Share

Istri yang Tak Pernah Disentuh
Istri yang Tak Pernah Disentuh
Penulis: Bunga Kusuma

Haruskah Berpisah

"Kenapa harus sesakit ini, Bang?" tanya seorang wanita dengan nada yang begitu pelan. Bukan pelan, hanya saja untuk mengucapkan sebuah kalimat saja tenggorokannya hampir tercekat.

Tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang lelaki, wanita itu menoleh dengan tersenyum getir ke arah laki-laki yang sudah hampir setahun ini menjadi suaminya itu. Perlahan tubuhnya bangkit lalu mendekat ke arah sang suami yang masih berdiri membelakanginya.

"Pergilah jika bersamaku Abang tidak pernah merasa bahagia, aku ikhlas," ujar Rania dengan nada sumbang. Sungguh perkataan yang baru saja keluar dari mulutnya sangat bertolak belakang dengan apa yang diinginkannya.

Sontak saja Angga menoleh dan menatap Rania dengan mata menyipit setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang istri tadi. Bagaimana mungkin Rania yang begitu sangat mencintainya bisa mengatakan hal seperti itu kepadanya?

"Aku tidak akan pernah memaksamu lagi untuk bisa mencintaiku. Sekarang carilah kebahagiaan yang bisa membuatmu bahagia," lanjut Rania dengan tatapan mata yang dipenuhi oleh bening-bening kaca.

Tanpa menunggu jawaban sang suami, Rania memilih untuk pergi dari kamar yang sudah satu tahun menjadi saksi bisu kisah cintanya dengan sang suami. Di mana kamar yang telah menjadi kamar pengantin mereka sesaat setelah ijab kabul selesai.

Rania mencoba menghirup udara bebas sebanyak-banyaknya setelah berada di teras rumah mewah yang telah sah menjadi miliknya. Meskipun Rania sudah mencoba menenangkan hatinya, akan tetapi rasa sesak itu semakin terasa jika dirinya mengingat bagaimana akhir dari rumah tangganya.

Rania, seorang gadis yang berasal dari ranah Minang harus mengubur dalam-dalam keinginannya untuk menjadi seorang dokter karena keadaan orang tuanya yang tidak mampu untuk membiayai kuliahnya.

Seorang gadis yang memiliki paras yang cantik, memiliki lesung pipi di bagian kanan pipinya. Hidung tidak terlalu mancung, akan tetapi tidak membuat kecantikannya pudar. Jika tersenyum semua orang pasti akan terkesima melihatnya, ditambah dengan sikapnya yang begitu sangat sopan dan santun jika bertemu dengan orang lain.

Rania yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, harus mengorbankan mimpi indahnya dengan menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Awalnya, Rania menolak mentah-mentah perjodohan itu karena dia masih ingin menikmati masa lajangnya. Namun, karena paksaan orang tuanya membuat Rania mau tak mau harus menuruti keinginan kedua orang tuanya.

Sayangnya, pernikahan yang diharapkannya akan berujung bahagia ternyata hanya sebuah mimpi belaka. Mimpi indah yang hanya ada berada di angan Rania, harus berakhir menjadi mimpi buruk selama setahun ini.

Rania menunduk, perlahan setetes air mulai jatuh membasahi punggung tangannya yang sedang meremas ujung bajunya. Tak lama bahunya bergetar dengan isakan kecil yang terdengar begitu menyayat hati.

"Rania." Angga memanggil sang istri ketika hari sudah menunjukan pukul 10 malam. Sedangkan Rania yang masih berada di taman rumahnya hanya diam membeku dengan kedua tangan saling memeluk satu sama lain.

"Sampai kapan kau akan berada di situ? Masuklah," tanya dan perintah Angga dengan nada datar. Rania diam tidak menjawab pertanyaan sang suami.

Melihat Rania tidak menggubris ucapannya, membuat Angga menarik napas dan melepaskannya secara kasar.

Dengan satu tarikan tangan Angga berhasil membawa Rania masuk ke dalam rumah. Tidak lupa laki-laki itu sedikit menggerutu karena kekerasan kepala sang istri. Rania yang mendengar jelas ucapan sang suami, hanya bisa memejamkan matanya menahan rasa perih di dalam hatinya.

"Pulangkan aku kepada orang tuaku, Bang," pinta Rania dengan tatapan mata yang memerah, lalu dengan sekuat tenaga dia kembali bangkit dari duduknya setelah tadi Angga menyuruhnya untuk duduk.

Angga diam, tidak menggubris kemauan Rania yang dari tadi memintanya untuk berpisah. Bukan karena cinta Angga mempertahankan hubungan mereka, akan tetapi karena sebuah janji yang sudah disepakatinya dengan sang ayah.

"Jika sudah waktunya, kau akan kupulangkan tanpa harus kau suruh, Rania," jawab Angga membuat wanita itu menoleh.

Rania tertegun, tidak menyangka kalau sang suami ternyata sudah merencanakan perpisahan mereka, dan itu hanya menunggu waktu saja. Rania tersenyum miris memikirkan jalan takdirnya yang seakan sedang mempermainkannya.

Rania masih ingat bagaimana pertemuannya dengan lelaki yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Laki-laki yang ditemuinya ketika keluarga Angga datang meminang ke rumah saat itu. Tidak ada yang salah saat itu, semuanya baik-baik saja, sampai akhirnya mereka melangsungkan pernikahan.

Lalu sekarang tentang waktu! Waktu apa yang dimaksud oleh Angga sehingga menyuruhnya untuk menunggu. Malas berdebat dengan sang suami, Rania lebih memilih pergi ke dapur lalu mengambil air dan meminumnya.

"Tunggulah, Rania. Sebentar lagi kau akan terbebas dari hubungan ini," lirih Angga berjalan dan masuk ke dalam kamar setelah Rania menghilang menuju dapur.

Angga Pramana, seorang laki-laki yang juga berasal dari tanah Minang. Seorang putra dari juragan beras di kampung halamannya. Angga merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yang harus menikahi seorang gadis pilihan dari kedua orang tuanya, sedangkan waktu itu dia masih memiliki seorang kekasih.

Dengan berat hati Angga pun harus menikahi gadis dari pilihan Ayahnya, dan terpaksa melepaskan sang kekasih yang berakhir membenci dirinya.

"Apa kamu tidak bisa menolaknya, Ngga?" tanya sang kekasih waktu itu. Angga diam, tidak tahu harus memberi jawaban apa kepada sang kekasih.

"Dulu, kamu begitu mengejar cintaku. Seakan tidak akan pernah melepaskan ku, lalu sekarang apa?" tanya gadis itu dengan wajah yang sudah sembab karena lelah menangis.

Tidak! Angga tidak pernah ingin melepaskan kekasihnya, dia begitu mencintai sang kekasih dan sangat ingin mempersuntingnya. Namun apa yang harus Angga lakukan ketika sang Ayah yang lebih berkuasa atas kehidupannya. Menolak pun percuma, hanya akan menimbulkan perpecahan di antara anak dan ayah itu.

Lamunan Angga buyar ketika mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Lelaki itu menoleh, dan melihat Rania dalam keadaan kusut yang sudah berdiri di depannya. Tanpa menyapa sang suami, gadis yang masih perawan itu mengambil ponselnya lalu mengambil sebuah selimut yang ada di dalam lemari.

"Rania, kamu mau kemana?" tanya Angga melihat sang istri membawa selimut keluar kamar. Namun seakan tuli, Rania tetap berjalan dan mengabaikan sang suami yang masih menunggu jawaban darinya.

Lelaki itu memejamkan matanya mencoba untuk berpikir positif, mencoba berpikir kalau apa yang dilakukannya sudah benar. Tidak menyentuh sang istri selama ini, adalah keputusan yang tepat untuknya. Karena dia tidak mau merusak orang yang tidak dicintainya sama sekali.

Sayangnya keputusan yang diambil Angga ternyata salah, istri yang selama ini tidak pernah disentuhnya sudah mulai merasa lelah dengan kehidupan rumah tangganya yang tidak baik-baik saja. Hingga akhirnya keputusan berpisah adalah salah satu keputusan yang tepat ketika tidak lagi merasakan kebahagiaan di dalam rumah tangganya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status