Anggita masih malas menerima panggilan dari Caraka, wanita itu masih benar-benar kesal dengan apa yang dilakukan oleh Caraka sepertinya dugaannya selama ini memang benar jika lelaki itu adalah seorang buaya darat yang hanya tengah berkamuflase saja berusaha meyakinkannya untuk percaya kepadanya lagi. Kemarin saja mengucapkan banyak janji agar dirinya mau menjadi istrinya, tetapi esoknya setelah ditolak justru ia bersama dengan wanita lain siapa yang akan percaya dengan alasannya jika wanita yang bersamanya waktu itu adalah kliennya mana mungkin meeting berdua ia juga mengetahui jika meeting itu pasti akan banyak orang dan mungkin dirinya sangat yakin jika apa yang kemarin dirinya lihat adalah benar apa adanya jika Caraka memang bukanlah laki-laki yang baik memang benar di dunia ini tidak ada laki-laki yang benar-benar baik."Untuk apa lagi menelponku pasti mau menjelaskan jika yang kemarin itu adalah kliennya agar aku tetap percaya memangnya aku itu adalah wanita bodoh yang mudah diboh
Anggita menggerutu kesal kenapa pria itu malah muncul di salon. Bagaimana bisa Caraka ada di tempat ini tidak mungkin jika dirinya akan menyalon juga sepertinya hal yang benar-benar sangat di luar nalar. Wanita itu meretasikan matanya pertanda ia benar-benar begitu kesal melihat kehadirannya yang tidak diundang tiba-tiba saja datang padahal dirinya sedang menghindari Caraka, tetapi mengapa lelaki itu harus tiba-tiba muncul. Caraka hanya tersenyum puas saat mereka sudah berada di mobil. "Aku mencoba menghubungi kamu kamu tak mau menjawab, ya sudah aku cari ke sini. Sopir kamu sudah aku suruh pulang." Caraka memberitahukan semuanya agar Anggita tidak beralasan ingin pulang lagi bersama dengan sopirnya, karena dirinya sudah memperhitungkan semuanya.Anggita benar-benar kesal dengan apa yang di lakukan oleh Caraka. Untuk apa mencarinya sampai ke salon, bukankah dirinya sudah jelas-jelas menolak lelaki itu dan dia juga sudah mendapatkan wanita lain ia yakin jika wanita yang waktu itu dia
Caraka sedikit mendekatkan dirinya kepada Anggita. Dirinya mengetahui apa yang dipikirkan wanita itu sepertinya dia bisa membaca isi hatinya terlihat jelas dari wajah Anggita bisa terbaca apa yang sedang dirinya pikirkan. Lelaki itu pun sedikit berbisik di telinga Anggita."Kalau kamu menolak, aku akan mencabut saham terbesar di perusahaan Baskoro. Kamu tahukan berapa persen saham yang aku invest di perusahaan kakak kamu."Caraka harus menggunakan ancaman agar Anggita mau menikah dengan. Tentunya apa yang dia katakan itu sudah dibicarakan dengan Baskoro dan Andre. Dirinya yakin pasti Anggita akan memikirkan apa yang ia ucapkan jika mengenai perusahaan Baskoro tentu saja wanita itu tidak mau membuat perusahaan keluarganya hancur karena dirinya apalagi ia sudah mengetahui dari Baskoro jika dikirim itu sangat takut jika dirinya menarik saham di perusahaan.Anggita sedikit kaku saat mendengar ancaman dari Caraka wanita itu tahu jika perusahaan yang dibangun oleh sang kakak adalah perusaha
Anggita merasa terjebak dalam sebuah permainan kakaknya juga pria bernama Caraka. Sejak awal dirinya mengetahui jika katanya berniat menjodohkan ia dengan Caraka dirinya berusaha untuk menolak, bahkan ia sudah sangat tegas menolak kepada kakaknya ia tidak ingin seperti boneka yang hidupnya selalu diatur oleh mereka apalagi mengenai pernikahan bukankah yang menjalankan pernikahan itu dirinya dan bukan mereka lantas mengapa mereka selalu ikut campur dari hal-hal tersebut.Ancaman dari Caraka membuat dirinya mati kutu dan tidak bisa apa-apa, karena menurutnya perusahaan yang kini dipimpin oleh Baskoro itu sangatlah penting karena bagaimanapun juga perusahaan itulah yang membuat dirinya menjadi seperti ini dan juga ia sangat mengetahui bagaimana perjuangan kakaknya untuk mendapatkan posisi saat ini. Walaupun awalnya dirinya menolak karena ancaman itu pun akhirnya mau tidak mau dirinya mau nerima Caraka sebagai calon suaminya.***Seminggu telah berlalu, mereka mempersiapkan semuanya. Bahk
Kehamilan yang masih muda membuat Sandra sering merasa mual dan lelah. Apalagi setelah sampai di rumah, ia masih harus memasak untuk bekalnya besok, juga sarapan pagi. Uang yang di berikan Beni tak cukup karena ia pun membiayai ibunya yang sering bulak balik ke rumah sakit. Sementara jika memakai uang gaji Sandra, itu pun tak akan cukup juga karena periksa kehamilan saja mahal. Dirinya kira setelah menikah dengan Beni hidupnya akan bahagia, semuanya akan terjamin seperti mereka saat berpacaran dulu ternyata semuanya salah setelah menikah ia merasakan semuanya dan dirinya juga harus tetap bekerja untuk memenuhi segala kebutuhannya bahkan menurutnya lelaki itu juga tidak pernah perhatian."Beni benar-benar keterlaluan aku hamil saja masih harus tetap dipaksa bekerja sedangkan pekerjaan rumah pun belum selesai juga benar-benar menyebalkan," ungkap Sandra.Sandra merasa sangat kesal, kenapa menikah sama Beni malah membuatnya terpuruk. Ia menoleh ke arah Beni yang tertidur lelap. Lelaki it
Sandra masam sejak dari rumah. Perdebatan rumah tangganya dengan Beni tidak ada habisnya perihal Ibu dari lelaki itu yang terus-terusan meminta uang apalagi untuk biaya rumah sakit yang menurutnya tidaklah sedikit untung saja wanita itu tidak tinggal bersama dengan dirinya jika tidak mungkin mereka akan bertingkah tiap hari karena masalah itu.Membicarakan hal ini kepada Beni Karena bagaimanapun juga sekarang keuangan Beni dia juga harus ikut campur apalagi mengenai pengeluaran pengeluaran yang menurutnya tidak perlu."Apakah kamu tidak bisa bicara kepada ibu untuk kita buatkan BPJS saja bukankah BPJS itu sangat membantu untuk pengobatan ibumu karena pengeluaran kita juga sudah sangat banyak jika tiap minggu ibunya minta dikirim uang untuk berobat serta kebutuhan lainnya pun banyak bukan." Sandra mencoba berbicara kepada lelaki itu karena ia juga tidak ingin merasakan hal yang sama seperti Anggita dulu. Ia tak mau hanya melunasi hutang yang tak jelas.Beni menoleh kepada wanita itu ia
"Aku mau bicara, diam di sini!" perintah Beni. Beni seolah-olah lupa jika Anggita bukanlah istrinya lagi. Pria itu berteriak dan memerintah Mantan istrinya untuk tetap di tempat yang tidak pergi ke mana-mana.Anggita tak suka dengan acara yang di lakukan oleh Beni, ia pun mengancam akan memanggil satpam. Lagi pula baginya sudah tidak ada urusan apa pun diantara mereka. "Aku harap kamu jangan menggangguku." "Nggi, dengarkan aku. Aku akan berubah jika kamu menikah denganku lagi. Aku tak bisa hidup tanpa kamu Nggi." Anggita tertawa mendengar ucapan Beni, apa pun yang Beni katakan tidak akan pernah ia percaya apalagi iba. Cukup sudah selama dia tahun ini dirinya di buat menderita. "Kamu bilang tidak bisa hidup tanpa aku?" "Iya, Git. Aku masih mencintai kamu." "Kamuflase sekali. Kalau kamu tak bisa hidup tanpa aku, buat apa kamu menikah dengan Sandra? Kamu pikir aku bodoh tak tahu tentang pernikahan kamu dengan wanita itu," ungkap Anggita. Beni terkesiap mendengar ucapan Anggita. Ia
Setelah menikah dengan Beni, Sandra lebih sering naik darah tingginya saat dia mengecek ke bidan. seperti kali ini mereka bertengkar masalah Anggita. Padahal harusnya mereka bahagia bisa bersatu, tapi benar kata orang jika mengambil bukan hak kita, hal itu tak akan membuktikan bahagia."Kamu tega Ben, aku cinta sama kamu tulus. Tapi apa balasan kamu," ujar Sandra. Dirinya benar-benar sangat tidak percaya jika Beni kini kerap mengabaikan dirinya hanya karena mantan istrinya itu. "Harusnya kamu ngaca, Pak Caraka dan kamu itu berbeda jauh. Seandainya tak menikah dengan Pak Caraka pun Anggita tak mau rujuk sama kamu." Sandra mengembuskan napas kasar. "Ingat Ben, Anggita itu adik bontot pewaris tunggal."Beni hampir lupa jika tak diingatkan oleh Sandra. Tangannya mengepal hebat, kenapa bisa dia tidak tahu sama sekali asal usul sang istri. Sudah seperti ini, dirinya sangat menyesal. Apalagi melihat mantan istrinya malah bahagia dengan calon yang baru. Sandra meremas ujung baju, ia merasa