"Hm, kabarnya adalah…"Arfi sengaja untuk memotong pembicaraannya agar sang Mama penasaran. Dia melirik ke arah Mimi yang mencubitnya karena gemas dengan kejahilannya terhadap sang ibu."Mama lagi sama siapa?" tanya Arfi."Lagi sama budemu, kenapa? Mau ngomong juga sama bude Syarifah?""Nggak deh. Kalau begitu mau Arfi tunggu mama datang ke sini aja nanti Arfi ceritakan Sebenarnya ada apa di sini. Jangan lupa untuk ajak Oma, tapi jangan ajak bude. Berisik soalnya," kekeh Arfi.Syarifah yang mendengarnya dari jauh merasa kesal saat Arfi meminta untuk dia tidak ikut datang ke Cilacap. Dia langsung mengambil ponsel yang sedang digunakan untuk menelpon Tiara dan menatap wajah Arfi dengan kesalnya."Pasti istrimu yang meminta kode buat nggak ke sana kan?" omel Syarifah."Apa sih, Mbak? Nggak sopan banget ngomelin anak orang," ucap Syarifah yang hendak merebut kembali ponselnya."Anak kamu ini keterlaluan Tiara. Dia selalu saja membuat masalah denganku dan dia tidak pernah menghormatiku. Ji
Sejak mengetahui jika menantunya hamil, Tiara lebih sering datang ke Cilacap dan mengunjungi Arfi juga Mimi dengan membawakan banyak makanan. Kedatangan mertuanya sungguh sangat membuat ini bahagia karena kesehatannya jelas terjamin. Bahkan mertuanya sangat over protektif dan tidak membiarkan dia melakukan pekerjaan yang melelahkan sama sekali."Jadwal untuk ke dokternya besok ya? Arfi sudah tahu belum kalau besok kamu harus check up kesehatan?" Tanya Tiara pada Mimi yang sedang meminum susu yang dibuatkan oleh mertuanya."Mimi belum bilang sama mas Arfi. Nanti deh aku kasih tahu.""Lho.. kenapa kamu ngomongnya mendadak gitu? Kalau dia nggak tahu kan jadi nggak bisa ngatur jadwal pekerjaannya. Lain kali kalau berhubungan dengan kesehatan dan juga kontrol kandungan, kamu harus mengabarinya jauh-jauh hari biar suamimu itu bisa mendampingi kamu di rumah sakit. Jangan sampai kamu berangkat ke rumah sakit sendiri dan orang beranggapan jika suami kamu tidak siaga dan tidak peduli dengan is
Hari demi hari dilalui dengan suka dan duka bersama-sama. Yang membuat Mimi merasa bahagia adalah ketika ada support keluarga. Baik keluarga Arfi maupun keluarga Mina semuanya bekerja sama untuk menjaga kesehatan kandungan dan juga anak yang sedang dikandung oleh Mimi. Terlebih ketika melihat Arfi yang justru ngidam dan heboh karena semua orang kelimpungan untuk mengabulkan permintaannya."Udah 7 bulan, seharusnya sudah tidak lagi ngidam seperti dulu. Kalau kamu masih menginginkan ini dan itu artinya hanya modus kamu sebagai ayah yang manja untuk anak-anak mu," omel Tiara pada Arfy yang pagi itu meminta dibuatkan nasi goreng seperti keinginan Arfi."Di mana-mana orang ngidam itu sampai 6 bulan lamanya. Kalau lebih dari itu namanya modus!" Arfi mengulang kata-kata ibunya dengan wajah yang mirip membuat sang ibu heran dan mencubit pipi anaknya."Acara 7 bulanan besok Oma bilang mau pulang ke Cilacap. Apa nggak sebaiknya dibikinkan kayak hajatan gitu?" tanya Tiara."Sepertinya tidak us
"Sepertinya ini harus disesar dan harus melakukan kelahiran secara prematur. Posisi bayi melintang dan tidak bisa melahirkan sampai umur 9 bulan. Kalau tidak dilakukan persalinan sekarang, takutnya membahayakan pada salah satu bayi yang ada di dalam," ucap dokter saat ini sudah diperiksa dan dibawa ke UGD."Lakukan yang terbaik saja dok dan selamatkanlah semuanya," ucap Tiara mewakili Arfi yang sudah tadi diam saja karena panik dan kasihan melihat Mimi.Keduanya diminta untuk menandatangani surat penanganan dan Mimi langsung dibawa ke ruang operasi untuk melakukan sesar."Banyak-banyak berdoa saja semoga Allah melindungi anak dan istrimu. Kamu tidak ingin menemani Mimi di dalam?" Tanya Tiara."Arfi takut, Bu."Tiara menarik nafas dalam-dalam dan dia pun tak bisa mengambil alih untuk menemani Mimi yang sedang melakukan operasi di dalam. Mereka menunggunya di luar karena dokter mengatakan bahwa ruangan harus steril dari orang-orang yang tidak ada kaitanya dengan tindakan medis.Semua
"Sepertinya memang Laila sedikit cemburu dengan kelahiran kedua adik-adiknya. Kamu sebagai Ayah sambungnya harus bisa membuat anak sambung itu nyaman dan bahagia bersama dengan kalian. Resiko menikahi janda adalah harus menerima anak yang dibawa olehnya meskipun nanti kamu gunakan rasa berat dengan pengasuhan anakmu. Oma selalu mendukung keputusan kamu dan selalu akan berbahagia atas apapun yang kamu putuskan tentang hidupmu. Namun, Oma berpesan kepadamu jangan sampai kamu main tangan kepada istrimu dan jangan sampai keluarkan kata-kata yang bernada tinggi di depan anakku. Hal itu bisa membuat kamu merasa dibenci dan tidak akan dihargai oleh keluarga terlebih istri dan anak. Menikahi seorang janda itu berat tetapi pahalanya luar biasa karena bukan hanya menafkahi anak sendiri tetapi juga anak orang lain yang dibawa oleh istri. Pokoknya jangan sampai Oma mendengar kamu melakukan hal buruk kepada istri dan anaknya," ucap Ayu menasehati Arfi saat mereka sedang berjalan menuju ke ruang
Siang hari keluarga Arfi dari Banyumas datang menjenguk dan mereka kaget karena mendengar bahwa Mimi melahirkan di usia kandungan 7 bulan saja. Mereka berkunjung saat Arfi tidak berada di tempat sehingga keluarga dari Arfi yang ada di Banyumas itu hanya bertemu dengan keluarga Hakim yang di Jakarta."Menantu mu lahiran sesar, Ra?" Tanya Syarifah."Caesar ataupun normal sama saja.""Iya jelas beda dong. Melahirkan normal itu sangatlah penuh perjuangan dan benar-benar berjihad yang sebenarnya, kalau melahirkan sesar kan tidak terasa dan tahu-tahu anaknya sudah di luar," cibir Syarifah."Melahirkan itu, baik Caesar maupun normal tetap saja sakit dan seharusnya kamu sebagai wanita pun tahu bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya," sahut Tiara yang tidak ingin membuat anak menantunya sedih mendengar ucapan dari saudaranya itu. Mimi baru saja siuman, dia tidak ingin menantunya itu sedih jika mendengar ucapan Syarifah yang memang kadang suka berbicara asal."Bukan seperti it
Anak-anak Mimi sudah boleh dibawa pulang setelah 1 minggu menjalani perawatan di NICU. Mimi sudah mulai menyusui sejak 3 hari dirawat dan setelah 1 minggu dia sudah diperbolehkan untuk pulang. "Akhirnya baby Army sama Alma bisa pulang ke rumah. Senangnya cucu Oma sama Uti bisa menempati kamar yang baru," ucap Tiara saat dia menggendong salah satu anak Mimi dan Arfi."Rasanya tidak menyangka langsung diberikan cucu 2, jadinya bisa satu-satu menggendongnya.""Tuhan tahu kalau kita Mungkin saja akan berebut untuk menggendongnya jika hanya satu saja," kekeh Tiara.Alma dan Army digendong oleh Tiara dan Irah sedangkan Laila digandeng oleh Arfi untuk masuk ke dalam rumah."Anak Papa mau makan apa sore ini? Apa mau pesan makanan enak di restoran buat syukuran kepulangan kita," tanya Arfi."Papa mau beli?""Iya. Laila mau makan apa?""Hm, gak deh. Laila pengen ikut aja beli makanan sama papa.""Baiklah. Sekarang mandi dulu lalu Nanti Papa panggil buat ikut sama Om Adrian.""Yeew….."Laila sa
"Laila nggak pengen tinggal sama papa?"Ardan mengulangi pertanyaannya dan dia mengusap kepala Laila pelan untuk menyalurkan kasih sayang dan rasa rindunya kepada sang anak."Untuk apa kamu mengajukan pertanyaan yang tidak bisa Laila jawab di usianya yang sekarang? Seharusnya kamu sebagai seorang ayah tahu bagaimana cara untuk memposisikan diri sebagai ayah kandung di saat dia tinggal bersama dengan ayah tirinya," sahut Arfi.Arfi tentu saja kaget mendengar Ardan datang ke rumahnya dan ingin mengajak Laila untuk pergi bersamanya tinggal. Tentu saja tidak akan dengan mudah dia mengizinkan karena selama ini lelaki itu selalu saja membuat masalah dan tidak bisa dipercaya untuk mengasuh anaknya. Apalagi kedatangannya hanya untuk mengajak Laila pergi, dia tak akan mengizinkannya."Dia anakku dan aku berhak untuk mengajaknya tinggal kapanpun aku mau. Aku tahu kalau perasaan dia pasti sangat sedih ketika melihat kedua adik-adik itu lahir dan kalian mengabaikan kasih sayang yang dibutuhkan ol