"Jika melakukan kesalahan jangan mencoba menutup dengan kesalahan berikutnya, tetapi belajarlah bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya."Layla Mumtazah***"Tunggu dulu, aku hamil," ucap Kyoona dengan cepat.Alesha terdiam mendengar suara Kyoona, hatinya hancur seketika."Tolong aku, aku tak tahu harus melakukan apa saat ini? Excel tak mau bertanggung jawab, ia ingin aku menggugurkan kandungan ini," jelas Kyoona sambil menangis.Alesha masih terdiam mendengar semua itu, tetapi air matanya mengalir membasahi pipi.Abizar yang melihat hal itu menatap bingung sang istri. "Berikan padaku," pinta Abziar sambil mengulurkan tangannya.Alesha menggeleng."Berikan," pinta Abziar lagi.Dengan pelan Alesha menyerahkan ponsel itu pada sang suami, Abziar lalu meletakkan alat komunikasi itu pada telinganya."Bantu aku untuk meminta pertanggungjawaban Excel, aku mohon Alesha, aku tak tahu lagi harus melakukan apa. Apakah aku harus bunuh diri saja?""Kamu hamil dengan mantan kekasih
"Ketika amarah mengacaukan segalanya, maka beristighfarlah kembali mengingat Allah, tujuan sebenarnya kita di dunia ini itu untuk apa?"Layla Mumtazah***Alesha segera keluar dari mobil walau kepalanya masih terasa sedikit pusing, tak lama Abizar menyusul keluar dari mobil juga."Kamu yakin Kyoona di sini?" tanya Abziar.Alesha mengangguk yakin.Keduanya berjalan berdampingan begitu dekat, hingga hanya terlihat sedikit celah di antara mereka saat ini. Naik beberapa tangga untuk sampai ke tempat yang mereka tuju.Alesha mengedarkan pandangan saat berdiri di depan ruang IGD, ia melihat ke arah kanan dan benar saja ada Andre di sana. Perempuan itu segera menuju ke arah kakak laki-laki Kyoona, sementara Abizar mengikuti sang istri dari belakang."Kak, bagaimana Kyoona?" tanya Alesha saat telah berdiri di belakang Andre.Pemuda tinggi itu membalikkan badan dan melihat ke arah Alesha, ia sedikit terkejut dengan penampilan Alesha yang saat ini menutup aurat, sungguh sangat berbeda dari sebe
"Aku menginginkanmu dan itu membuatku menggila."Layla Mumtazah***Andre segera keluar dari kamar rawat di mana Kyoona telah dipindahkan dari ruang IGD. Ia meninggalkan Excel dan Kyoona untuk saling berbicara sementara Alesha duduk sendiri di kursi tunggu, menunggu Abizar yang tengah shalat Asyar saat ini.Excel menatap tubuh Kyoona yang terbaring di atas tempat tidur, perempuan berambut panjang itu menoleh dan menatap wajah pria yang begitu ia cintai, hingga membuatnya begitu tergila-gila."Kamu datang untukku?" ucap Kyoona, senyum mengembang di bibirnya.Excel menatap tak suka pada Kyoona. "Apakah kamu harus membuat kehebohan seperti ini?" tanya Excel saat telah berdiri di samping tempat tidur itu."Ada apa dengan wajahmu?" Kyoona melihat wajah Excel yang terluka, ia segera duduk di atas tempat tidur."Tanyakan saja pada kakakmu itu." Dengkusnya."Aku tak bermaksud seperti itu, aku hanya tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain mengakhiri hidup ini.""Aku tak peduli soal hid
"Kamu adalah candu dan juga obat penawar."Layla Mumtazah***Bulan madu tipis-tipis ala Abidzar.Alesha dan Abizar kini telah tiba di tempat parkir, laki-laki itu tiba-tiba saja menghentikan tangan Alesha yang hendak membuka pintu mobil.Alesha menoleh, menatap heran.Tanpa mengatakan apa pun Abizar segera membuka pintu mobil dan mempersilahkan sang istri untuk masuk. Diperlakukan seperti itu, tentu saja membuat Alesha merasa bingung tetapi ia tak munafik, sebagai seorang istri dan wanita ia menikmatinya dengan senang hati."Kok, bengong buruan masuk!" tegur Abizar.Alesha yang sedang berbunga-bunga karena diperlakukan seperti itu sampai diam mematung sangking terpanah akan sikap sang suami.Abizar segera menutup pintu setelah Alesha berada di dalam. Laki-laki itu dengan cepat juga masuk ke mobil.Mobil merah itu kini telah melaju meninggalkan rumah sakit, tentu juga meninggalkan masalah Excel dan Kyoona di sana."Kita mau ke mana?" tanya Alesha yang tahu bahwa jalan itu bukan menuju
"Cinta yang akan membuatmu tenang adalah mencintainya semata-mata karena Allah."Layla Mumtazah***Honeymoon Tipis-Tipis Ala Abziar part 2Setelah shalat Isya, Alesha segera melepaskan mukena silver yang memang selalu ia siapkan di dalam tasnya jika berpergian, agar tak harus ribet menggunakan mukena yang berada di masjid.Pintu kamar tiba-tiba saja dibuka di saat Alesha tengah meletakkan mukena di dalam lemari. Abizar yang melihat sang istri tak mengenakan jilbab segera menutup pintu kembali dan berkata pada pelayan restoran hotel."Tunggu sebentar, ya, Pak," ucapnya.Alesha yang sadar segera mengenakan jilbab saat mendengar Abziar tengah berbicara dengan seseorang di depan pintu.Tak lama pintu terbuka lagi, kali ini dua pria berseragam masuk bersama sambil membawa hidangan makan malam. Mereka lalu menata semua itu di atas meja kaca berbentuk bundar di dekat rak televisi.Namun, saat ini yang menjadi perhatian Alesha adalah kue cantik yang diletakkan di tengah meja, sementara hidan
"Ini caraku mencintaimu, caraku menjagamu. Mungkin tak terlihat jelas, tetapi bisakah kamu rasakan ketulusannya."Layla Mumtazah (Queen Romance)***"Sayang, bangun," bisik Abizar di telinga Alesha yang masih tertidur nyenyak sembari memunggungi sang suami.Abizar melihat ke arah jam, waktu Subuh hampir masuk dan pasti sebentar lagi azan berkumandang. Namun, melihat Alesha yang masih tidur dengan nyenyak membuat Abizar justru terdiam memandangi wajah sang istri. Ia bahkan, tersenyum tanpa sadar mengingat kejadian semalam.Abizar lalu mengusap lembut pucuk kepala sang istri, ia juga mendaratkan ciuman di kening Alesha."Aku akan mandi lalu ke masjid, jadi cepatlah bangun untuk mandi dan shalat Subuh, ya," pinta Abziar lagi di telinga sang istri.Namun, Alesha hanya menggerakkan tubuhnya perlahan seakan-akan mencari posisi nyaman, ia lalu berbalik dan meletakan tangan kirinya di pinggang Abizar tanpa sadar.Abizar yang masih berada di tempat tidur dengan posisi miring itu hanya bisa te
"Ajarkan aku melupakanmu walau itu akan begitu berat."Layla Mumtazah***"Kamu mencintai dia?" Perempuan berjilbab merah muda itu tak percaya dengan apa yang saat ini ia dengar."Ya, aku mencintainya, tetapi kamu merebutnya dariku!" tegasnya."Jadi selama ini, sikap perhatianmu karena cinta, bukan karena hubungan persaudaraan yang terikat di antara kita?" Perempuan itu menatap dengan yakin sembari mengangguk. "Kamu tak ingin tahu, bagaimana bisa ada foto kami berdua seperti ini."Membuat lawan bicaranya meremas ujung jilbab yang ia kenakan sendiri, hatinya terbakar cemburu melihat foto di layar ponsel yang diperlihatkan padanya."Aku akan menceritakan segalanya, tetapi kita bertemu malam ini di luar. Hanya kamu dan aku." Wanita itu keluar dari dapur meninggalkan perempuan berjilbab merah muda itu dengan prasangka yang menggelayuti hati.***Braaak!Tubuh seseorang kini terpental, melayang di udara sebelum akhirnya jatuh berguling di jalan raya."Tidaaak!"Alesha segera membuka mata,
"Bagaimana bisa kamu memahamiku sementara kamu sendiri tak bisa memahami hatimu. Ini salah? Ya, untukmu ini kesalahan, tetapi untukku ini adalah cinta."Excel.***Arum menggeleng, menyadarkan diri dari tindakan bodoh yang hampir ia lakukan. Abizar melewatinya begitu saja dan segera menuju pintu utama. Ya, perempuan cantik dengan gamis hitam itu hanya membayangkan apa yang ingin ia lakukan, tetapi semua itu hanya berada dalam khayalannya saja.Arum membalikkan badan, menatap punggung Abizar yang kini semakin menjauh darinya. Air mata itu tak bisa ia hindari lagi, mengalir begitu saja membasahi kedua pipi mulusnya.Bagaimana bisa aku menghentikan rasa ini, rasa yang mencekikku setiap melihatmu. Aku ingin memiliki dirimu. Ya, aku tahu ini gila, tetapi aku tak munafik aku masih sangat mencintaimu.Tiba di dalam kamar Arum menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur begitu saja, ia lalu menenggelamkan wajah di bantal putih lembut itu. Rasa sakit seakan-akan mencakar hatinya, ia tak bisa m