Share

PART - 03

Satu tahun kemudian,

Gaster Techn. Corporation

Jakarta, Indonesia

Memasuki usia 31 tahun, pencapaian Zafier Gaster bisa dikatakan sukses. Entrepreneur muda yang memiliki  perusahaan berbasis teknologi yang tersebar di banyak Negara dan dinobatkan menjadi pengusaha muda dengan ketampanan menyilaukan hingga menjadi sorotan dunia.

Sekitar dua tahunan ini, Zafier menetap di Jakarta sibuk melebarkan sayap bisnisnya di Negara Asia  dengan mendirikan Gaster Tech. Corporation bersaing dengan banyak perusahaan sejenis di bidang teknologi yang sudah lebih dulu ada.

Zafier optimis jika semua rintangan itu hanya bertujuan satu hal yaitu kesuksesaan. Jadi, ketika pegawai inti perusahaannya sedang gempar karena kalahnya mereka dalam Tender besar membangun ulang jaringan dan sistem keamanan untuk perusahaan minyak dunia yang berprofit Triliunan Dollar itu, Zafier malah asyik berkirim pesan dengan wanita yang sebulan ini menemaninya bergelut di atas ranjang.

"Pak Zaf—"

Zafier tersenyum saat membalas pesan Helena, nama wanita itu, yang berniat menantangnya dengan mengirimkan foto bugil yang Zaf sambut dengan tangan terbuka. Siapa lelaki di dunia ini yang akan menolak ditawari foto bugil?

"Pak Zafier Gaster!"

TRING.

Satu pesan masuk dan bisa dilihatnya ada foto yang disertakannya di sana. Zaf mengelus dagu, menekan touchscreen hingga terpampanglah foto wanita cantik itu yang memang bugil tapi dari posisi belakang hanya memperlihatkan pundaknya yang ada tato mawarnya. Begitu menggiurkan untuk dikecup sampai membekas kemerahan, pinggangnya yang ramping bak gitar spanyol tapi dengan bongkahan pantat yang padat—

"PAK ZAFIER GASTER!!"

Lenyap. Ponselnya tiba-tiba lenyap bersamaan dengan suara memekakkan telinga itu membuatnya harus mengangkat pandangan dan menemukan sepuluh lelaki memandanginya dengan ekspresi kesal karena sejak tadi semua keluh kesah mereka terabaikan. Ketika pandangannya beralih ke samping kanan, berdiri menjulang sosok sekretaris yang selalu berkoar akan melakukan pekerjaan secara professional tidak peduli memiliki bos dengan ketampanan yang membuat siapapun siap loncat ke dalam pelukannya. Itu terbukti dengan penolakan kasar wanita itu setiap kali Zaf iseng menggodanya.

"Freya, ponselku." Wanita cantik yang lebih suka menggulung rambut hitamnya ke atas itu mendelik dan menggenggam ponselnya seraya menjauhkannya dari  tangan Zaf yang terulur. "Aku membutuhkannya sekarang, please."

“Jangan buat meeting penting ini jadi sia-sia karena bapak sibuk dengan yang lain. Kami membutuhkan tanggapan dan saranmu di sini. Memangnya apa sih yang sedang kau lih—astaga!!"

Freya melotot, menjatuhkannya begitu saja tidak peduli jika ponsel bosnya itu akan terpelanting ke bawah dan rusak tapi dia lebih memilih meletakkan kedua tangan di kepala dan menggeleng frustasi.  Zaf menangkap ponselnya sebelum sukses membentur lantai. "Ya Tuhan, ampuni dosa-dosanya selama ini."

Freya selalu berdoa seperti ini untuk Zaf kalau mendapati kelakuan bosnya itu menggelikan.

"Amen," Dan Zaf akan selalu membalas dengan satu kalimat yang sama.

"Wait a second," ucapnya ke semua yang hadir, mengetik cepat balasan untuk burung meraknya disertai senyuman dan setelah selesai dia meletakkan ponselnya di atas meja dan berdiri dari duduknya. Seketika semua yang ada di sana diam menunggu.

"Allison Tech. Corporation sudah berdiri sejak sepuluh belas tahun yang lalu dan dimulai dari Negara ini lalu mencoba merambah ke luar Asia. Pamor mereka menjadi yang nomor satu sementara perusahaan kita masih merangkak pelan-pelan untuk bisa sejajar dengan mereka. Tapi kekalahan kita kemarin bukan karena produk dan service yang kita tawarkan tidak bagus  atau tidak bisa dipercaya tapi karena faktor internal."

"Apa maksudmu?" tanya Williem selaku Manager Marketing.

"Aku sudah mempelajari dan menganalisanya." Zaf berputar di sekitar area meeting di bawah tatapan semua yang hadir. "Dengan kata lain, Tender yang dilempar ke publik ini hanya kedok belaka agar mereka terlihat sebagai perusahaan yang baik-baik saja. Apa kalian mengerti maksudku?"

Terjadi bisik-bisik dan gumaman menanggapi perkataan Zaf.

"Aku simpulkan kalau maksud dari perkataanmu adalah—" Williem buka suara. "Ada atau tidaknya Tender, pihak perusahaan Franklin akan tetap memberikan proyek itu ke pihak Allison karena mereka sudah memiliki semacam kesepakatan tertutup."

"Gotcha," ucap Zaf dengan senyuman seraya menunjuk Williem. "Kesepakatan tertutup yang dilakukan oleh perwakilan Franklin juga Allison yang memiliki jabatan berpengaruh dengan banyak kepentingan pribadi di dalamnya tanpa menimbulkan kecurigaan pimpinan tertinggi Franklin di Dubai. Jadi, sepuluh perusahaan yang kemarin mengikuti Tender kecuali Allison sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memenangkannya."

Williem berdiri dari duduknya. "Jadi, sejak awal kita mengurus dan memperjuangkan Tender itu, kau sudah tahu kalau kita tidak akan menang?"

Zafier tersenyum, mendekat ke arah Williem dan menepuk pundak lelaki itu dengan keras mencoba menenangkan sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepala.

"Poin kita berada di bawah Allison dan aku puas mendapatkannya."

"Tapi kita kehilangan Tender mahalan itu Pak," desah Alvi seraya memijit pelipisnya.

Zafier tertawa, melangkah penuh percaya diri kembali ke tempat duduknya, memandangi semua bawahannya.

"Pantas saja beberapa kali Franklin menggunakan jasa Allison untuk sistem perusahaan mereka yang besar itu," gumam Williem terlihat seperti lelaki yang patah hati. "Aku pikir adanya Tender itu bisa memberi kita sedikit celah untuk masuk ke sana."

Zafier melipat lengannya di dada dengan kharisma seorang pemimpin yang tidak bisa dilawan. "Aku tahu kalian sudah berusaha sangat keras untuk memenangkannya dan untuk itulah aku turun tangan  memberikan sentuhan terakhir agar usaha kalian tidak sia-sia."

Reflek, semua yang ada di sana langsung menoleh ke Zafier dengan tatapan penasaran.

Zafier tersenyum miring, membuka ponselnya dan mengotak atiknya lalu berputar ke arah kaca transparan di balik punggungnya yang perlahan menyala menampilkan cahaya putih. Sebuah proyektor berbasis wireless yang terhubung dengan ponsel canggihnya lalu hanya dalam satu kali tekan di ponselnya, layar itu menampilkan sebuah email yang ingin diperlihatkan Zaf ke semua bawahannya yang terkesiap kaget dan melotot maksimal. Freya bahkan berdiri dan mendekat seakan ingin memastikan apa yang dilihatnya itu benar.

Zafier minggir untuk memberikan akses semuanya memperhatikan setiap detail isi dari email yang diterimanya tadi pagi itu dan berucap santai. "Pada akhirnya, kita memenangkan tender ini dan aku ucapkan selamat untuk kalian yang sudah berusaha keras melakukan usaha yang terbaik."

Semuanya ternganga kaget.

"Are you kiddding me, Sir?" teriak Williem dan Alvi bersamaan seraya berdiri dari duduknya.

"Hmm tidak. Aku tahu kalian bingung kenapa proyek itu jatuh ke tangan kita tapi tidak usah dipikirkan. Anggap saja mereka berubah pikiran dan aku pastikan kalau itu adalah keputusan akhir mereka jadi setelah ini kalian semua harus berusaha maksimal membuat pihak Franklin terkesan dengan service dan produk kita supaya profit Triliunan Dollar itu bisa kita dapatkan."

Tentu saja semua yang ada di sana hanya bisa bengong memandangi antara layar dan Zafier yang berdiri di dekat pintu keluar dengan senyuman kemenangan.

"Yeah, aku sudah tahu kalian mau bilang apa. Aku memang hebat. Terima kasih," ucap Zafier kalem namun terkesan congkak.

"Tidak bisa dipercaya!!" Desah Freya

Zafier tertawa pelan, membuka pintu ruangan meeting meninggalkan bawahannya yang senang melihat kabar itu.

"Aku tahu Freya, kalau bos sintingmu itu pasti seorang hacker," ucap Alvi dengan pemikirannya sendiri  yang terakhir kali dia dengar bersamaan dengan layar proyektor yang meredup dan email itu menghilang saat pintunya tertutup.

Zafier masuk ke dalam ruangannya dan berdiri di balik kaca transparan memandangi gedung-gedung kota Jakarta dengan wajah datar. Kesepakatan itu akan menimbulkan dampak yang lain dan Zafier harap akibatnya tidak akan fatal terutama dari pihak Allison. Ini semua bukan tentang uang tapi tantangan terselubung yang di dapatnya dari pemimpin Allison sendiri. Pada akhirnya,semua kekacauan ini bermula karena wanita malam.

"Martin Allison, kau menantang orang yang salah," gumamnya disertai senyuman miring.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
bagus banget ceritanya dan sangat menarik.
goodnovel comment avatar
Devita suciana
Bagus banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status