Makan malam sudah siap. Setelah melaksanakan sholat isya, Hanin menemui Adam yang ia kira berada di ruang tamu, tetapi ternyata tidak ada. Pikiran Hanin tertuju pada satu tempat, tetapi ia tidak ingin lancang mendekati kamar pria itu.
Akhirnya, Hanin memutuskan menemui Mbak Ratih yang sedang berada di kamar Silla.Setelah mengetuk pintu beberapa kali, Mbak Ratih keluar sambil membawa tempat minum milik Arsilla."Ada apa, Mbak Hanin?""Itu, Mbak. Makan malam sudah siap," ujarnya gugup."Ya tinggal kasih tahu Pak Adam saja. Biasanya jam segini beliau berada di kamarnya," terang Ratih."Saya enggak berani kalau harus ke kamar Pak Adam. Gimana kalau Mbak saja yang memberitahu dia.""Loh, itu, kan tugas kamu, Nin. Ketuk saja pintunya terus bilang kalau makan malam sudah siap, enggak perlu masuk kamarnya juga kali." Ratih tertawa renyah melihat kegugupan Hanin. Ia pikir Hanin bersikap seperti itu karena belum terbiasa.Hari ini Hanin dibuat sibuk membantu Anggun mendekor ruang tamu untuk acara ulang tahun Arsilla. Ia begitu bersemangat mempersiapkan segala sesuatunya untuk sang putri. Bahkan Hanin sudah menyiapkan kado yang ia beli kemarin dari toko mainan. Beruntung Tita mau memberinya pinjaman hingga Hanin bisa membelikan sesuatu untuk Arsilla di hari istimewanya."Nin, tolong buatkan dua gelas jus untuk Pak Adam juga Bu Anggun. Mereka ada di ruang keluarga," titah Ratih menghampiri Hanin yang tengah mencuci sayuran yang akan dimasak untuk makan malam."Iya, Mbak, nanti saya buatkan."Ratih kembali ke ruang tamu menemani Arsilla yang tengah mencoba meniup balon yang tersedia di sana.Hanin pun bergegas membuatkan jus untuk sang majikan yang pasti kelelahan setelah menyulap ruang tamu menjadi bak istana dongeng seperti keinginan Arsilla.Setelah selesai, Hanin bergegas menuju ruang keluarga, tetapi langkahnya terhenti saat melihat dua orang yang sedang
"Adam? Sejak kapan kamu berada di sana, Nak?"Lestari begitu gugup, pun dengan Hanin yang segera bergeser menjauhi mantan mertuanya. Tatapan Adam begitu tajam, menelisik dua wanita itu sampai mereka merasa dikuliti."Apa maksud ucapan Mama tadi? Kenapa Mama harus minta maaf sama dia?" tunjuk Adam dengan dagunya ke arah Hanin."Mama tadi enggak sengaja nabrak dia, jadi Mama minta maaf." Lestari berusaha menjelaskan meskipun ia ragu Adam akan mempercayainya."Cuma karena nabrak, terus minta maaf sampai harus pelukan begitu? Bahkan Mama sampai nangis. Benar-benar enggak masuk akal," timpal Adam seraya menggelengkan kepalanya."Mama nangis karena kaget melihat Hanin bisa berada di sini. Sudah lama Mama enggak bertemu sama dia."Adam tertawa sumbang mendengar penjelasan sang Mama. "Aku enggak habis pikir. Mama tahu, 'kan siapa dia? Mama tahu, 'kan apa yang sudah dia lakukan empat tahun lalu? Tapi dari dulu sampai sekarang, aku lihat M
"Mbak Hanin, saya bisa minta tolong?"Hanin yang sedang membereskan barang belanjaan, dikejutkan oleh Ratih yang terlihat sangat cemas. Wanita itu sudah berpakaian rapi seperti akan bepergian."Minta tolong apa, Mbak?""Tolong jaga Silla, Dia sekarang ada di kamarnya. Saya harus segera pulang kampung, Ibu jatuh di kamar mandi dan dilarikan ke rumah sakit," terang Ratih dengan gelisah. Wanita itu mendengar kabar dari saudaranya yang menelepon tadi pagi saat di sekolah."Iya, Mbak. Enggak usah khawatir, saya akan menjaga Silla. Tapi apa Pak Adam tahu kalau Mbak Ratih mau pulang kampung?""Sudah, tadi saya sudah menghubungi Pak Adam dan beliau mengizinkan," jawabnya seraya mengambil ponsel dari dalam tas yang sudah ia bawa."Bisa sebutkan nomor Mbak Hanin? Nanti aku kirim nomor ponsel Pak Adam agar Mbak bisa menghubunginya kalau terjadi sesuatu pada Silla.""Bisa, Mbak." Hanin pun mengambil ponselnya di meja, kemu
"P-pak Adam? Anda di sini?"Hanin terperanjat. Gegas ia bangun dari ranjang Arsilla, setelah melepas pelukannya pada tubuh sang putri. Beruntung Silla tidak terganggu dan masih tetap terlelap. Hanin memperbaiki penampilannya yang berantakan, lalu berdiri menghadap Adam dengan kepala yang menunduk."Jawab aku Hanin! Apa maksud ucapan kamu tadi?" Adam kembali mengulang pertanyaan."Ucapan yang mana, Pak?""Jangan berkilah. Sudah lama aku berada di kamar mandi dan cukup jelas mendengar semua yang kamu katakan tadi. Cepat jawab pertanyaanku, Hanin!"Hanin bergeming. Entah alasan apa yang akan ia berikan kepada Adam jika kenyataannya pria itu sudah mendengar apa yang ia ucapkan. Namun, untuk berkata jujur pun lebih tidak mungkin. Ada janji yang harus ia tepati pada seseorang."Hanin Ayuningtyas! Kamu dengar aku bicara, bukan? Kenapa diam saja?" Adam mulai hilang kesabaran. Tubuh tingginya mendekati Hanin, mengikis jarak di antara mere
"Wah, Silla lagi sarapan?"Arsilla dan Hanin menoleh ke arah Anggun yang langsung menghampiri mereka. Keduanya memasang senyum untuk calon istri Adam yang baru datang."Mama Anggun!" Pekik Arsilla dengan riang."Maaf ya, Sayang. Kemarin Mama enggak bisa ngantar Silla sekolah. Ada urusan keluarga," ujar Anggun seraya duduk di kursi sebelah Arsilla."Enggak papa, Ma. Silla diantar sama Mbak Ratih," sahut bocah kecil yang sudah menyelesaikan sarapannya."Hai, Mbak Hanin. Gimana kerja di sini, betah?" Anggun beralih pada Hanin yang sedang membereskan bekas makan Arsilla. "Alhamdullillah betah, Mbak. Terima kasih Mbak Anggun sudah memberi saya kesempatan untuk kerja di sini.""Sama-sama. Saya hanya ingin berterima kasih karena Mbak Hanin sudah menyelamatkan saya waktu itu." "Hanya kebetulan itu, Mbak. Beruntung saya sedang ada di sana," tutur Hanin dengan senyuman, sedangkan Anggun menautkan alis ketika ia teringat
"Ternyata kalian masih berhubungan." Adam berjalan mendekati Hanin yang masih mematung karena terlalu kaget, juga Bram yang tak kalah terkejut. Mereka sama-sama tidak menyangka akan bertemu dengan Adam di sini di saat keduanya tengah terlibat pembicaraan."Semalam aku sempat berpikir kalau aku mungkin saja salah. Kamu tidak pernah berselingkuh dan kalian hanya pura-pura. Ternyata lagi-lagi aku dibodohi. Kalian masih berhubungan sampai sekarang." Adam mengepalkan tangan. Ia hampir saja mengumpat karena hampir saja tertipu oleh mantan istrinya itu."Kamu salah paham, Dam. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Bram mencoba menjelaskan, tetapi Hanin memberi isyarat agar dia diam saja."Salah paham? Kalian pikir aku bodoh? Sudah dua kali aku memergoki kalian. Meskipun saat ini tidak seintim seperti empat tahun yang lalu, tapi aku yakin kalian masih berhubungan selama ini. Hampir saja aku dibodohi dengan tampang lugu kamu, Hanin. Seharusnya aku tahu kalau seora
"Kenapa Mama menyembunyikan hal besar seperti ini dariku?"Lestari dan Anggun begitu terkejut saat tiba-tiba saja suara Adam terdengar dari arah pintu masuk. Wajah keduanya berubah pucat, tidak menyangka Adam akan mendengar semua yang mereka bicarakan. Wajah pria itu terlihat memerah dengan rahang yang mengeras, pertanda sedang menahan amarah yang entah ditujukan untuk siapa."A-adam? Sejak kapan kamu berada di situ, Nak?""Sejak kalian membicarakan tentang Hanin. Katakan, Ma, kenapa Mama tega menyembunyikan hal besar seperti ini pada Adam?""Dam, duduk dulu, Nak. Nanti Mama jelaskan," pinta Lestari seraya berdiri menghampiri putranya. "Ayok duduk." Tangannya memegang lengan Adam untuk diajak duduk.Adam menurut. Meskipun rasa kesal dan marah masih bergelayut, ia coba menahannya demi mendengar penjelasan dari mamanya."Sekarang katakan," ucapnya penuh penekanan.Lestari menarik napas panjang sebelum mulai berbi
"Ayah!" Arsilla berlari menuju sang Ayah yang menunggu di pinggir mobil. Gadis kecil itu menyalami tangan Adam yang langsung berjongkok di depannya. Arsilla merasa heran karena biasanya Anggun yang akan menjemput, bukan sang Ayah."Mama Anggun sedang ada urusan, makanya Ayah yang jemput Silla." Adam yang mengerti kebingungan sang putri segera menjelaskan.Arsilla mengangguk tanda mengerti. Adam menggiring sang putri memasuki mobil, lalu ia memutar menuju kursi kemudi."Kita enggak pulang ke rumah dulu ya, Sayang. Di sana enggak ada siapa-siapa, Mbak Ratih baru kembali besok," ujar Adam setelah melajukan mobil meninggalkan sekolah Arsilla."Kan di rumah ada Tante Hanin, Ayah."Adam menoleh ke arah sang putri sebentar. Tangannya terulur mengusap rambut Arsilla penuh sayang. "Tante Hanin juga enggak ada di rumah. Ini kita mau cari dia.""Kok dicari? Memangnya Tante Hanin hilang?""Bukan begitu." Adam ter