Dor! Mendengar suara tembakan samar yang teredam di balik dinding, seorang perempuan bertubuh langsing dengan balutan handuk di sekujur tubuhnya melangkah keluar dari kamar mandi setelah mengguyur tubuh dengan air hangat, membersihkan sisa-sisa parfum lelaki yang habis menemaninya beberapa saat yang lalu.
Bau amis terendus, wajah Anatasha berubah gelisah. Dijelajahinya seisi kamar apartemen, lalu terlonjak menemukan sosok lelaki muda yang tengah mengganti isi pelurunya. Di lantai, seorang lelaki yang menemaninya terkapar dengan kepala bolong. Anatasha menjerit seketika, berbalik dan hendak berlari, memekik-mekik meminta tolong, tubuhnya seketika kaku saat lelaki muda yang sudah membunuh selingkuhannya mengambil vas dan melemparkannya ke punggung Anatasha.
Prak! Anatasha terkapar dengan punggung kelu, kepalanya mendongak ke atas menemukan Lucas yang berjalan mendekatinya, lalu menekankan telapak pantofel ke punggung tubuhnya yang handuknya mulai longgar.
“K
Setelah menjadi salahsatu tunangan Aland, sekalipun kesembilannya memiliki keluarga yang lebih dalam hal finansial, dari segi manapun mereka tetap kewajiban keluarga Arazaq. Biaya, kebutuhan, keuangan, tempat tinggal dan semacamnya, segala yang dibutuhkan oleh mereka bersembilan ditanggung oleh keluarga Arazaq, sekalipun tidak tentu ‘kan terpilih menjadi istri.Inilah bentuk tanggung jawab dari istilah ‘tangan’ yang menjaga, melindungi dan memberi. Sekalipun dijelaskan demikian, hanya untuk formal di muka publik saja, di realitanya hanya bentuk ego yang mengikat kesembilan keluarga karena masing-masing putri mereka di bawah tanggung jawab keluarga Asrazaq. Jika ada konflik, mereka tidak bisa berkutik.Apapun yang mereka butuhkan. Uang belanja, kosmetik, perhiasan, tempat tinggal, dan apapun yang diinginkan perempuan, wajib bagi Aland--tepatnya keluarga Asrazaq--untuk mencukupi. Masing-masing mereka disediakan satu apartemen megah, yang wajib mereka te
Cklek! Pintu terbuka saat salahsatu pelayan yang menemani Lily menggesekkan kartu ke muka pintu. Lily menyeret tubuhnya memasuki kediaman barunya, yang saat dia kelilingi, segalanya sudah tersedia dan tercukupi. Lily tidak perlu mengambil barang lebih, sekalipun membawa beberapa baju ternyata di sudut yang terdapat lemari berukuran besar, berisi ratusan gaun yang indah dan beberapa model pakaian lainnya.Lily menggeser sebuah jendela besar, memasuki balkon, lalu menghirup udara segar di ketinggian gedung lantai 9 dalam-dalam. Hembusannya terdengar teratur. Lengannya menyanggah telapak tangannya yang menjadi penahan dagu, lamunan Lily terbuyar saat seorang pelayan lelaki yang mengangkat barang-barangnya memanggil namanya, “Nona Lily.”Lily tertegun dan menoleh. Senyumannya terlihat ramah, berjalan mendekat, menanggapi pelayannya dengan sikap lebih. “Ada apa?”“Perlu saya buatkan sesuatu?”Lily berdeham, memikirkannya sej
Seorang lelaki berjas hitam memperbaiki ujung pergelangan tangannya, memasuki sebuah lift dan lift itu berdenting pertanda berhenti di lantai sekian. Path menggerai rambutnya yang tumbuh lurus sampai 9 centi di bawah telinga. Cukup panjang, sebenarnya Path mengeluh hendak memotongnya. Tapi Nona-nya selalu berdalih, kalau dirinya menyukai lelaki berambut panjang, karena terkesan lebih gagah menurut pandangannya.Pukul sudah menunjuk ke angka 10 pagi. Setelah sekian hari meliburkan diri diam-diam tanpa diketahui pihak pusat atas izin Nona-nya, akhirnya Path kembali kepada rutinitasnya, sebagai pelindung berkedok pelayan untuk salahsatu Nona Besar yang berstatus sebagai Tunangan Tuan Aland. Kartu apartemen digesek, pintu apartemen megah dibuka. Seketika saat berdiri di ambang pintu, langkah Path membeku.Bau amis menusuk penciumannya. Dengan langkah gesit, Path mencari sumbernya. Seketika tubuhnya kaku, menemukan Nona-nya mati dalam keadaan tertembak di dalam mulut tembus
Yang Lily rasakan semenjak berpindah tempat tinggal, ialah kesendirian. Andai Flo tidak ada di sekitarnya, yang dia rasakan mutlak kesepian. Tapi saat Lily keluar, dan Flo menyapanya, menghantarkan mereka pada obrolan panjang, kesepian itu tertepis dan kembali saat Lily meninggalkan Flo dan masuk ke dalam kamar.Mengamati wajah bersihnya yang merona terpantul dari cermin yang menghadapnya, Lily mengusap kaca tersebut hingga terpantul jelas, diambilnya sikat dan menggosok gigi. Usai kumur-kumur, dimuntahkannya air tersebut dan siap melepas handuk yang membalut tubuhnya dan berpakaian. “Nona?” Ketukan di pintu muka membuat wajah Lily menoleh, urung memasukkan lengan piyama ke tangannya.“Flo? Ada apa?”Yang disahut berdeham singkat, “kupikir, ada yang harus kuberikan padamu.”Lily mengangguk, “tunggu dulu, aku berpakaian dulu.” Dengan tergesa Lily memakai piyamanya, setelah dirapikannya rambut segera menuju pi
“Maafkan saya ….” kedua lutut itu bertekuk, meletakkan sebuah tubuh pucat yang terlihat begitu cantik. Gaun membalut tubuh Anatasha yang tak bernyawa, polesan make up yang membuat wajahnya cerah dan hidup, dan kelopak matanya memejam rapat dengan bulu mata lebat yang begitu menghiasi. Sekalipun bagaikan dewi yang dilingkupi cahaya, Anatasha … sudah tiada.Polesan tangan Path membuatnya hidup … tapi, tangan seseorang sudah membuatnya kehilangan nyawa.Path segera melaju ke rumah kediaman keluarga besar Anatasha. Saat itu juga, ruangan tersebut dipenuhi tangis. Saat tubuh Anatasha ditempeli banyak tangan, bibir dan pipi yang meratapinya dengan rintihan maupun raungan tangis, Path diseret. Jika Anatasha mati, berarti perannya dalam tugas tidak becus! Path dibanting ke dinding, dan dipukul. Pukulan bertubi-tubi dari Ayahanda Anatasha yang tidak terima, beliau berusaha dilepas dari Path oleh istrinya. Terlihat berusaha menahan diri, dan kini
Mayat yang manis … untuk pertama kalinya Aland memuji Anatasha saat dia didesak untuk datang ke keluarga Encaster. Katanya, salahsatu tunangannya mati. Em, itu berita bagus. Hanya di telinga Aland. Berarti Lucas melakukan tugasnya dengan baik. Tidak perlu diragukan yang ke selanjutnya. Sebelumnya wajah Anatasha yang hidup terlihat memuakkan. Tapi saat matanya tertutup dan terbaring dalam keadaan tak bernyawa, penglihatan Aland berubah. Astaga Anatasha! Aland baru menyadarinya … dengan mata yang terpejam tersebut, ternyata kamu sangat manis … sungguh.Buktinya, saat Aland disuruh memegang tangan tunangannya, Aland menurut tanpa gerak badan yang menandakan kejijikan. Aland membawa telapak tangan itu ke bibirnya, menciumnya dan membawanya ke sentuhan pipi. Air mata Aland jatuh … ah, sekalipun dia pura-pura, sebenarnya Aland cukup sedih. Terlihat disayangkan jika wajah manis ini akan dikubur di tanah dan diserbu jutaan cacing. Tapi selamat tinggal Anat
“Aku buatkan minum?” Lily mengulangi pertanyaannya, wajahnya menghadap pahatan tirus wajah Yale. Yale yang ditanyai mengerjap sekali, lalu mengangguk. Sekalipun dia tidak haus, seharusnya dia menghargai penyambutan Lily yang ingin menghidangkan sesuatu untuknya. Lily menyingkirkan diri dari pangkuan Yale, sekalipun Yale berterus-terang kalau dia melihat Lily hanya sebagai seorang adik--yang entah ‘kan dibenarkan oleh ikatan darah mereka atau malah sebaliknya, tapi setidaknya untuk saat anggap saja seperi itu--Lily terlihat kurang nyaman. Saat diliriknya Yale, dia samasekali tidak bisa menganggap Yale sebagai keluarganya, sekalipun ikatan darah pada keduanya kelak memang akan dibenarkan. Di mata Lily, kastanya dengan Yale terlalu jauh. Saat Lily membandingkan mereka berdua, sedikit kesusahan untuk menganggap diri sebagai bagian keluarga dari Yale Adhistira, Lily hanya bisa menatap rendah dirinya sendiri.Setelah Lily berlalu ke dapur dan membuatkan minu
KRAK! Suara pintu terbuka. Yale yang duduk santai di atas sofa terkesiap. Astaga! Apakah Aland datang berkunjung? Sedikit membuat Yale panik, karena posisinya yang berdua saja dengan Lily di dalam apartemen gadis itu. Bisa jadi si Aland Asrazaq marah, atau bahkan menuduh yang macam-macam. Sekalipun sudah memiliki sembilan tunangan, pada dasarnya, keluarga Asrazaq sangat mengikat para tunangan pewaris mereka.Tapi bukan Yale jika kocar-kacir kabur dan bersembunyi saat Aland datang. Kini dia memberikan pose menantang, bersandar layaknya raja di atas sofa single, kedua kakinya terlipat angkuh, dengan kepalan tangan yang menempel di sebelah pipi. Tapi saat pintu terbuka, Yale berdecak. Urung ada drama yang menuduhnya sebagai selingkuhan sang tunangan, ternyata yang datang bukan Aland, melainkan seorang lelaki muda yang membuat Yale terheran-heran. Jika dia bisa masuk sembarangan, maka dia memang memiliki akses untuk bolak-balik di dalam kediaman salahsatu tunangan.Mata Ya