Wajah Yulia mendadak berubah. Menatap tajam mamanya, lalu kemudian melempar pandangan pada orang-orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Suasana yang tadinya hangat mendadak hening, senyum-senyum merekah yang tadi menghiasi wajah keluarga David berlahan memudar.Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Yulia langsung berjalan cepat menaiki anak tangga. Tanpa memperdulikan panggilan mamanya."Yulia! Tunggu dulu, Yulia!" "Maaf ya Jeng, maaf, sepertinya Yulia masih capek, karena baru pulang kerja, biarkan dia istirahat sebentar dan mandi, baru nanti kemudian nimbrung sama kita di sini," tutur Anita dengan manis."Iya nggak apa-apa Jeng, saya mengerti kok, saya juga 'kan dulu pernah jadi wanita karir, dan saat pulang kantor itu, pikiran ruwet, badan lelah, jadi wajar kalau Yulia sekarang ini moodnya jadi kurang bagus," timpal Laras ibunya David.Sedangkan David sendiri sejak tadi melihat Yulia masuk rumah, bibirnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyum."Cantik juga tuh cewek,
Sepuluh menit berlalu Yulia hanya mondar-mandir sendiri di dalam kamarnya hingga suara ketukan kembali mengagetkannya."Yulia!" panggil Anita disertai suara ketukan pintu."I–iya Ma." Yulia tergagap, ada sedikit rasa kesal bercampur takut pada mamanya. Semenjak mamanya bercerai dengan ayahnya, sejak saat itu pula Yulia tak pernah lagi melihat sosok ayahnya, saat itu dirinya masih duduk di bangku SMP.Hanya Mamanya seorang yang ia punya, mamanya sampai rela bekerja apapun itu demi menghidupi dirinya dan Yulia, oleh karena itu Yulia sangat menyayangi mamanya."Yulia! Kamu sudah siap?" tanya Anita lagi kali ini sambil memutar hendle pintu, tapi ternyata terkunci.Walau dengan setengah hati, Yulia akhirnya membuka pintu kamar."Kamu pakai baju seperti ini? Yang benar saja kami Yulia! Jangan malu-maluin Mama dong!" pekik Anita begitu masuk kamar Yulia, ternyata anaknya hanya mengenakan baju rumahan biasa, pakai kaos oblong dan celana jeans sepanjang lututnya."Ganti baju sekarang!" titahn
"Sebenarnya gimana ceritanya? mau ngelamar perempuan kok ternyata justru ada tamu laki-laki beserta keluarganya di rumahnya, yang benar aja kamu Mas," ucap Dania saat mereka sudah ada di mobil. Sejak tadi ia berusaha menahan rasa penasarannya pun akhirnya memiliki waktu untuk memberondong pertanyaan pada kakaknya itu."Dia sebenarnya bukan pacarku," jawab Adrian enteng, laki-laki itu masih fokus menatap jalanan di depannya, karena duduk berdampingan dengan Faris yang fokus mengemudi.Sedangkan Dania dan Helena duduk d jok belakangnya."Hah! Yang benar saja, pacar bukan, tau-tau kamu datang mau ngelamar!" Dania tersentak kaget."Ya, aku juga nggak tahu harus gimana lagi, mau maju, memintanya untuk jadi istriku, tapi rasanya nyaliku tak cukup kuat jika harus berhadapan dengan ibunya yang sinis itu.""Lha terus tadi itu apa? Apa maksudnya kalau bukan memintanya untuk jadi istrimu?!" Dania sedikit sewot. Karena Adrian sudah beberapa kali membuat ulah, ia tak ingin kejadian-kejadian yang l
"Makasih ya Yan, karena kedatangan kamu kemarin aku nggak jadi dijodohkan sama si David itu." Yulia berterimakasih pada Adrian. Siang ini mereka bertemu untuk sekedar makan siang bersama sekalian ngobrol."Iya sama-sama." Adrian menjawab lesu."Kamu kenapa? lesu banget," tanya Yulia."Nggak apa-apa. Cuma sekarang aku jadi merasa bersalah pada mamamu. Aku takut mamamu semakin benci sama aku." "Santai aja, biar itu nanti urusan itu aku yang ngomong." Yulia menjawab santai. Yang penting baginya sekarang dia sudah tak lagi berurusan dengan David dan keluarganya.Pertemuan Adrian dengan Yulia kali ini menghadirkan getar yang berbeda bagi Adrian. Adrian yang kini telah menyadari adanya cinta di hatinya untuk wanita di hadapannya ini kini merasa bimbang. Langkah apa yang akan ia ambil untuk ke depannya?"Kamu kenapa sih? Sakit? Atau sariawan?" tanya Yulia.Yulia merasa heran, tak biasanya Adrian jadi pendiam begini, biasanya dia banyak bicara walau hanya gombalan semata, tapi justru itu me
Malam itu juga Adrian memberanikan diri menemui Anita sekalian mengantarkan Yulia pulang.Dada Adrian berdegup kencang ketika memasuki halaman rumah Yulia, teringat kejadian kemarin malam, ia kini seperti dejavu, hanya saja kali ini ia mantap dengan perasaannya, ia yakin dengan cintanya. Apapun nanti yang akan dikatakan Anita ia harus terima dan terus berusaha mengambil hati wanita yang melahirkan gadis pujaan hatinya.Melihat kegelisahan pada raut wajah Adrian, Yulia mengeratkan genggaman tangannya, seolah menyalurkan energi dan kekuatan untuk menghadapi mamanya.Adrian menoleh sekilas ke samping dimana Yulia berdiri sejajar. Yulia mengangguk, dari sorot matanya seolah mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja, kita akan menghadap Mama bersama-sama."Adrian balas mengangguk. Kemudian memantapkan langkahnya semakin mendekati teras rumah Yulia."Assalamualaikum." Yulia berucap ketika memasuki pintu rumahnya. Ternyata Anita sudah duduk di sofa menunggunya pulang."Darimana saja kamu?!"
"Aku dengar minggu depan kau akan melamar Yulia?""Ya, apa ada yang salah? Toh Yulia memang singel, kau juga bukan suaminya," sahut David. "Tentu saja salah! Karena aku akan menikah dengan Adrian." Tiba-tiba Yulia datang, dan langsung menjawab pertanyaan David, membuat dua laki-laki itu langsung menoleh ke arah Yulia. Entah ia tahu dari mana hari ini Adrian menemui David.Meski hari ini minggu, David ada sedikit keperluan, ia mengambil berkas di kantor tapi saat keluar kantor sudah ada Adrian menunggu."Li?""Ya, ini aku. Dan aku minta kamu David, nggak perlu lagi kamu datang ke rumah, karena itu semua percuma aku hanya akan menikah dengan Adrian, hanya dia laki-laki yang aku cinta." Yulia berkata sambil menarik lengan Adrian.David tersenyum mengejek."Aku rasa kau harus periksa ke dokter spesialis mata, agar kedua matamu bisa kembali melihat dengan jelas, mana diantara aku dan dia yang lebih baik. Buka matamu Yulia, buka matamu! Jelas aku lebih baik dari dia dalam segala hal! Aku l
Yulia terkejut bukan main setelah menerima telepon dari pihak kepolisian dan mengabarkan ibunya masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan.Kondisinya cukup parah, Anita kehilangan banyak darah. Karena ada beberapa luka di tubuhnya.Yulia yang masih berada di kantor langsung meminta ijin pada managernya untuk ke rumah sakit."Bagaimana kondisi Mama saya, Dok?" tanya Yulia, begitu tiba di ruang IGD rumah sakit, ia terlihat sangat panik. "Sampai saat ini Bu Anita masih belum sadar. Kami masih terus mengobservasi kondisi Bu Anita. Kami mohon bersabar," ucap Dokter membuat Yulia lemas.Yulia terduduk di bangku ruang tunggu, berharap ada keajaiban datang menghampiri.Meski hubungan dengan mamanya akhir-akhir ini kurang baik. Tapi tetap saja, mamanya adalah orang yang paling ia sayangi. Hanya Anita yang selalu ada di samping Yulia.Yulia masih menelungkupkan kedua tangannya di atas kepala, harap-harap cemas sambil menunggu Dokter keluar."Yulia."Yulia terkejut mendengar seseorang meman
"Makan dulu Ma." Yulia menyuapi bubur untuk Anita. Namun Anita masih diam tak bergeming."Ma, makanlah sedikit," pinta Yulia lagi, pasalnya semenjak sadar dari komanya mamanya lebih banyak diam, tak mau makan.Akibat kecelakaan yang menimpanya dan masalah pada saraf otaknya, menyebabkan kedua kaki Anita tak bisa digerakkan. Lumpuh.Segala sesuatunya harus di bantu. Yulia jadi sering ijin tak masuk kantor, untungnya pihak kantor berbaik hati memberikan dispensasi karena selama mengabdi pada perusahaan kinerja Yulia bagus."Kamu nggak masuk kerja lagi?" tanya Anita.Beruntung meski kakinya lumpuh, dalam berbicara Anita masih lancar, tak ada masalah."Nggak usah pikirkan tentang kerjaanku Ma, yang penting sekarang Mama harus makan biar cepat sembuh," sahut Yulia."Assalamualaikum, selamat pagi." Tiba-tiba pintu ruang rawat Anita terbuka, menampakkan sosok Adrian.Melihat kehadiran Adrian, Anita langsung membuang muka."Ini aku bawakan buah-buahan dan brownies untuk Tante Anita." Adrian m