“Kau terlalu tenang untuk ukuran wanita hamil.”
Hide tidak menegur, dia sedang sangat heran karena melihat Ayu dengan mudah menjalani kegiatannya yang biasa.
Tidak ada mual, atau pusing, apalagi muntah. Ayu menelan semua makanannya dengan baik, tidur dengan tenang, dan sejauh ini belum meminta apapun yang aneh.
Hide menyiapkan semua jenis makanan yang pernah disukai Ayu, tapi tidak satupun mendapat sambutan istimewa. Ayu memakannya, tapi tidak pernah berlebihan. Standar makan yang biasa, bukan menghabiskan berkotak-kotak mochi sekali duduk. Keadaan normal yang tentu saja mengherankan Hide karena teringat bagaimana dulu Ayu sering pusing dan mual paling tidak.
“Dia tenang karena sangat pintar.” Ayu meletakkan buku yang ada di tangannya ke meja, berpindah mengelus perut yang akhirnya menunjukkan perubahan
“Kau yakin tidak ingin menyewa orang lain lagi untuk membantu?”Kaito mengajukan pertanyaan itu untuk kesekian kali—setelah ibunya pulang dari rumah sakit sekitar dua minggu lalu—kepada Karin.“Tidak. Aku masih bisa jika hanya memasak untuk Okaa–san, maupun mengurus kebutuhannya yang lain. Aku gembira melakukan ini, karena akhirnya bisa membalas budi atas pertolongannya padaku.” Karin menjawab dengan nada terharu, sambil menyuapkan bubur ke bibir Kaede. Tapi bubur itu kembali meleleh keluar, karena Kaede menyemburkannya lagi.Terus seperti itu, dan Karin akan mengulanginya lagi. Diantara sepuluh sendok bubur mungkin hanya dua yang benar-benar masuk ke tubuh Kaede. Meski terlihat miring, otot bibirnya masih bisa membuat gerakan menyembur. Sayangnya ia hanya bisa membuat suara gumaman&l
Kaito menatap pria yang duduk di sampingnya. Tampak ramah, sudah lebih dari setengah baya dengan kepala botak yang licin.Kaito tadi awalnya sempat terkejut saat melihatnya, karena berharap akan menemui pria amat renta atau orang yang berkaki cacat mungkin. Itu bayangan yang terbentuk dalam benaknya saat dua pria yang kini ada di deretan depan mengatakan orang yang mereka layani tidak bisa turun dari mobil.Ucapan salah yang langsung membuatnya waspada, dan setelah berada di samping pria itu, Kaito semakin curiga. Pria itu tampak tersenyum ramah, tapi senyum ramah menyelidik. Ia terus mengamati.“Maaf tapi apa maksudnya ini?!” Kaito sedikit berang. Ia butuh penjelasan bukan pengamatan.“Tidak perlu panik. Aku hanya akan membawa Anda berkeliling sebentar. Tidak akan jauh.” Pria itu menjelaskan sambil tersenyum.Kaito melihat bukti perkataan pria itu, karena ia bisa melihat mobil itu hanya berjalan dan berbelok mengitari area sekolah.“Itu tidak menjelaskan apa tujuanmu membawaku.” Kaito
“Sandaime, tamu yang Anda tunggu sudah datang.”Kojima menemui Hide di ruang kerjanya, dan melaporkan siapa yang telah datang. Hide membanting dokumen yang ada di tangannya ke atas meja. Berang, karena kedatangan Pria Sampah itu adalah tanda adanya kesalahan. Hide sudah bisa menebak ada sesuatu yang terjadi, sayangnya ia tidak tahu apa.Semenjak mendengar laporan tentang gerakan aneh yang dilakukan oleh Kaito—yang mana sejenak ia menghilang di dalam mobil asing---lalu keluar dan mengunjungi rumahnya yang ada di Tokyo. Laporan itu mengherankan, tapi laporan yang berikutnya membuat Hide marah, karena ternyata Kaito pergi ke Osaka—ke rumah besar milik Kuryugumi.Urutan kunjungan—ke rumah Tanaka di Tokyo dan di Osaka, sudah jelas memperlihatkan pengetahuan Kaito tentang dirinya. Tentang Hideki Tanaka sebagai Sandaime, adalah sama dengan Hideki Tanaka yang tinggal di rumah paman dari Ayu. Masalahnya, Hide merencanakan langkah awal penghancuran Nakamura adalah besok. Sedikit lagi saja.“Di
Kaito mencoba untuk lari dengan membuka pintu geser, tapi ada orang yang berdiri tepat di depan pintu itu, yang kini tampak terkejut dengan pintu yang terbuka tiba-tiba. Tapi Kaito lega, tentu berharap pertolongan darinya. Kaito mencengkram tangan pria itu.“Tolong … dia …itu…”Tapi sebelum sempat menyelesaikan permintaan tolong, tubuh Kaito kembali terdorong ke dalam ruangan, dan pintu itu tertutup rapat.Tentu saja Kojima tidak akan berani mengganggu apapun yang akan dilakukan oleh Hide. Ia bukan Ryu yang bisa mencegah Hide untuk membunuh. Bisa jadi dirinya yang akan menjadi sasaran jika terlalu ikut campur.Kaito dengan panik berbalik dan jatuh terduduk karena lututnya lemas, saat Hide semakin dekat. Mata Hide hanya terfokus pada dirinya, tidak ada titik yang lain.“Aku tidak tahu awalnya! Sungguh! Aku tidak tahu! Aku hanya mengetahui itu setelah Ayumi pergi. Aku baru melakukan tes itu setelah Ayumi pergi dari rumah!”Kaito mengangkat tangan, mencoba menghalangi tebasan yang akan d
“Apa apa yang terjadi ruang depan?” Ayu bertanya dengan heran sambil memasuki ruang kerja Hide, dan menghampirinya yang tengah duduk di kursi dan menatap laptop.Ayu tentu melihat beberapa orang yang sedang memperbaiki pintu shoji yang tadi terbelah oleh katana tumpul.“Tadi ada kucing liar yang masuk, dan ada sedikit drama saat mengusirnya,” kata Hide, sambil menutup laptop dan mengulurkan tangan. Sesuai kebiasaan, Ayu menyambut tangan itu, dan duduk di pangkuan---salah satu paha Hide.“Di mana kucingnya? Apakah lucu?” Setelah nyaman, Ayu menjulurkan leher ke seluruh ruangan.Hide menyesal melihat semangat Ayu dalam membicarakan kucing. Hide memberi alasan yang pertama muncul di otaknya—alasan paling ringan agar pembicaraan itu cepat selesai, lupa tentang Ayu yang selalu tertarik pada kucing dan hewan berbulu.“Sudah pergi, dan kau jangan mencoba mencarinya.” Hide meraih pipi Ayu, agar perhatiannya tidak terbagi.“Kenapa? Mereka lucu!” protes Ayu.“Aku alergi pada bulunya, jadi jangan
“Lepaskan!”Semakin dekat, Ayu mulai mendengar pembicaraan yang terjadi antara Shibata dan pria asing itu.Pria itu tampak memberontak, berusaha melepaskan diri dari Shibata. Tangannya terikat di belakang punggung.Ayu dengan otomatis tidak berani mendekat, karena tidak mengerti apa yang terjadi. Ikatan tali itu adalah masalah, tapi tentu Ayu tetap ingin tahu masalah apa yang terjadi.“Shibata–san, apa yang terjadi?” Ayu berseru sedikit keras agar Shibata mendengarnya.Shibata dan juga orang yang yang bertengkar dengannya menoleh bersamaan dengan terkejut. Ayu awalnya hanya berkonsentrasi pada Shibata—pada orang yang lebih dikenalnya, tapi pria yang asing itu lebih menarik perhatiannya.Ini karena Ayu menyadari bagaimana pria itu menatapnya dengan mata tidak berkedip. B
“Ada apa denganmu?”Hide menahan tangan Ayu yang baru saja akan menyuapkan potongan besar ikan tanpa membersihkan durinya. Ayu hanya akan memakannya begitu saja.“Oh.” Ayu menatap ikan di ujung sumpit dan meletakkannya kembali.Hide menggeser kursinya agar lebih dekat pada Ayu, mengambil piring itu, lalu memisahkan daging ikan dan tulangnya, baru mengembalikannya. Sudah aman dimakan.“Apa yang kau lamunkan?” tanya Hide.Hide tadi mengira Ayu hanya sedang mengantuk, jadi tidak terlalu memperhatikan makanan di depannya. Tapi Ayu tidak tampak sayu, matanya hanya kosong melamun.“Aku… Ah, tidak.” Ayu menggeleng, lalu melanjutkan sarapannya.“Kalau kau tidak menyukai kegiatan hari ini, batalkan semua dan istirahat.” Hide tidak ingat
[Untuk berita selanjutnya. Hari ini kami dikejutkan dengan datangnya berita yang membawa sosok tidak terduga. Kami sudah mengkonfirmasi bahwa kasus ini tengah berjalan dalam penyelidikan polisi saat kami menurunkan berita]Pembukaan berita yang membuat Kaito kembali melirik ke arah Hide. Ia tidak mengerti kenapa Hide datang hanya untuk mengajaknya menonton televisi. Tidak mungkin sesederhana itu.Tapi sudah tidak memperhatikannya. Ia terus menatap televisi sambil tersenyum.[Tadi pagi, dilaporkan jika pria berinisial K yang baru-baru ini dilantik menjadi seorang menteri pendidikan, telah melakukan tindak kriminal]Sampai di situ. wajah Kaito pias. Meski orang yang dibahas oleh berita itu hanya memunculkan inisial—belum nama jelas, tapi penyebutan jabatan itu tentu memperjelas identitasnya. Hanya ada sat