“Siapa…”Kyoko terkejut saat melihat Inoue dengan santai mengantarkan makanan ke kamarnya, menginterupsi pembicaraan antara dirinya dan Ayu.“Mao-chan, terima kasih.” Ayu mengambil nampan yang dibawa Inoue, dan Inoue kembali berpamitan setelah membungkuk.“Dia orang yang mengganti bajumu.” Ayu menjelaskan. Tentu saja menebak dengan mudah setelah kejadian di bawah hujan kemarin.“Asisten Hide O…” Ayu memotong penjelasan tambahan itu setengah jalan, karena tidak ingin menyebut ‘gelar’ Hide yang sebenarnya di hadapan Kyoko. Ayu tidak ingin mendapat penghakiman saat ini.“Ooo… Aku pikir Hideki itu yang mengganti baju kita tadi.”Ayu nyaris saja menjatuhkan bento box yang ada di tangannya saat mendengar kesimpulan Kyoko yang ngawur itu. Tentu saja Ayu panik, karena kesimpulan itu tentu sekaligus memunculkan bayangan bagaimana Hide mengganti bajunya. Bayangan yang sebelumnya tidak ada di kepala Ayu, karena tentu ia tahu bagaimana Inoue selalu dipanggil saat Hide membutuhkan bantuan.“Rupany
“Itu terdengar sangat mencurigakan. Bagaimana mungkin kau menawarkan pekerjaan tanpa memberitahuku apa deskripsinya?” Kyoko yang selalu waspada, meragukan kerahasiaan itu.Hide tersenyum, sembari mengayunkan shinai ke depan sekali, tapi kemudian berhenti—membiasakan lukanya dari gerakan. Ia tidak keberatan dengan pertanyaan Kyoko, karena itu sikap waspada.“Aku tidak akan menyuruhmu melakukan kejahatan—mungkin, tapi yang jelas pekerjaanmu akan lebih menantang daripada sekedar mengolah data di Shingi Fusaya,” kata Hide, jujur. Ia tidak akan menghapus kemungkinan pekerjaan ilegal, karena bisa saja terjadi.“Mungkin? Kau ingin menyuruhku melakukan kejahatan?!” Kyoko mulai jengkel. Dia membutuhkan uang—banyak, untuk hobinya, tapi bukan berarti akan berbuat jahat.“Kau ter
“Kalau kau mau pergi, ya pergi saja! Kenapa harus ada Inoue di sini?”Ayu heran saat Hide menyebutkan Inoue akan datang tinggal selama dia keluar.“Maaf, bukannya aku tidak menyukaimu, Mao-chan. Tapi ini tidak masuk akal.” Ayu meminta maaf pada Inoue, yang kini berdiri dan membungkuk di ruang depan, sementara Ayu dan Hide berdebat di lorong. Ayu tidak keberatan dengan kehadiran Inoue tentunya, hanya menurutnya tidak perlu ada.“Aku tidak akan lari kemanapun. Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika kau akan menemukanku dimana saja?” Ayu menyebut tantangan Hide yang sangat sombong itu.“Memang, tapi bukan berarti aku siap untuk repot. Mencari akan merepotkan. Dan pikiranmu kadang terlalu cepat berubah. Aku mengantisipasi itu.” Hide menyebut kebiasaan Ayu yang kadang memutuskan sesuatu seperti mengikuti angin, kemana saja berhembus.Ayu cemberut dan menggerutu, tapi tidak bisa membantah pernyataan itu,
“Kau tahu aku masih berguna. Kau masih bekerja untuk Kuryugumi, jadi aku rasa kau tahu aku berguna.”Hide menjawab dengan tenang, sementara Yui tampak kembali melirik ke arah katana di sampingnya. Tergoda untuk memakainya lagi.“Jika bisa, aku akan meninggalkan Kuryugumi!” Yui mendesis. Tapi perjanjian Kuryugumi bersifat seumur hidup—terutama bagi yang memegang tanggung jawab besar. Yui sudah terlibat terlalu dalam. Masaki tidak akan membiarkannya hidup jika berani pergi.“Jangan mengatakan hal mengerikan seperti itu.” Ryu tentu tidak suka dengan rencana kakaknya itu, meski mungkin hanya candaan.“Tak perlu ada pertumpahan darah di sini. Aku malas.” Hide juga memotong pembahasan yang memang berbahaya itu. Jika hubungannya dengan Ryu dan Yui berjalan normal—bukan teman, adalah tugas Hide untuk melenyapkan Yui jika ia pergi. Tidak bijak membahas masalah seperti itu di hadapannya.Lagi pula Hide juga tidak ingin menggunakan kekerasan saat keadaannya belum pulih benar. Yui bukan lawan sem
Suasana dalam ruangan berwarna pink itu tampak muram, sangat tidak sesuai dengan tema.Hide menunduk diam, Ryu juga sama. Bahkan Yui—yang sejak tadi mencela dan mengungkit semua kesalahan Hide, juga terlihat diam akhirnya.Mereka semua mengenal Hayato pada satu titik, dan mereka semua tahu seperti apa pria itu. Kepergiannya tidak akan pernah mudah untuk siapapun. Ditambah kenyataan ia harus pergi dengan cara yang mengerikan.“Kenapa kau kembali mengungkit hal ini? Kau kemarin sudah menyerah. Kau membiarkan Ayu menikah.” Yui masih tidak mengerti kenapa Hide harus membahas hal ini lagi.“Dia bercerai.” Ryu menyahut, masih dengan mata menatap meja.“Pantas saja. Setelah itu kau kembali berharap padanya? Kau berharap terlalu tinggi. Selera Ayu tidaklah rendah seperti itu. Aku yakin dia tidak akan mau memilihmu meskipun meninggalkan suaminya,” ejek Yui, sambil menyeringai menatap Hide.“Dia sudah memilihku.” Hide membalas dengan puas. Ejekan itu setidaknya membuatnya melupakan Hayato sejen
“Kau menandai apa?” tanya Kyoko, saat melihat Ayu memberi lingkaran pada kalender yang ada di mejanya.Mereka mulai masuk dan bekerja di kantor baru kemarin, tapi hari kedua ini mereka masih tidak terlalu sibuk. Karenanya Kyoko heran melihat Ayu begitu tekun memandang ponsel dan kalender.“Festival musim panas dan pertunjukan kembang api!” Ayu menjawab dengan bersemangat.Dua hal yang membuat Ayu selalu menantikan datangnya musim panas, festival dan juga pertunjukan kembang api.Dua hal yang sudah lama tidak dinikmatinya karena menikah dengan Kaito, dua hal yang—dipastikan oleh Ayu akan dinikmatinya tahun ini.Karenanya, sejak tadi Ayu mencari jadwal perayaan festival musim panas dan juga pertunjukan kembang api, lalu memberi tanda pada kalender agar tidak melewatkannya."Mas
“Fujita!” Hide memanggil saat melihat Kyoko hanya berjalan sendiri---tanpa Ayu, menyusuri trotoar yang akan membawanya ke stasiun. Hide masih sempat menguntit, kesibukannya belum kembali normal. “Oh.” Kyoko menghentikan langkah. “Ada pria yang membawa Ayumi pergi.” Kyoko menyeringai, menebak apa yang diinginkan Hide. “Membawa? Menculik?” Hide sudah meraba ponsel untuk melepaskan apapun yang diperlukannya untuk menemukan Ayu. Bayangan terburuk Hide, Masaki mengetahui keberadaan Ayu. “Astaga! Gelap sekali tebakanmu!” Kyoko menggeleng, Tidak percaya Hide baru saja menyimpulkan penculikan hanya dari kata membawa. Kyoko tadi hanya separuh menggoda, tapi ternyata berbelok ke arah yang amat gelap. “Lalu apa maksudmu membawa? Jangan bercanda!” Hide langsung membentak. “Aku tidak yakin apakah ingin bekerja padamu atau tidak. Temperamenmu buruk sekali.” Kyoko memutar bola matanya. “Aku tidak peduli kau ingin bekerja padaku atau t
“Kau itu bicara apa?” Ayu kebingungan, dan berusaha melepaskan diri. Pertanyaan Hide tentu saja terdengar begitu aneh untuknya. Tidak berujung maupun berpangkal. “Aku ini hanya ingin bertanya tanpa konteks. Kau memilih yang mana?” Ini adalah titik ternekat Hide. Dia harus mendapat jawaban. “Lepaskan aku dulu,” pinta Ayu. Berada dalam pelukan Hide, tidak akan membuatnya bisa berpikir dengan jernih tentang apapun. Hide melepaskan pelukan, tapi masih menggenggam tangan Ayu dan menatapnya. Menunggu jawaban. “Kenapa ini penting?” Ayu tentu saja curiga, terutama melihat bagaimana Hide begitu menunggu jawabannya itu. “Aku hanya ingin tahu.” Hide sedikit mengeratkan genggamannya. Ayu masih mengerutkan kening ti