Sesaat Zoya hanya terdiam saat merasakan sentuhan tersebut, tapi di saat kesadarannya kembali pulih Zoya dengan cepat mendorong dada Aland agar menjauh. Tapi sayang dia kalah tenaga, justru Aland mendorongnya hingga tersudut di dinding ruang tengah tersebut.Sementara ciuman Aland semakin dalam menguasai Zoya, satu-satunya cara yang terpikir agar bisa terlepas hanyalah mengigit bibir pria ini dengan kuat.Akh! Rintih Aland, dia melepaskan ciuman mereka dan merasakan rasa darah di bibir bawahnya.Sementara Zoya menatap tajam dengan nafas yang sudah terengah-engah. "Bajingan," ucap Zoya lirih."Sayangnya bajingan ini adalah suami mu," balas Aland, dia justru tersenyum, karena selepas ciuman itu ada rindu yang sedikit terobati di hatinya. Dia bahkan membelai wajah Zoya dengan lembut, meski pada akhirnya tangan dia kembali di tepis. "Wajahmu memang sudah berubah, Zara. Tapi sorot mata mu tidak berubah sedikitpun, hanya saja kini lebih tajam menatap ke arahku," kata Aland lagi. Senyum itu
Zoya sontak tertawa mendengar jawaban Aland tersebut, entah kenapa apapun yang keluar dari mulut pria ini terdengar seperti bualan di telinganya."Ya ya ya, semua hartamu akan beralih atas nama Zara Audie," kata Zoya, justru meledek ucapan pria tersebut. Seolah pemindahan tentang harta itu hanyalah hal sepele bagi Aland, sementara pikiran yang ada di dalam kepala Zoya sangat kompleks, mama Emma dan kak Prisila tidak akan pernah menyetujui tentang hal itu."Kamu tidak percaya padaku?""Tidak," balas Zoya dengan cepat."Tapi aku akan benar-benar melakukannya, dan saat semuanya sudah beres kamu harus terima untuk jadi istriku lagi." Aland tersenyum dengan lebar, sampai membuat Zoya seketika terdiam, karena mendadak takut jika Aland benar-benar menuruti permintaannya tersebut.Masih duduk dengan jarak yang sangat dekat di sofa itu, Aland pun merogoh ponselnya di dalam saku celana. Dia coba untuk menghubungi sang kakak.Saat panggilan telepon itu terhubung, Aland tidak beranjak dari dudukny
"Aland, ponselmu berdering, mungkin itu panggilan telepon yang penting," ucap Zoya, dia coba mendorong Aland agar bangkit dari atas tubuhnya.Aland yang juga mendengar suara ponsel itu pun dengan segera menuruti ucapan sang istri, tapi meski begitu dia tidak benar-benar melepaskan Zara. Karena di saat mereka kembali duduk Aland tetap memeluk pinggang istrinya lalu mengambil ponsel yang ada di saku celananya.Ternyata panggilan telepon tersebut berasal dari Rama.Aland cukup memahami kenapa pria ini menghubunginya, pasti sebelumnya Rama telah berulang kali menghubungi nomor ponsel Zara tapi tidak mendapatkan jawaban, karena itulah Rama kini menghubungi dia."Ini adalah panggilan telepon dari Rama, aku akan menjawabnya," ucap Aland, meminta izin kepada sang istri untuk menjawab panggilan telepon tersebut.Sedangkan Zoya hanya diam, enggan menjawab. Dia merasa hubungan mereka belum sedekat Itu untuk saling meminta izin satu sama lain, apalagi hanya demi sebuah panggilan telepon."Halo,"
"Ada apa ini?" tanya mama Sofia yang tiba-tiba datang ke rumah Rama siang ini. Dahinya berkerut ketika melihat keramaian di ambang pintu rumah sang anak. Bingung juga saat melihat ada sebuah mobil mewah terparkir di halaman rumah, mobil yang jelas bukan milik Rama.Dan suara Mama Sofia tersebut akhirnya membuat pelukan antara Aland dan Austin pun terlepas. Austin yang merasa takut pada wanita paruh baya itu langsung memeluk Daddy Aland dengan erat, seolah tak ingin dilepaskan. Austin takut jika tiba-tiba nenek Sofia mengambil dia dan dibawa pergi lalu ditinggalkan seperti kemarin. Kejadian itu membuat bocah kecil tersebut merasa trauma. Aland yang memahami keadaan Austin pun langsung menggendong sang anak, juga memeluknya erat."Aland Floyd?" tanya mama Sofia pula ketika dia sudah berdiri di hadapan semua orang, tatapannya hanya tertuju pada seseorang yang dia sebut namanya. Seperti tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan salah satu anak konglomerat di sini. Bibir Mama Sof
Aland bergerak lebih dulu untuk melerai pelukan mereka bertiga, dia kemudian memanggil dua anak buahnya yang wanita untuk menemani Zara membereskan semua barang-barang sebelum mereka pergi meninggalkan rumah ini. "Kita tunggu mama di sini saja ya?" pinta Aland pada sang anak, dan Austin langsung mengangguk setuju. Dia bahkan langsung memeluk Daddy Aland lagi dengan sangat erat, masih tidak percaya bahwa Daddy Aland adalah ayahnya yang sesungguhnya. "Masuklah, aku akan menunggu di sini," kata Aland pada sang istri. Zoya hanya bisa mendesah pasrah, bersama dua anak buah Aland tersebut mereka pun masuk ke dalam rumah. Langsung bertemu dengan Rama dan mama Sofia di ruang tengah. "Wah wah wah, benar-benar wanita licik. Kamu mendekati anakku, lalu hendak kembali pada mantan suami mu. Astaga! Kenapa ada wanita seperti mu di dunia ini?" kata mama Sofia yang merasa geram, kesal juga saat mengetahui bahwa Zoya dan Austin terhubung dengan keluarga konglomerat tersebut, ada rasa iri di dala
Beberapa pelayan segera membereskan semua barang-barang milik Zoya dan Austin, disusun dalam lemarinya masing-masing dengan sangat rapi.Aland meletakkan semua baju sang anak di kamar yang sama dengan dia dan Zoya, Aland tak ingin mereka sampai berpisah lagi.Sejak datang hingga malam menjelang, Zoya lebih banyak diam. Hanya kadang memperhatikan kebersamaan Austin dan Aland yang begitu dekat.Sehabis makan malam, Aland bahkan masih terus memangku Austin. Mereka bertiga duduk di ruang tengah menonton series kartun kesukaan bocah 6 tahun tersebut.Aland dan Austin bahkan tertawa bersama saat ada adegan yang lucu."Yah iklan," ucap Austin, mengeluh karena tontonannya jadi terjeda."Daddy akan membelikan mu DVD lengkapnya, jadi kita akan menonton tanpa terganggu oleh iklan. Tunggu ya," jelas Aland, dia langsung mengambil ponselnya di atas meja coba untuk menghubungi Erile, namun belum sempat ponsel itu terambil Zoya dengan segera mencegah niatnya."Tidak!" cegah Zoya, "Austin sudah lama
Waktu pun bergulir.Aland melakukan segala cara untuk membuat Zara dan Austin merasa nyaman berada di dekatnya. Tentang Rama sudah coba Aland akhiri sebaik mungkin, bahkan Aland diam-diam menemui pria itu dan mengucapkan terima kasih atas semuanya. Tentang Restoran Zoya ternyata pun yang membelinya adalah Aland. Semua kesungguhannya atas Zoya kini tunjukkan pada semua orang. Sampai akhirnya Rama tak bisa berkata-kata apa dan pilih mundur secara perlahan. Apalagi setelah sang mama menerima sejumlah uang dari Aland membuatnya merasa tak memiliki wajah lagi di hadapan Zoya. Bersama dia justru hanya akan terasa egois yang terasa, karena sampai kapanpun mama Sofia memang tak akan bisa menerima Zoya dan sang anak.Kini Austin juga mulai bersekolah di sekolahnya yang baru. Sekolah pilihan Aland dan Austin sendiri. Mama Emma dan Prisila sebenarnya sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Zoya dan memeluk Austin secara langsung, tapi Aland belum memberikan signal apapun. Masih me
Disaat Aland terus mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan sang istri, Zoya justru semakin berulah dan selalu berusaha membuat Aland marah.Zoya terus menunjukkan sikapnya yang egois, berharap jika dia bersikap seperti itu maka Aland akan melepaskannya dengan mudah."Cukup Al, aku muak mendengarmu terus memanggilku dengan sebutan Zara, Zara dan Zara, aku benci nama itu!" kesal Zoya, mereka sudah tinggal bersama hampir satu bulan, tapi belum juga menemukan kecocokan, tidak, masalahnya adalah Zoya selalu memasang dinding pembatas di antara mereka berdua."Maafkan aku, Zara. Maaf maksud ku Zoya," jawab Aland, dia sampai bingung bagaimana caranya lagi untuk bisa mendapatkan hati sang istri, karena apapun yang dia lakukan selalu saja salah di mata Zara."Aku tidak mau lagi mendengarmu memanggilku dengan sebutan Zara! Kamu paham tidak sih?!" ketus Zoya, mereka beradu argumen di saat Austin tengah terlelap.Aland mengangguk pasrah, "Maafkan aku," katanya sekali lagi, bicara dengan na