlu membahas masalah baru lagi," ungkap Beni. Beni memilih untuk melangkah menuju meja makan, dirinya benar sangat lelah apalagi di kantor pun ia tengah mendapatkan beberapa masalah yang harus segera diselesaikan takut jika berlarut-larut hal tersebut akan sampai di telinga Caraka.Ia saja sedang pusing memikirkan pernikahannya yang gagal itu. Harusnya sang ibu membantu mencari solusi bukan malah menambah masalah. Apalagi menurutnya yang diucapkan oleh ibunya itu tidak membantu ia sama sekali ibunya hanya bisa menuntut dan mengeluh saja tidak merasakan apa yang ia rasakan selama ini."Kamu tuh harus tahu, tadi Anggita itu sangat sombong ibu mengancamnya jika dia berani macam-macam kamu akan mencer
Anggita baru saja sampai ke rumah, ia sudah bisa membayangkan pasti mantan ibu mertuanya itu akan melaporkan kejadian tadi kepada putranya Beni. Dirinya juga sangat senang karena tadi melihat wajah Anita yang begitu syok karena melihat dirinya yang sedang berpenampilan lebih cantik daripada dirinya, biasanya wanita itu yang selalu menyombongkan apa yang ia miliki kepadanya sekarang dirinya pun bisa lebih daripada Anita itu yakin jika Anita tidak akan percaya apabila ternyata keluarganya lebih kaya daripada keluarga wanita itu."Untung saja tadi kalian tidak memiliki penyakit serangan jantung jika tidak aku tidak bisa membayangkannya," ungkap Anggita.Ia memilih untuk berbaring dan berselancar di sosial media, seperti biasa mengecek tentang sosial medianya. Lalu ia sengaja membuka pesan masuk dan dirinya langsung tertuju pada pesan masuk dari Beni ternyata lelaki itu sudah beberapa kali mengirimnya pesan. Membaca pesan-pesan dari mantan suaminya itu membuat Anggita tersenyum lebar, kin