'Bagaimana bisa Aland ada di sini dan bersama Austin.' Zoya mendadak membatu di tempatnya berdiri. 'Setelah Zara melahirkan, ambil anakmu dan ceraikan dia. Zara tidak pantas jadi bagian keluarga kita!' kalimat itu kini kembali berdengung dengan jelas di telinga Zara.Gemetar ketakutan yang dulu pernah dia rasakan sekarang kembali mendera lebih dahsyat.Zoya nyaris saja berlari untuk menarik Austin dari pria itu, sebelum akhirnya dia sadar saat mendengar sang pelayan berucap. "Nyonya Zoya, kenapa malah melamun. Ayo kita ke depan," ajak pelayan itu, dia bahkan memeluk lengan Zoya dengan erat. Hubungan Zoya dengan para pelayan di sana memang begitu dekat. Mereka sudah seperti keluarga.Dan panggilan Zoya yang ditujukan untuknya membuat dia sadar, bahwa sekarang ini dia adalah Zoya bukan Zara.Anggaplah Zara sudah mati.Zoya justru tidak boleh gegabah dan berakhir menunjukkan jati diri yang sebenarnya.'Tenang Zoya, tenangkan dirimu, jangan tunjukkan ketakutan mu. Sekarang kamu dan Aland
"Lakukan segala cara agar aku bisa berinteraksi lebih banyak dengan Austin," titah Aland. Dia dan Erile telah keluar dari The Sunset Restoran. Tapi keduanya masih berada di tepi pantai, belum kembali ke Homestay.Melihat Austin yang dibawa pergi menjauh darinya tadi membuat hati Aland kalut. Tim pencari Zara dan sang anak memang masih terus berlanjut, namun hati Aland berat sekali untuk tetap berada di tempat ini."Bagaimana jika anda jadi tenaga pengajar gratis di sekolah Austin?" tawar Erile, hanya itulah satu-satunya ide yang terpikir olehnya. "Jika Anda bersedia, malam ini juga akan saya urus."Aland tidak menjawabnya dengan kata-kata, dia hanya mengangguk kecil. Nyatanya tetap menggunakan kekuatan uang untuk memudahkan semua hal yang dia lakukan di tempat ini.***Semalaman ini Zoya terus memantapkan hati. 6 tahun waktu sudah berlalu dan selama itu pula dia telah hidup sebagai orang lain. Harusnya kini Zoya tak perlu lagi terbayang-bayang tentang masa lalunya.Tidak perlu takut
Zoya menelan ludahnya dengan kasar ketika dia mendengar ucapan Aland tersebut, 'Astaga, bagaimana bisa dia mengatakannya dengan begitu gamblang!' gerutu Zoya di dalam hati. Karena bagaimanapun saat ini mereka adalah dua orang asing.Harusnya Aland tidak seterbuka itu tentang masalah yang sedang dia hadapi.Malah jadi semakin tidak terima jika Aland mendekati anaknya dengan alasan tersebut. "Istri anda yang kabur ... kenapa malah terus mengganggu anak saya?! Lebih baik anda cari istri anda itu," balas Zoya, untunglah lidahnya tidak terasa kelu ketika menjawab. Meski sebenarnya pembicaraan ini membahas tentang dia sendiri.Jika dulu Zoya pasti tidak akan seberani ini untuk membalas ucapan Aland. Jangankan bicara dengan menggebu-gebu, menatap kedua matanya saja Zoya tidak akan mampu. Dulu saat masih menjadi Zara, Zoya benar-benar gadis yang lemah."Aku masih terus mencari mereka, hanya saja Aku juga ingin terus melihat Austin," jujur Aland, sejak tadi dia selalu menjawab jujur seperti ap
"Seperti ini lebih baik," ucap Aland. Dia tersenyum saat melihat pesan yang dikirimkannya pada Zoya sudah terbaca oleh wanita itu, dua tanda centang telah berubah jadi warna biru. Aland kemudian mulai naik ke atas motor maticnya, kini dia sudah bisa mengemudi kendaraan roda dua tersebut. Hanya butuh waktu satu hari untuk mempelajarinya."Sudah kembali Pak Guru," sapa nyonya Ressa, saat salah satu penghuni Homestay miliknya pulang. Meski dia sudah memiliki suami tapi tak pernah bosan memandang pria tampan itu, bahkan sering menggoda dengan sebutan Pak Guru. Aland menjawabnya dengan senyuman, semenjak tinggal di sini dia jadi lebih banyak tersenyum. orang-orang menganggapnya sebagai guru, bukan pemilik perusahaan raksasa di kota Servo."Om Erile lama sekali perginya, apa dia tidak akan kembali ke sini lagi?" tanya nyonya Ressa lagi. "Mungkin lusa dia akan kembali," jelas Aland. Sejak dua hari yang lalu Erile memang kembali ke kota, ada beberapa hal yang harus diurus, tentang penyelid
"Kenapa menatap saya seperti itu? apa memiliki alergi nyamuk terlihat aneh bagi anda?" tanya Zoya.Sementara Aland masih mematung, masih menatap Zoya lebih lekat daripada biasanya. Karena lagi-lagi selalu ada kebetulan yang seolah menghubungkan mereka.Zoya mana tau jika aroma lotion itu membuat Aland jadi teringat akan Zara. Zoya kira tentang masa lalunya tak akan melekat pada pria itu, dia adalah bagian paling tidak penting di dalam hidup Aland Floyd.Satu-satunya yang penting adalah anak mereka. Bahkan Aland dengan teganya berencana untuk menceraikan dia setelah melahirkan.Aland menggeleng perlahan, "Tidak ... hanya saja aroma lotion itu mengingatkan ku pada seseorang." Aland mengambil jeda. "Tiap malam sebelum tidur dia selalu menggunakan lotion dengan aroma itu." jelas Aland lagi, menjelaskan bukan hanya dengan kata-kata, tapi juga tatapan sendu. Banyak penyesalan yang tergambar jelas dari sorot mata itu.Dan langit di atas kepala Zoya seakan runtuh saat mendengar ucapan terseb
Sekitar jam 06.30 pagi Aland sudah mengajak mama Emma untuk mendatangi rumah Zoya. Dari dalam mobil itu, mereka mengamati rumah Zoya dari jarak aman.Tidak ingin membuat Austin merasa tak nyaman, Aland mengurungkan niat untuk mempertemukan sang mama dengan anak itu secara langsung. Biarlah kali ini mama Emma melihat dari jauh lebih dulu. Setelah hatinya sedikit tenang, barulah nanti pikiran lagi mau bagaimana.Cukup lama menunggu akhirnya mereka lihat pintu rumah Zoya yang terbuka. "Itu mereka, Ma," ucap Aland.Mama Emma tak bisa menjawabi ucapan sang anak, kedua matanya telah terkunci pada anak laki-laki itu di ujung sana. Tertawa dan mengandeng tangan sang mama, wanita bernama Zoya.Hatinya seketika terenyuh, sampai tak sadar jika ada air mata yang sudah mengalir. "Dia adalah anakmu Al, dia anakmu dan Zara."Mama Emma sangat yakin tentang hal itu. Bahunya naik turun karena tangis menahan rindu. Aland buru-buru menahan sang mama saat mama Emma hendak turun dari mobil."Jangan Ma, j
"Oma Emma?" tanya Zoya dengan suara yang terdengar gemetar. Nama itu membuatnya melemah, seseorang yang bahkan lebih dia takuti dibandingkan Aland."Iya Ma, Oma Emma namanya. Dia nenek yang sangat baik, bukan hanya memberikanku mainan ini tapi dia juga memelukku dengan sangat erat. Aku menyukainya!" terang Austin antusias, apalagi dia sambil membayangkan pelukannya dengan Oma Emma tadi. Rasanya seperti memeluk neneknya sendiri. kasih sayang yang tak pernah dia dapatkan, karena selama ini di dalam hidupnya hanya ada sang mama. Tidak ada yang lain.Mendengar cerita itu, Zoya segera menarik Austin untuk lebih dekat. Kedua matanya bergerak liar memandang ke sekitar. Benarkah mama Emma ada di sini? dimana? Zoya mencarinya dengan cemas. Jantungnya sudah bergemuruh hebat."Apa kamu tau siapa nama lengkap Oma Emma itu?" tanya Zoya kemudian, kini dua telapak tangannya sudah basah dengan keringat dingin. Semoga saja ini adalah Emma yang lain."Tau Ma, nama lengkapnya adalah Oma Emma Floyd."D
"I-iya, dia sedikit mirip dengan Austin," jawab Zoya dengan suara yang terdengar putus-putus. Zoya sesaat tergugu saat memandang foto itu. Ada desiran nyeri di dalam hatinya ketika melihat foto tersebut, apalagi saat mendengar Aland yang menyebut bahwa foto itu adalah foto istrinya.Aland seolah bangga sekali mengakui Zara sebagai istri, sesuatu hal yang selama ini tidak pernah Zoya bayangkan. Rasanya sangat tidak mungkin jika Aland benar-benar menganggapnya sebagai istri. Apalagi setelah 6 tahun waktu berlalu. Zoya justru berpikir, Aland telah kembali pada kekasihnya dulu, Adeline.Apa yang dia dengar ini sangat-sangat tidak mungkin.Puas memandangi fotonya sendiri, akhirnya Zoya buru-buru meletakkan foto itu kembali di atas meja, bahkan sedikit mendorongnya agar lebih dekat kepada Aland."Apa kamu masih mencari istrimu itu?" tanya Zoya, dia coba mengendalikan hatinya sendiri agar tidak terbawa perasaan. "Apa sebelum Zara pergi dia sedang hamil anak kalian?" tanyanya lagi, lalu menel