Bab 49 Ketakutan Bela"Suka, Om. Boleh, kan, Ma?" Zaki memandang padaku dengan pandangan memohon. Dia tahu kalau aku tak suka Zaki menerima tawaran makan dari orang lain. Aku memang pernah melarangnya, bukan karena apa-apa. Aku hanya tak ingin dia jadi sering berharap diajak makan oleh siapapun. Namun, kali ini aku tak kuasa menolak permintaannya.Apa lagi yang mengajaknya makan adalah Papanya sendiri. "Boleh, kali ini saja, ya!" kataku akhirnya. "Yeay, Mama paling baik, deh." Zaki memelukku dengan senang hati, lalu kami pun turun ke lantai bawah. Mas Leon mengajakku dan Zaki masuk ke restoran cepat saji asal negeri Paman Sam dengan maskot kakek tua itu. Ternyata pengunjung sedang ramai saat itu, kami kesulitan mencari kursi dan meja yang kosong. Untunglah mata jeli Mas Leon dapat menemukan satu meja yang kosong."Kalian tunggu di sini saja, biar Om yang memesan makanannya, ya!" kata Mas Leon pada Zaki dan tentu saja padaku juga. Mas Leon meninggalkan kami menuju ke kasir. Dia
Bab 50 - Kecelakaan ZakiPOV AuthorBela sedang menerima tamu yang dibawa Leon untuk melihat-lihat kondisi panti yang diasuhnya. Intan dan Rangga, beserta ketiga anaknya tidak hanya berkunjung, tetapi mereka juga membawa banyak barang untuk kebutuhan Panti. Tentu saja Bela merasa senang sekaligus bersyukur. Tiba-tiba saja, seorang anak panti berlari mengulitinya dengan wajah cemas. "Ibu, Zaki!" seru sang anak ketakutan. "Zaki kenapa?" tanya Bela ikut khawatir. "Zaki jatuh dari pohon mangga, Bu. Kepalanya berdarah kena batu!" jawab si anak laki-laki takut. "Apa, di mana dia sekarang?" Bela mulai panik, dia langsung berlari mendapati Zaki setelah si anak laki-laki itu memberitahu kalau Zaki ada di kebun belakang. Bagian belakang panti memang anak ditumbuhi pohon buah-buahan seperti Mangga, Rambutan, Jambu Air dan beberapa jenis buah lainnya. Rangga dan keluarga juga ikut berlari menyusul Bela. Sampai di kebun belakang panti, Intan sangat kaget melihat Zaki yang tergeletak di tana
Bab 51 Kok Bisa Sama"Kita juga masih berusaha mendapatkan darah di PMI pusat, Bu. Karena stok darah tersebut sedang kosong di sini. Namun, Zaki harus segera mendapatkan transfusi darah tersebut. Kalau tidak—""Pakai darah saya saja, Dok. Golongan darah saya sama dengan Zaki," ucap Leon memotong ucapan sang dokter. Semua yang berada di depan ruang IGD menoleh pada Leon. Intan tampak tersenyum samar. Dia bahagia karena yakin akan hubungan Leon dan Bela serta Zaki. "Baiklah, kalau begitu anda ikut saya!" balas sang dokter. Leon menoleh pada Bela yang masih menundukkan wajahnya, kemudian mengikuti langkah dokter tersebut ke dalam ruangan di mana Zaki sedang dirawat. Intan menarik napas lega, seusianya Maslaah darah sudah terselesaikan. Dia pun mengajak Bela untuk duduk dan sabar menunggu sampai operasi selesai dilaksanakan. "Saya takut, Bu. Hanya Zaki satu-satunya milik saya di dunia ini. Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya, ah, saya bisa mati dengan membayangkannya saja," keluh
Bab 1 - Arabela PutriPOV Bela"Uang keamanan, Pak!" seru Bela."Ampun, Neng. Bapak belum dapat penglaris, nanti saja balik lagi, ya!" mohon seorang pedagang kelontong pada Bela yang datang untuk menagih uang keamanan."Oke, nanti aku balik lagi. Harus sudah ada ya nanti!" ancamku dengan wajah dibuat seseram mungkin."Iya, Neng. Bapak janji!"Sambil menepuk bahu si bapak, aku berlalu dari tokonya menuju ke toko di sebelahnya untuk menagih uang iuran keamanan pasar.Ini lah kegiatanku sehari-hari. Perkenalkan namaku Arabela putri, biasa dipanggil Bela. Pekerjaanku sebagai anak buah dari Ramon si Kribo, preman yang menjaga keamanan pasar.Aku merupakan satu-satunya anggota perempuan, walau begitu tak ada dispensasi dari Bang Ramon, biasa aku memanggilnya. Aku harus ikut semua kegiatan yang diperintahkan oleh Bang Ramon.Jika harus kelahi dengan geng lain, aku juga akan ikut serta. Semua anak buah Bang Ramon diajarkan ilmu bela diri termasuk diriku."Gimana, Bel? Aman?" tanya Bang Ramon
BAB 2 - Leon Abimanyu POV LEONMataku terus menatap dengan lekat pada sosok wanita yang baru saja meringkus seorang penjambret seorang diri. Dia benar-benar wanita cantik dan gagah berani.Sepertinya dia cocok dengan kriteria yang kubutuhkan. Cantik, berani dan tidak mengenal takut. Aku harus mencari tahu informasi mengenai gadis itu!Aku masih mengamati wanita tadi, ternyata dia menunggu angkot lewat. Dan sekarang dia telah pergi dengan menumpang pada sebuah angkot."Pak, buruan. Kita harus mengejar angkot berwarna biru itu!" teriakku pada sopir yang sedang membeli gorengan di tepi jalan. Mendengar teriakanku dia bergegas kembali ke mobil sambil menenteng sebuah bungkusan."Kita ke mana, Mas?" tanya Darma, sopirku."Itu, kejar angkot berwarna biru itu?" tunjukku. Pak sopir segera tancap gas, mengejar angkot yang membawa wanita tadi. Aku menyuruh sopir untuk menjaga jarak, agar tak ada yang curiga.Aku terus mengikuti angkot tersebut, setiap angkotnya berhenti, aku memperhatikan wani
Bab 3 - Cemburukan? "Kamu jangan memfitnah kami, ya, Leon. Kami ini juga punya hak tinggal di sini. Jadi buat apa kami punya niat untuk menguasai harta Papa kamu!" bantah mama tiri ku. Aku tak berniat membantahnya. Kutinggalkan mereka berdua, ibu dan anak yang kerjanya hanya menghabiskan harta papa saja. Semasa papa masih hidup, hampir setiap hari mereka shopping serta makan di resto mewah dan mahal. Kini setelah papa tiada, mereka hanya mendapat jatah 5 juta perbulan. Aku tau betapa tersiksanya mereka karena tak bisa belanja sesuka hatinya lagi. Berbagai usaha mereka lakukan agar aku mau berbaik hati menambah jatah bulanan mereka. Selain itu mama tiri ku selalu mengenalkan teman-teman anaknya padaku. Mama tiri ku berulangkali ingin menjodohkan aku dengan gadis pilihannya. Aku tahu maksudnya, agar aku bisa mereka atur dan pada akhirnya semua harta papa akan mereka kuasai. "Om, kenapa sih Papa tidak mengizinkan aku mengusir mereka!" keluhku suatu hari pada Om Mirza, pengacar
Bab 4 - Bela suka membela POV Bela Aku telah sampai di rumah, tetapi masih merenung di teras rumah. Entah kenapa hari ini aku merasa kesal, padahal siang tadi aku merasa senang saat Mas Leon mengajak makan siang. Kapan lagi bisa makan bareng dengan orang kaya, ganteng pula. Hatiku juga merasa senang saat dia meminta aku menjadi istrinya, jantungku mendadak bergemuruh. Namun demi jaga gengsi hanya tak langsung setuju dengan permintaannya. Aku sudah bermimpi akan menjadi istrinya walau itu hanya settingan saja. Namun, sepertinya impianku harus kukubur dalam-dalam. Wanita yang bersama Mas Leon tadi sangat cantik, dan sepertinya mereka saling tertarik. Aku bisa melihat tatapan mata wanita itu yang terus tertuju pada Mas Leon. Mereka lebih cocok dan pantas menikah dari pada aku. "Ah, sudahlah. Mungkin Mas Leon memang bukan jodohku!" putusku, kemudian masuk ke rumah untuk beristirahat. Keesokan harinya, aku baru akan menagih uang keamanan, saat tiba-tiba Ujang, temanku datang d
Bab 5 - Mulai BerubahPOV LeonTanganku masih gemetar saat membuka pintu kamarku. Betapa tidak, baru kali ini aku menyaksikan sendiri orang berkelahi apa lagi sampai menggunakan senjata seperti tadi.Aku tahu kalau Bela pandai membela diri karena telah melihatnya sendiri saat menggagalkan penjambretan dulu. Namun, yang kulihat kali ini membuatku harus berpikir ulang dengan rencana semula.Agak ngeri juga sih, jika aku sampai menikah dengan Bela dan suatu saat dia marah karena sesuatu hal, bisa-bisa benda pusaka ku yang jadi sasaran kemarahannya.Aku bergidik ngeri, untung lah teman-temannya datang serta membawanya pergi tadi. Bela hanya melihat padaku menunggu responku, sementara aku sendiri masih terkejut dan syok.Aku tak tahu harus berbuat apa. Semuanya terjadi begitu cepat dan diluar dugaanku. Sepertinya aku harus memikirkan kembali semuanya sebelum terlambat.Ting ... sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselku. [Selamat malam, Pak Leon. Sudah sampai di rumah 'kan?] Begitu pesan