BAB 31 Apa yang sebenarnya terjadi? Mereka berpelukan sambil terisak, cukup lama mereka mencurahkan rasa rindu yang dua puluh tahun lebih tertahan. Rindu pada keluarga kecil mereka dulu. “Terima kasih ya Allah, Kau kabulkan doaku selama ini aku di pertemukan kembali dengan anak dan istriku,” gumam pak Syukur sambil menengadahkan tangan. Mereka kembali duduk berhadapan hanya di batasi meja besar. “ Pak ini ibu bawakan makanan kesukaaan bapak, di makan ya biar sehat, nanti kita akan coba cari pengacara untuk membantu mengungkap masalah yang bapak alami iya kan nak,” bu Ismi minta persetujuan dari anaknya. “Ini apa bu kok banyak sekali?” tanya pak Syukur sambil melongok isi kresek besar itu. “Makanan kesukaan bapak, ada orek tempe, semur jengkol kerupuk udang dan juga martabak.” “Terima kasih bu, kau masih ingat makanan kesukaan bapak, tapi untuk menyewa pengacara itu mahal biayanya kita dapat duit dari mana?” Ada rasa khawatir pada diri pak Syukur. Khawatir menjadi
Acara sudah usai tamu satu demi satu meninggalkan rumah Miranti. Kini tinggal beberapa orang saja itupun teman dekat Miranti.Dari ruang tengah Saidah menyerahkan kado untuk Desy sambil memberi ucapan selamat. “Selamat ulang tahun cantik ini kado dari bi Idah dan ini ada titipan kado dari teman bi Idah.” Saidah menyerahkan kedua kado yang cukup besar kemudian di susul ucapan selamat dari Lina pengasuhnya. “Selamat ulang tahun non Desy cantik, ini kado spesial dari suster untuk non Desy.” “Terima kasih bi Idah dan juga suster, oh ya sampaikan juga terima kasih Desy buat teman bi Idah yang sudah kasih kado Desy,” ucap Desy dengan raut muka bahagia. Semula Miranti tidak menghiraukan obrolan mereka tapi mendengar teman Saidah juga ikut memberikan kado, Miranti jadi teringat omongan bu Yola dan Miranti mulai curiga kalau gosip itu ada hubunganya dengan teman bi Idah pembantunya. “Jangan jangan pembantu bu Hilda itu teman dekat bi Idah, siapa sih sebenarnya dia bikin pena
Melihat sikap bi Idah Miranti dan Lina saling berpandangan, Lina yang tahu maksud Miranti hanya mengangkat bahu sambil menggeleng. Wajar jika Lina tidak tahu apa yang terjadi dan siapa saja teman dekat bi Idah, karena perbedaan usia yang cukup jauh sehingga membuat Lina sungkan untuk bertanya tanya apalagi kepo pada apa yang di lakukan bi Idah di luar sana. Lina lebih sering bermain medsos atau berbagi kabar dengan teman temannya disaat senggang. “Bi, saya hanya ingin tahu siapa orang yang sudah berbaik hati memberi kado boneka barbie pada anakku,”kata Miranti dengan tatapan mengintimidasi sehingga membuat bi Idah semakin ketakutan. “Apa saya salah bu kalau berteman dengan pembantu lain di komplek ini?” tanya bi Saidah membela diri. Miranti hanya bisa tersenyum mendengar jawaban yang di berikan pembantunya itu. “Bibi tidak salah, malah saya senang bibi punya banyak teman di komplek ini asal jangan mengumbar kejelekan orang lain . Saya hanya ingin tahu siapa dia kok begitu
Setelah menunggu cukup lama kini hari yang di nantikan tiba. Persiapam pernikahan sudah mencapai sembilan puluh lima persen itu artnya hampir selesai semua tinggal menunggu kesiapan untuk acara . Mulai dari MC dan juga penerima tamu sudah di atur oleh pemilik Wedding organizer. Mami Yuliana dan Papi Edward yang menginap beberapa hari yang lalu nampak sudah siap dengan baju couple. Mami mengandeng Desy yang juga memakai gaun warna senada. Walaupun katanya di rayakan secara sederhana tapi karena mengundang rekan bisnis masing masing sehingga acara tetap mewah dan bernuansa glamour. Pak Edward tidak tanggung tanggung dalam menggelontorkan dana, maklum dulu Miranti menikah hanya di KUA tempat tinggal Radite.Tak lupa Miranti mengundang bu Ismi yang undangannya di berikan melalui bi Idah.Sedangkan undangan untuk bu Hilda di kirim melalui orang kepercayaan Miranti.Ternyata bu Hilda adalah pelanggan tetap butik yang di kelola Miranti. Beliau sering datang bersama teman teman arisannya sehin
Radite mematikan ponselnya dan berjalan menuju ruang tunggu. Dalam hati Radit tidak sabar lagi untuk bertemu dengan bapaknya. Banyak hal yang ingin dia tanyakan perihal masuknya pak Syukur ke dalam penjara.Tak lama kemudian sipir penjara membawa pak Syukur mendatangi Radit. “Apa kabar pak?” tanya Radit pada bapaknya yang terlihat lebih segar dan sumringah. “Alhamdulillah bapak sehat nak, gimana kabar kamu dan ibumu?” tanya pak Syukur pada anaknya.Kemudian duduk di hadapan Radit “Radite dan ibu sehat, tapi ibu ngga bisa ke sini karena ada keperluan yang ngga bisa di tinggal. Mungkin lain kali Radit akan ajak ibu ke sini nengokin bapak.” Jawab Radit, dia tidak ingin membuat citra ibunya jelek di mata bapaknya. “Syukurlah kita semua selalu dalam lindungan Allah. Radit menatap wajah tua di hadapannya dengan hati trenyuh. “Betapa sabarnya bapak, walau harus menanggung imbas dari perbuatan yang tidak di lakukan,”gumam Radit dalam hati. “Pak ,Radit punya rencana untuk m
Setelah membuat janji dengan Erwin, Radit datang ke kantor Erwin yang berada di pusat kota. Sampai di sana sudah di sambut oleh asisten Erwin. “Selamat pagi, bisa bertemu dengan pak Erwin?, saya Radit,” Sapa Radite pada wanita cantik yang duduk di kursi dekat ruangan Erwin. “Oh silahkan masuk, bapak sudah di tunggu di dalam,’ jawab wanita cantik itu. Radite melangkah masuk dan membuka pintu ruangan kerja pengacara handal itu. “Selamat siang pak Erwin!” sapa Radit pada Erwin. “Selamat siang silahkan duduk, ada yang bisa saya bantu?,” tanya Erwin. Matanya menatap tajam pada tamu di hadapannya. “Bukankah anda mantan suami Miranti?” tanya Erwin penuh selidik. “Iya saya mantan suami Miranti, tapi tujuan saya menemui anda tidak ada kaitannya dengan Miranti ataupun Ricard. Saya ingin meminta bantuan anda untuk membuka kembali kasus pembunuhan yang sudah dua puluh tahun berlalu.” “Maksud anda gimana?” tanya Erwin tidak mengerti maksud pembicaraan Radit. “Begin
“Halo apa?...” Radit panik dan langsung berganti baju kemudian mengambil kunci mobil kembali. “Mas mau kemana, katanya mau makan?” tanya Suharti bingung melihat suaminya panik setelah menerima telpon. “Mas makannya nanti saja ada hal urgent yang harus di tangani, Mas pergi dulu ya,” Radit bergegas keluar kemudian membuka mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat. “Ada apa sebenarnya suamiku itu, telepon dari siapa ya?” gumam Suharti penasaran.Setelah menerima telepon dari kepolisian bahwa pak syukur keracunan makanan, Radit langsung meluncur menuju Rumah sakit . Sampai di sana banyak polisi yang berjaga jaga. “Selamat siang pak, bagaimana keadaan bapak saya?” tanya Radite pada polisi yang berjaga. “Bapak anda selamat dan sudah melewati masa kritisnya, sekarang sedang beristirahat dengan penjagaan yang ketat.” Kata polisi yang berjaga di depan pintu. “ Oh ya pak Radit, dari hasil penyelidikan ada orang yang sengaja menitipkan makanan pada pak Syukur dan set
Bapak… ,” Suharti tidak melanjutkan ucapannya dia ragu untuk menyebut di mana keberadaan bapaknya padahal dia tahu persis di mana bapaknya bersembunyi. “Dek, kenapa ragu dan bingung, kalau dek Harti mengatakan di mana keberadaan bapak siapa tahu mas bisa membantu melindungi bapak dari kejaran polisi,” ucap Radit sambil mengelus rambut panjang istrinya. Sejenak Harti menatap suaminya meminta kepastian. “Iya apa kamu ngga percaya sama suamimu sendiri?” ucap Radit untuk meyakinkan istrinya. Padahal dalam hati dia bersorak gembira karena tanpa bersusah payah mencari keberadaan Bahrudin mertuanya ,Suharti sudah menunjukkan persembunyiannya dan Radit tinggal lapor polisi. “Bapak ada di vila di Guci,” jawab Harti tanpa rasa curiga sedikitpun mengatakan yang sejujurnya dia berharap suaminya bisa menolong menyelamatkan bapaknya dari kejaran polisi. “Hah di villa, alamatnya?, biar aku kesana besok.,” Radit menyakinkan kembali pada istrinya. “Villa ASRI mas, itu Vila mili