2 Tahun kemudian,Jakarta, IndonesiaShine memejamkan mata, mencoba meredakan gemuruh jantungnya yang menderu, digenggamnya erat buket bunga cantik yang menyebarkan aroma semerbak dan berdoa sesaat lalu menghembuskan napas panjang seraya membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajahnya sendiri yang sudah dipoles cantik rupawan. Manik matanya berbinar di balik Veil brokat seputih gading dengan hiasan bunga di tepiannya lalu memperhatikan penampilannya secara keseluruhan.Gaun putih two piece berbahan sutera dengan atasan off shoulders dan rok yang mengembang dibagian bawahnya. Perpaduan kuat antara klasik dan juga modern yang dihiasi detail ukiran rumit penuh bunga di setiap sisinya. Tiara di kepala melengkapi penampilannya yang sempurna dalam balutan gaun pengantin yang terasa nyaman dia kenakan."Shine, Ayo."Shine menoleh, memperhatikan penampilan Andrew yang gagah seperti biasanya tapi ekspresinya nampak aneh. "Kenapa wajahmu kesal begitu?"Andrew menyodorkan lengannya yan
Hidupnya berubah 180 derajat sejak hari itu.Beberapa minggu, dia lebih banyak diam menghayati rasa penyesalannya tapi setelah bertemu dengan Azalea dan bekerja untuknya, memperhatikan kehidupan wanita cantik itu yang begitu sempurna karena memiliki seorang suami yang saat pertama kali bertemu dulu membuatnya hampir kena serangan jantung. Seorang drummer band Internasional yang sangat tampan, muda dan rupawan. Shine memang jarang menonton tayangan televisi tapi dia tahu dengan jelas siapa Valen Ackerman.Shine seperti mendapatkan pencerahan sampai akhirnya dia mengambil keputusan untuk merubah hidupnya dan bertransformasi dari seorang Shine Aurora yang bukan siapa-siapa menjadi seorang Shine Aurora yang dikenal sebagai seorang model, brand Ambasador produk kecantikan juga perhiasan. Semua itu tidak lepas dari bantuan Azalea yang seperti sengaja didatangkan Tuhan untuk membantunya bangkit dan survive. Itulah kenapa, Azalea seperti panutan baginya. Wanita yang mau berbagi ilmu yang dimi
Markas CIA, Fairfax County, Virginia , Amerika "Kami berhasil menangkap buronan besar yang selama tujuh tahun ini menjadi incaran CIA karena tindak kejahatannya sebagai penjual senjata tajam ilegal dan pembunuh berdarah dingin di wilayah Amerika dan Eropa. Bakat menghindarnya yang ahli membuat kami membutuhkan waktu lama untuk menangkapnya tapi berkat kerja keras tim, semua pengorbanan itu terbayar saat akhirnya kami berhasil memenjarakannya di tempat berkeamanan tinggi. Saya selaku ketua operasi misi ini, Travis Acgory, bahagia bisa mengumumkan berita ini—" Seseorang mematikan suara televisi layar datar, membiarkan saja gambarnya bergerak-gerak di sana. "Dia terlihat bahagia sekali," decak seorang wanita. "Laki-laki tua yang ambisius. Akhirnya misi yang membuatnya seperti lelaki gila berhasil dia selesaikan dengan kemenangan meskipun yah, dia hanya membutuhkan semua pengakuan dan ucapan selamat itu." "Biarkan saja dia menikmati apa yang dia inginkan selama ini." Zafier memasukka
Zafier berdiri di bawah sinar matahari yang menyinari Malibu saat sore dari balkon beach house pribadinya. Mata biru pucat dibalik kacamata hitamnya memandang lurus ke arah pantai. Selama seminggu ini dia berdiam diri di sana hanya untuk menenangkan diri sebelum nantinya kembali mengurus banyak hal yang dulu ditinggalkannya. Hal pertama yang dia tanyakan pada Rey adalah kabar sunshine-nya dan lega saat mengetahui dia baik-baik saja dan bahagia menjalani kehidupan tanpanya. Zaf berusaha menahan diri untuk tidak langsung terbang ke Indonesia, berdiri di depan rumah Shine dan akan langsung memeluknya saat bertemu. Zaf benar-benar berupaya keras agar tidak melakukannya. Selama dua tahun, dia hanya berada di dalam sana. Tidak ada yang bisa dia lakukan bahkan bertukar kabar dengan Rey. Hanya orang tuanya yang datang berkunjung meski hanya Maminya. Bisa melihat dunia di belahan bumi lain tapi tidak bisa melakukan apapun untuk menyalurkan rindunya pada Shine. Zaf benar-benar frustasi. Berj
Penanda yang terpasang diponselnya kembali berbunyi setelah dua tahun lamanya mati suri. Sontak saja membuat Zafier yang sedang membantu wanita bergaun merah berdandanan menor yang dia pijat betis dan kakinya karena tidak sengaja dia tabrak dan berlagak sok kesakitan membuat tubuhnya menegang. Jantungnya menderu kencang, aliran darahnya berdesir cepat dan perasaan di dalam hatinya kembali bergejolak. Dilepasnya begitu saja kaki wanita itu dan meraba saku celananya memastikan kalau bunyi itu berasal dari sana bukan halusinasinya belaka, mengabaikan tatapan wanita di depannya yang bingung dengan tingkahnya. Zaf memantapkan niat berdiri dengan kepala menunduk, menarik napas panjang dengan dada berdebar lalu mengedarkan pandangan mencari sosoknya yang akhirnya kembali datang tanpa dia duga dan tertangkap radarnya. Lalu tatapan mereka terkunci dan Zaf terperangah bukan main. Wanita itu luar biasa cantik, rambut panjangnya tergerai ke satu sisi tubuhnya, gaun putih yang dikenakannya namp
Zaf memegangi area dadanya yang nyeri. Pukulannya masih sama bikin nagih."Shine—" Panggil Zaf. "Hei, aku baik-baik saja."Zaf mendekati Shine yang memijit pelipisnya dan menangkup wajahnya lembut seperti memegang porselen dan melihat matanya yang berkaca-kaca. "Aku baik-baik saja meski dua tahun aku harus menahan banyak hal di dalam diriku ini—""Menahan jiwa playboymu lalu setelah keluar kau kembali menjadi brengsek seperti dulu," sela Shine, melepas paksa cekalan Zaf dan mundur seraya menunjuk wajahnya. "Selama ini aku mencoba memikirkan banyak hal, berharap kalau di sana kau bisa berubah tidak lagi meniduri banyak wanita—""AKU MEMANG TIDAK TIDUR DENGAN WANITA MANAPUN!!" Teriak Zaf membuat Shine bergeming dan mata mengerjap. "Aku keluar dari sana merasa seperti seorang pendeta. Ck." Zaf menyisir rambutnya ke belakang dengan frustasi. "Apa kau bisa bayangkan itu?""Sekarang kau akan melakukannya lagi."Zaf menatap Shine tidak percaya. "Apa kita tidak bisa bicara baik-baik, saling b
"Aku kedinginan."Zafier melirik singkat disela kegiatannya mengacingkan kemejanya yang basah ke tubuh Shine untuk menutupi gaun bagian atasnya."Kau terlalu sok-sokan mau cium aja pakai aksi teatrikal begitu. Sekalipun di darat, aku pasti akan tetap membalasnya bahkan lebih brutal."Shine mencebik, mencubit bibir Zaf kesal. "Kau memang tukang cari kesempatan!"Zaf menarik tangan Shine dengan senyuman miring, setelah selesai mengancingnya, dia merangkul Shine dan membawanya menuju ke lift. "Ayo kita ke kamar.""Kamarnya siapa?""Kamarku pemandangannya lebih bagus," tawar Zaf, Shine melotot. "Tempat tidurnya juga lebih besar.""Cih, memangnya aku peduli sebesar apa tempat tidurmu!" Cibirnya, lalu memperhatikan Zaf yang bertelanjang dada. "Kau memang senang ya pamer otot?!""Tidak!" Zaf mendengus, saling berdebat seraya menunggu lift. "Aku hanya melindungi milikku dari mata lelaki yang akan melotot melihatnya." Zaf menatap kesal Shine yang memutar bola mata. "Apa kau tidak sadar kalau g
Andrew langsung mundur dan melirik Shine minta penjelasan, berusaha mengabaikan tatapan tajam yang rasanya mencabik keberaniannya. "Siapa dia, Shine?" "Aku kekasihnya. Siapapun kau, aku akan mengawasimu!" Zaf menggeram. "Aku peringatkan sekarang sebelum tubuhmu tercabik nantinya." Ancamannya membuat Andrew menelan salivanya. "Ah berlebihan." Shine memukul lengan Zaf lalu menatap Andrew yang terdiam. "Jangan dengarkan dia selama niat di kepalamu itu baik." "Dia—" Andrew menunjuk Zaf. "Mr. Yes?" Zaf menoleh ke Shine. "Mr what?" Shine mengabaikan Zaf dan tersenyum tipis ke Andrew yang langsung paham, mendesah dan mundur ke sisi yang lain seraya bergumam. "Ah,aku kalah telak!" "Apa sih?" Tanya Zaf, bingung. "Mana aku paham," decak Aldrick masa bodo, tapi tatapannya memperhatikan lekat sosok Andrew. "Kau gila!!!" Sembur Shine dan mendapat cubitan gemas di hidungnya. "Aku mau mandi air hangat di kamarku. Drama tadi rasanya sangat melelahkan dan menguras tenaga." "Aku temani," samb