"Ma, papa kok nggak pernah datang lagi ke sini ya?" tanya Laila."Papa sibuk, Nak."Laila merengut. Sudah setahun lamanya Adnan pergi dari kota Cilacap dan meninggalkan kenangan dengan sang anak. Sengaja dia tidak memberikan kabar apapun agar Laila terbiasa tanpa dirinya. Sebenarnya Mimi sudah memberitahu bahwa sebaiknya menghubungi setidaknya seminggu sekali atau sebulan sekali untuk memberikan kabar kepada Laila agar tidak dikhawatirkan oleh anak yaitu, tetapi Adnan memilih untuk tidak menghubunginya karena dia tidak enak dengan Arfi. Sebagai lelaki yang memiliki banyak salah tentunya dia merasa malu jika selalu mengganggu hubungan keluarga mereka yang sudah cukup baik dan Adnan juga sedang mencoba untuk menata hidupnya agar menjadi lebih baik setelah menikah dan menerima sebagai istrinya yang sekarang.Santi dan Alvin datang berkunjung ke rumah Mimi dan mereka membawa anak mereka yang kini sudah pandai berceloteh ria. Kelahiran dengan jarak yang hampir sama dengan kedua anak Mimi
"Om, pacarnya udah berapa?" Tanya Laila sambil terkekeh."Ee ee, nggak bahaya tah tanya-tanya tentang pacar? Ayahmu dengar bisa dinikahkan muda kamu," kekeh Adrian."Kan Laila hanya tanya saja kenapa harus sewot begitu? Dari tampang-tampangnya sih kayaknya udah mau nikah. Kapan Om? Laila udah nggak sabar pengen jadi Domas."Adrian mencubit hidung bangir Lela dan dia menatap ke arah langit sambil bergumam sendiri."Seandainya Om tidak dilahirkan lebih dulu pasti Om akan menunggu kamu sebagai calon istri Om tetapi Karena berhubung kamu masih kecil jadi Om akan nikah duluan bulan ini.""Bulan ini?"Adrian mengangguk. Dia memang akan berniat menikah bulan ini karena usianya sudah cukup matang. Dia sudah mendapatkan wanita yang cocok dan dia pun tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan keluarganya."Ayah, Mama, Om Adrian mau nikah nih bulan ini katanya? Mama sama Ayah udah tahu belum?" Laila langsung berlari dan Adrian pun mengejar bocah yang ternyata sudah membocorkan renc
Fase lelah wanita bergelar istri, ketika suaminya enggan memberinya perhatian receh*----"Sisa uang pembayaran listrik dan Air mana, Dek?" tanya Ardan."Bukanya udah diminta Mas kemarin?" sahut Mimi."Di struk 125 ribu. Kamu kasih Mas 50 ribu. Masih sisa 25 ribu di kamu. Mau kamu korupsi juga? Kan sudah Mas kasih jatah sendiri buat belanja," cecarnya."Buat beli daster, Mas. Kebetulan ada pedagang keliling obral daster. Mas kan juga ngerasain sendiri dasternya," sungut Mimi tak suka jika suaminya selalu saja mencecarnya banyak hal mengenai ke mana uangnya habis."Memang Mas pake daster? Alasan saja kamu. Mana uangnya, Mas sudah siang ini. Mau buat beli bensin," ujarnya kesal."Kan Mas menghayati, buktinya langsung tancap gas pas aku pake baju itu. Uang yang mana lagi? Sisa 25 ribu aja diminta balik. Pelit kok turunan!" sungut Mimi."Udah mana? Jatah kamu kan ada. Masih saja korupsi!"Malas berdebat, akhirnya Mimi mengeluarkan uang sisa belanja pagi tadi. Dengan kesal ia memberikan ua
"Mi, perasaan aku jarang banget lihat suami kamu di rumah, kerja terus tah nggak ada libur?" tanya Priyati, tetangga Mimi."Iya, kerja terus liburnya kalau sakit aja," jawab Mimi jujur."Kerja terus tapi kok enggak kaya-kaya, jangan-jangan duitnya dipakai buat main wanita," celetuk Ita, tetangga Mimi yang paling suka menebar berita hoax."Hus! Kalau ngomong itu dipikir, Yu. Suaminya Mimi itu Kerjanya memang sering lembur, tapi bukan berarti dia nyeleweng. Orangnya baik dan kalem gitu kok, ya nggak Mi?" ujar Ningsih.Mimi pamit dari tempatnya belanja di warung pak Wage. Malas jika meladeni ucapan mereka yang kadang jadi membuatnya berpikiran macam-macam terhadap suaminya yang sering pulang malam itu." Nggak usah didengerin ucapannya si Ita. Dia memang suka ngomong tanpa dipikir, rumah tangganya saja tidak jelas," ucap Ningsih yang ikut pulang setelah pembicaraan mengenai Ardan tadi."Sudah biasa, Yu. Rumah tangga seumuran Kami memang pasti diuji banyak cobaan terutama ya masalah ekono
Ada saatnya di mana Seorang Istri harus memiliki jiwa detektif. Namun, jangan sampai ke kecurigaannya menjadi neraka dengan menuduh tanpa bukti."Mas, Meli itu sekretarisnya bos atau istrinya Bos?" tanya Mimi saat tamu mereka sudah pulang."Kamu mikirnya siapa?""Kalau istrinya si Bos, wajar saja datang bersama ke sini. Tapi, kalau karyawan kok, rasanya aneh?" tanya Mimi."Aku yang sakit kok, kamu yang merasa aneh? Dah, bikinkan susu. Badan Mas agak menggigil," perintah Ardan membuat Mimi mendengus kesal."Aneh, tanya apa jawabnya apa," grundel Mimi.Mimi membuatkan susu sesuai keinginan Ardan. Meski keinginannya tak ada di rumah, Arden tak mau tahu. "Lama banget sih? Bikin susu apa meres susu?" tanya Ardan dengan nada sedikit sewot."Sabar, bahannya tidak ada di rumah, jadi harus beli dulu di Warung Pak Wage. Nih," ucap Mimi meletakkan gelas berisi susu di depan Ardan dengan hati-hati."Lain kali stock di rumah. Jadi kalau misal pas lagi kepengen malam-malam barangnya ada," protes A
~~Jika menginginkan istri yang baik, maka cerminkan sifat yang baik pula padanya. Pepatah mengatakan, istri adalah cerminan suami.~~"Mah, bagun!"Mimi terbangun saat tangan suaminya menggoyang tubuh mungil Mimi."Apa sih, Mas? Kan ini masih malam?" sahut Mimi malas. Baru beberapa jam yang lalu ia memejamkan mata setelah memijat badan Ardan, kini harus terbangun lagi kaena rengekan suaminya."Perut Mas sakit, ambilkan minyak gosok. Mungkin masuk angin," lirik Ardan."Itu namanya karma. Besok Kalau bawa makanan lagi nggak dikasih bukan hanya perutnya sakit, tapi jiwanya yang sakit," jawab Mimi sambil beranjak mengambil minyak gosok di samping tempatnya tidur."Mbok ya kalo ngomong itu dijaga mulutnya, suami lagi sakit kamu malah nyumpahin," protes Ardan." Siapa yang nyumpahin? Yang bilang perutnya sakit kalau makan makanan kota siapa? Eh, yang sakit perut malah yang makan, itu namanya karma. Mas harus ingat, karma tidak semanis kurma.""Sudah jangan kebanyakan ngoceh, kamu kerik biar
~~Pasangan yang setia adalah pasangan yang setiap hari bertengkar hal sepele tetapi masih awet sampai maut memisahkan.Hari-hari dilalui Ardan dan Mimi seperti biasa. Ardan yang dingin, semakin hari bertambah menyebalkan bagi Mimi. Ardan suka melakukan sesuatu sesuka hati dan mengabaikan Mimi tiap istrinya itu mengeluhkan lelah dengan kegiatan sehari-harinya." Mas atapnya bocor, mbok ya di perbaiki sana. Mumpung lagi sempat," perintah Mimi saat mendapati rumahnya penuh dengan air karena beberapa atap yang terlihat sudah tidak layak pakai menyebabkan banjir di setiap sudut ruangan."Rumah walaupun jelek kalau rapi, bebas bocor, pastilah akan nyaman ditempati. Besok kamu naik, perbaiki ya Mas?" imbuh Mimi lagi."Minta saja Bapak buat naik. Mas takut ketinggian," balas Ardan santai." Astagfirullah, masa minta bapak buat benerin rumah yang kita tinggali? Mau coba-coba jadi mantu durhaka?" sindir Mimi dengan nada yang sedikit dia naikkan." Iya kalau nggak ada yang benerin ya bawahnya d
~~Kesetiaan seorang istri diuji ketika suami tak punya apa-apa. Kesetiaan suami diuji ketika diposisikan dengan wanita yang bukan istrinya.~~Sudah setengah bulan Ardan tidak berangkat bekerja. Ada mengatakan jika bosnya bangkrut dan pindah ke Jogja."Kalau tidak kerja, lakukan apa aja yang dapat uang," ucap Mimi."Cari kerja itu susah, yang mudah itu minta. Kayak kamu itu," cibir Ardan saat makan singkong rebus pemberian mertuanya."Kalau Mas nggak kerja, bantuin aku siapkan bahan untuk berdagang. Selama ini, kita makan dari hasil jualanku.""Halah, jualan dapat buat beli beras aja bangga. Mas yang tiap hari dapat uang buat makan kita semua, biasa aja tuh, nggak kamu banggain. Malah kufurin!"Mimi memilih diam sambil menata sayur pecel yang hendak ia jualkan keliling.Ardan paling tak suka jika Mimi merasa dia yang menafkahinya. Selama ini dia berkuasa dengan uangnya dan dia benci status istri yang sok pintar dan berkuasa di atasnya."Nitip Laila, aku mau ngider pecel buat tambahan.