Zoya membuang nafasnya dengan kasar, dia belum mengambil tindakan apapun tentang Adeline, tapi ternyata Aland sudah mengetahui rencananya."Kenapa wajahmu terlihat marah seperti itu? harusnya kamu senang karena sekarang aku merestui kalian kembali," ucap Zoya.Aland tidak menjawabi lagi ucapan Zoya, karena seketika amarah langsung mendidih di dalam kepalanya. Jika dia bersuara hanya akan ada bentakan, jadi Aland pilih diam. Dia terus mengemudi bahkan mulai menambahkan kecepatan mobilnya. Tapi tempat yang dia tuju bukanlah rumah, melainkan apartemen yang sudah mereka tinggalkan beberapa waktu lalu."Kenapa kita datang ke sini?" tanya Zoya bingung."Ada yang ingin aku ambil," jawab Aland, dia menarik Zoya untuk mengikuti langkahnya. Tiba di dalam apartemen itu Aland pun menguncinya dan mendorong Zoya hingga jatuh di sofa.Bugh! Zoya yang terkejut berteriak kecil, dan makin gusar ketika melihat Aland kini menatapnya dengan tatapan tajam.Zoya tau tatapan itu adalah tatapan marah."Apa ya
Sore hari sekitar jam 5 akhirnya Aland dan Zoya pulang ke rumah, pulang dengan kedua tangan yang saling menggenggam erat dan berhasil membuat Oma Emma menatap lebih lekat ke arah keduanya.Biasanya hanya Aland yang nampak menggenggam, tapi kali ini dilihatnya jelas jika Zoya membalas.Ada hawa yang berbeda kali ini, seolah Zoya mulai menerima sang anak. Tapi Oma Emma tidak ingin bertanya lebih, takut justru pertanyaannya kelak membuat Zoya jadi merasa tidak nyaman. Jadi Oma Emma pilih untuk pura-pura tidak tahu. Dia menatap ke arah lain menghindari kedekatan diantara anak dan menantunya tersebut. Tapi percayalah, di dalam hatinya Oma Emma merasa begitu bahagia ketika melihat keduanya Jadi terlihat dekat seperti ini. Bahkan wajah Zoya tak nampak ketus seperti biasanya."Oma, kami akan langsung naik ke atas. Dimana Austin?" tanya Aland, mereka bertemu dengan oma Emma di ruang tengah. "Austin masih mengambil Ice cream di dapur, kalian naiklah. Nanti Oma yang akan mengatakan pada Austi
"Aku mau disuapi," ucap Austin.Oma Emma langsung membuka ice cream yang tadi sudah diambil oleh cucunya tersebut. "Disuapi Oma atau Mama?" tanya Oma Emma pula."Oma saja," sahut Zoya tiba-tiba, meski rasanya canggung sekali untuk bicara tapi dia tetap buka suara. Jika bukan dia yang memulai lebih dulu untuk memperbaiki hubungan ini maka oma Emma akan terus merasa bahwa dia belum memaafkan."Baiklah, kalau begitu biar Oma yang menyuapi cucu tampan Oma ini," jawab Oma Emma dengan antusias, dan Austin pun mengangguk antusias juga.Rasa manis ice cream itu membuat Austin bahagia. Austin juga meminta sang nenek untuk menyuapi mamanya, ingin mama Zoya juga rasakan ice cream yang sangat enak itu.Oma Emma tentu sangat ragu untuk menawarkannya kepada Zoya, tapi kemudian Zoya justru membuka mulutnya minta disuap."A," ucap Zoya.Dan melihat sikap Zoya yang seperti ini justru membuat Oma Emma merasa terharu sendiri. Kedua matanya sampai berkaca-kaca, dia lantas menyuapi ice cream tersebut
"Maafkan aku Zoy, pasti sakit sekali rasanya saat kamu memutuskan untuk operasi plastik," ucap Prisila. kini mereka bertiga sudah saling melepaskan pelukan itu, namun tangan mereka masih saling berparut.Prisila mungkin adalah yang paling tahu bagaimana penderitaan Zoya dulu pasca operasi, karena dia adalah seorang dokter."Sudah ah Kak, jangan dibahas lagi tentang hal itu. Aku juga bersyukur sekarang karena mama dan kak Prisila bersedia menerima aku kembali," jawab Zoya."Selamanya kamu adalah Zara bagi kakak, Zoy. Bagaimanapun kamu sekarang, kamu tetaplah Zara Audienya Aland," balas kak Prisila kemudian.Saking harunya mereka berdua jadi saling memeluk lagi, sementara Oma Emma cukup melihat dengan tangis yang masih mengalir deras.Selalu saja ada rasa penyesalan di dalam hatinya, andai dulu dia dan Prisila langsung menerima Zara seperti ini pasti tak akan ada penderitaan mereka semua selama 7 tahun. Masalahnya memang ada pada Oma dan Prisila sendiri, selalu menganggap bahwa Zara tid
Pagi datang. Hari ini Zoya dan Aland akan ikut kak Prisila untuk menyiapkan tentang pesta pernikahan. Erile nanti juga akan bergabung bersama mereka.Karena hubungan keluarga sudah semakin membaik jadi sekarang semuanya diselesaikan secara bersama-sama. Zoya malah merasa tak enak hati sendiri jika dia tidak ikut turun tangan, tak ingin kak Prisila repot sendirian, padahal pesta ini adalah keinginannya.Mereka semua jadi tidak tahu jika pagi itu, Adeline mendatangi rumah. Wanita cantik tersebut jadi hanya bertemu dengan Oma Emma."Adeline," sapa Oma Emma, dia pun begitu terkejut ketika melihat mantan kekasih sang anak mendatangi rumah tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.Jantung Oma Emma bahkan berdegup lebih cepat daripada biasanya, dia benar-benar gugup, sangat takut jika Zoya sampai marah lagi jika tahu tentang hal ini. Padahal hubungan mereka sudah sangat membaik.Oma Emma belum mempersilahkan tamunya untuk duduk, tapi Adeline sudah lebih dulu mendudukkan dirinya sendiri di sofa ru
"Aku suka yang ini," ucap Zoya dengan malu-malu saat dia memilih cincin pernikahannya dengan Aland. Saking malunya Zoya bahkan mengucapkan kalimat tersebut dengan berbisik-bisik pada sang suami. Jangan sampai ucapannya itu didengar oleh Prisila dan Erile yang sedang menemaninya. Tapi meskipun ucapannya tidak bisa didengar, namun gelagat Zoya sudah sangat diketahui oleh Prisila dan Erile. Prisila mengulum senyum, sementara Erile pilih untuk pura-pura tidak tahu saja. "Aku juga menyukainya," bisik Aland, dia kemudian mengambil salah satu cincin itu dan coba untuk memasangkannya di jari manis sang istri. Cincin yang jadi terlihat begitu indah ketika sudah terpasang. kilaunya mampu membuat hati Zoya jadi berbunga-bunga. Meski sudah sangat terlambat tapi akhirnya Zoya merasa dia bisa mendapatkan pernikahan impiannya. Cincin pernikahannya sudah di dapat, gaun pengantin juga sudah Zoya dan Aland pilih. Mereka juga melakukan fitting baju. Saking sibuknya mereka semua baru bisa kembali ke
"Selamat beristirahat," ucap Ressa, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari dalam kamar tersebut dan memberikan waktu kepada sepasang suami istri ini untuk segera istirahat, tidur malam.Aland lantas mengunci pintu kamar mereka. Sebelum datang ke sini dia juga sudah memastikan lebih dulu kepada sang anak ingin tidur di mana dan ternyata Austin pilih untuk tidur bersama dengan Elea. Kata Austin ia tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama sang sahabat, karena besok pun mereka harus kembali lagi ke kota.Jadi hanya malam ini dia bisa bersama dengan Elea."Bagaimana dengan Austin?" tanya Zoya, seraya berjalan mendekati sang suami dan berakhir berhenti dipelukan Aland."Dia tidak mau tidur bersama kita, katanya masih ingin bersama dengan Elea," jujur Aland.Zoya mengangguk tanda mengerti, suasana malam ditempat ini terasa cukup dingin. Angin laut seolah mampu menyentuh tubuh keduanya.Suasana baru dalam kebersamaan itu menciptakan gairrah yang tak terbendung, sampai
"Aku harus bagaimana lagi," gumam Adeline ketika dia sudah keluar dari dalam ruang kerja kak Prisila. Sungguh, penolakan demi penolakan seperti ini tidak pernah terbayang di dalam benaknya.Dalam rencananya semua berjalan dengan mulus, mulai dari mama Emma lalu kak Prisila.Adeline sebelumnya masih sangat yakin jika kedua orang itu akan tetap mendukungnya. Apalagi setelah anak kandung Aland ditemukan, harusnya mereka berdua meminta Adeline untuk jadi ibu sambung. bukannya menikahi Zara lagi, apa lagi wanita itu kini sekarang sudah mengganti identitasnya.Huh! Adeline membuang nafasnya dengan kasar. Meski terasa berat sekali tapi akhirnya dia melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit tersebut.Syok setiap kali ingat bagaimana kak Prisila mengancamnya. Bagaimana bisa kata-kata kasar seperti itu kak Prisila lontarkan.Takdir seperti ini terasa tidak adil bagi Adeline. Harusnya Aland dan Zara tidak boleh bahagia di atas penderitaannya.Tapi harus cara seperti apa lagi yang dia gunakan unt