Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (36)Kali ini, aku benar-benar menyaksikan jenazahnya. Wajah mantan suamiku yang baru kemarin kabur dari kejaran polisi. Dia mengalami kecelakaan dalam usahanya melarikan diri. Mobil yang dia kendarai, menabrak pagar pembatas dan berguling-guling beberapa kali sebelum berhenti dalam keadaan terbalik di tengah jalan. Kamera cctv merekam semua itu dengan jelas. Di jam tiga dini hari yang sepi dan dingin, Ivan Wiguna akhirnya meregang nyawa. Dia terlambat mendapatkan pertolongan hingga nyawanya akhirnya benar-benar melayang.Di kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah, tempat mayatnya disemayamkan, aku melihatnya. Ditemani Banyu yang tak melepaskan genggaman tangannya sedikitpun, aku menatap wajah itu untuk terakhir kali, setelah kesempatan pertama diberikan pada Mama, yang seperti dulu, keluar dalam keadaan pingsan. Diska masih sama, keluar dari ruangan itu dengan mata basah, sama sekali tak mau menatapku. Dan kali ini aku tak mau kecolongan lagi. Aku langsung
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (37)Di rumah, ternyata Om Reynand dan Riko sudah menunggu kami. Aku bahkan sampai tak tahu bahwa Om Reynand pulang hari ini. "Ajak keluargamu ke rumah Ayara, Banyu. Ada beberapa hal yang perlu kami jelaskan."Kata-kata Om Reynand membuatku dan Banyu saling pandang. Sementara Ayah dan Ibu hanya tersenyum, seolah-olah sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku terdiam, mengamati suasana yang entah mengapa terasa berbeda. Tak sabar rasanya menunggu malam tiba."Ayara, aku pulang dulu. Bersiaplah bertemu calon mertuamu."Aku menatap Banyu, menahan senyum atas godaannya."Menurutmu, apa yang sebenarnya direncanakan oleh para orang tua ini?"Banyu menggedikkan bahu. "Aku tidak tahu, Aya. Aku hanya meyakini satu hal, bahwa tak ada orang tua yang menginginkan hal buruk untuk anaknya."Benar. Bahkan Mama mertuaku, tetap membela dan melindungi sang anak meskipun salah. Aku naik ke kamar atas, dan menemukan Riko tengah asyik menggambar bersama Cia. Begitu meliha
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (38)PoV TIGAPemakaman untuk kedua kalinya jenazah Ivan Wiguna kali ini hanya dihadiri oleh keluarga terdekat. Meski berita telah dirilis oleh kepolisian sebagai bentuk klarifikasi bahwa jenazah yang pertama adalah jenazah seorang tunawisma, dan Ivan Wiguna yang sesungguhnya adalah yang akan dimakamkan saat ini, masyarakat sudah enggan untuk melihat. Terlalu banyak drama yang disuguhkan membuat orang-orang muak dan akhirnya membiarkan saja kasus itu seperti halnya kasus pembunuhan orang tak dikenal lainnya.Dia memang bukan artis, bukan siapa-siapa. Tapi dia adalah segalanya bagi Sang Mama.Dan bagi seorang gadis yang kini berdiri sendirian sambil memegang payung hitam. Pemakaman telah selesai, air matanya telah surut dan sudah saatnya dia menyelesaikan apa yang sudah dimulai.Gadis itu merupakan orang terakhir yang keluar dari area pemakaman. Ibunda Ivan tak bisa hadir karena berada dalam perawatan intensif, juga pengawasan polisi dua puluh empat jam lam
Jangan Ajari Aku Kata Sabar? (39)PoV TIGAGadis itu, memang Diska, adik kandung Ivan. Bagaimana mungkin ada orang menyangka dia akan diam saja menyaksikan kehancuran keluarganya? Keluarga tempat dia dibesarkan selama ini meski dalam keadaan bobrok.Sejak kecil, Diska sudah tahu kalau dia dan Ivan diperlakukan berbeda. Di keluarganya, lelaki menempati kasta paling tinggi, hingga tak heran jika Mama masih menyambut dengan penuh hormat meski di hari sebelumnya menangis tersedu-sedu akibat berkali-kali dikhianati dan dipukuli hingga meninggalkan jejak memar di tubuh. Ivan yang sejak kecil menyaksikannya hal itu akhirnya berpikiran sama, bahwa tak apa-apa selingkuh dan main perempuan, karena wanita bergelar istri akan selalu menerima dan memberi maaf, tak peduli sesakit apa hatinya.Sementara itu, Diska tumbuh menjadi anak yang pendiam, dingin dan misterius. Dia merasa ikut sakit setiap kali melihat lebam di tubuh Mamanya. Dia ikut menangis ketika Mama menangis."Mama, ayo kita pergi. Ken
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (40)Gita baru dilaporkan hilang, sementara sebulan yang lalu, saat polisi mencarinya untuk dijadikan saksi, dia tak muncul dan keluarganya tenang-tenang saja. Berarti selama ini, Gita ada bersama mereka, bersembunyi dari polisi. Dan kini, tiba-tiba saja Keluarganya melaporkan kalau dia hilang.Seandainya aku tak mengenalnya, tak pernah terlibat secara emosional dengannya, mungkin aku akan mengabaikan saja berita itu. Berapa banyak hal serupa itu terjadi? Ada banyak gadis dilaporkan hilang, lalu ditemukan bersama kekasih mereka, sengaja kabur dari rumah karena hubungan yang tak disetujui, atau menjadi korban penipuan, dan paling tragis, ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Tapi ini Gita, seseorang yang pernah menjadi penyebab berbeloknya jalan hidupku secara drastis.Baru saja aku memikirkan hal itu, telepon rumah berbunyi. Hanya ada beberapa orang yang tahu telepon rumah jadul yang masih dipertahankan oleh Ayah keberadaannya, yang sekarang telah tergusur
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (41)Gadis itu berjalan dengan anggun mengikuti langkah Riko. Beberapa pasang mata melirik, mungkin mengagumi kecantikannya. Dia memang cantik. Diska dan Ivan mewarisi paras Sang Papa yang rupawan, yang menjadi modal utama bagi Ivan menjadi Don Juan. Tapi selama ini yang kutahu, Diska berbeda. Dia pekerja keras, rajin dan penampilannya sederhana. Tapi kali ini dengan gaun berwarna lilac yang menonjolkan kulitnya yang putih itu, dia tampak amat memukau. Wajar, Riko terlihat sangat bangga menggandengnya. Tapi, tahukah Riko, bahwa gadis itu adalah mantan adik iparku? Bahwa latar belakang keluarganya … Pandangan mata Riko akhirnya menangkapku. Dia tersenyum, melewati beberapa tamu undangan dan mendekati aku dan Elena yang baru saja selesai mengantarkan Trisha ke atas pelaminan, duduk di samping Angga. Di bawah anak tangga, suami Elena langsung menyambut tangan istrinya, mengajaknya duduk di sebuah meja bundar dengan empat buah kursi. Disana, Banyu dan Cia jug
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (42)Bukan sebuah kebetulan dia mengenal Tomi, salah satu anak dari Bu Ristie. Di SMA, Diska adalah bintang kelas. Perpaduan wajah cantik dan otak encer membuatnya menjadi siswi populer. Banyak lelaki menaruh hati, tapi hampir semuanya patah hati karena Diska tak berminat pada lelaki manapun. Baginya, semua lelaki sama saja seperti Papanya. Petualang, dan suka main tangan. Tapi pesona seorang Diska tak mudah untuk diabaikan. Maka, Tomi di seberang sana menyambut tawarannya dengan riang gembira. Setengah tak percaya tentu saja. Dulu di SMA, dia pernah ditolak mentah-mentah oleh gadis itu."Kau mau ku jemput dimana, gadis cantik?"Diska menyeringai. See? Semua lelaki sama saja. Sudah lama mereka tak bertemu dan dia langsung merayu. Dari mana dia tahu bahwa Diska masih secantik dulu?"Aku akan datang ke rumahmu, boleh?""Oh, tentu saja. Emm, di rumah, tak ada orang. Mami sedang ke Jakarta. Dan kakakku … ""Bagus kalau begitu. Aku akan datang malam nanti. Bisa
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (43)Satu lalat lagi sudah dia singkirkan. Sekarang waktunya beristirahat sejenak.Atau mungkin belum.Baru saja keluar dari halaman belakang rumah Tomi dan berjalan kaki beberapa meter untuk memesan taksi online, ponselnya berdering. Diska mengerutkan kening melihat nama Riko sebagai si penelepon. Sudah jam sepuluh malam, kenapa lelaki itu menghubunginya?Tak ingin membuat Riko curiga, Diska langsung mengangkat telepon. Dia harus bersikap baik agar lelaki itu tak curiga. Tentu saja, Riko adalah jalan utamanya mendekati Ayara. Tidak, dia tak akan menyakiti Ayara secara langsung. Tapi, dia akan melakukan sesuatu yang lebih menyakitkan dari itu. Ayara telah membuat dia kehilangan segalanya, mungkin lebih menyenangkan melakukan hal yang sama dengan itu, membuat Ayara kehilangan dunianya."Diska, kau dimana?"Suara Riko yang lembut dan tenang menelusup melalui speaker ponsel."Aku di rumah. Kenapa?""Oh, tak apa-apa. Aku cuma kangen."Diska menelan ludah. Riko