Ditinggal pergi oleh Yusup, Kalya jadi bingung harus melakukan apa. Akhirnya Kalya membereskan saja peralatan tempurnya dalam berpromosi untuk jualan yang tadinya berantakan diatas meja sekarang meja tersebut sudah rapi kembali.Brian duduk dengan menumpangkan kaki kanannya diatas kaki kiri, kedua lengannya yang bertumpu pada lengan sofa dan mata tajam yang intens menatap Kalya. Semua gerak-gerik Kalya tidak lepas dari pandangan Brian.“Saya ijin keluar, pak.” Kalya sudah bersiap bangkit dari duduknya. Saat bicara Kalya tidak menatap Brian sama sekali. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, yang penting bukan ke arah Brian.Sudah lama perasaan sakit yang Kalya rasa ia enyahkan. Namun sangat sulit untuk melupakannya. Disaat Kalya sudah lupa tapi secara tidak sengaja ia bertemu lagi dengan Brian, ya otomatis malah jadi ingat lagi. Begitu seterusnya.“Siapa yang suruh kamu keluar. Saya kan sudah bilang ada yang mau dibicarakan sama kamu.”Brian menghela napas kasar. Tidak tau kenapa a
“Aku mau minta mbak Citra buat panggil dokter.”“Ngga usah, kamu aja yang disini.”“Lepas dulu ih. Aku mau ambil minum sama obat dulu.”Brian melepaskan genggamannya. Kalya kembali ke ruangan Brian. Ia ingat pernah melihat kotak P3K dan kotak obat ada di lemari kaca dekat meja kerja Brian.Saat membuka lemari itu, benar saja disana ada kotak P3K dan kotak obat. Saat membuka kotak obat itu ada banyak jenis obat-obatan dan vitamin. Kebanyakan vitamin. Ia mencari obat demam dan ternyata ada di paling bawah, mana tinggal satu tablet juga. Gapapa lah, kalau habis nanti bisa beli lagi, yang penting sekarang ada dulu.Ia melihat nampan yang tadi dibawa Citra. Sate dan nasi padang masih ada, belum tersentuh sama sekali. Ia tahu pasti Brian belum makan, karena saat jam istirahat tadi Brian berkeliling. Setidaknya Brian harus makan dulu sebelum minum obat.Nyuruh orang sakit makan nasi padang bukannya bubur. Bodo amat, lah. Kalo beli bubur malah tambah lama, yang ada aja dulu. -- batin Kalya.K
Kalya kembali ke kamar pribadi Brian. Brian tidur dengan tenang. Kalya memperhatikan wajah Brian dengan lekat. Tampannya… Kalau saja setiap hari Brian memperlihatkan wajah tenangnya seperti ini terus Kalya pasti akan kelepek-kelepek. Tapi jangan deh, jangan orang lain yang lihat wajah Brian saat ini, cukup Kalya aja yang dapat menikmati wajah Brian yang tenang ini. Takutnya nanti saingannya makin banyak. Saat mendekati Brian dulu, ia sangat gencar sekali karena Kalya tahu banyak yang naksir juga pada Brian di SFC ini. Siapa yang tidak menginginkan Brian? Duren, tampan dan kaya raya ditambah lagi diusianya yang kepala empat Brian masih memiliki tubuh yang bugar. “Padahal dulu pas deket kita cuman ketemu beberapa kali aja, bisa dihitung pake jari malah. Tapi kenapa pas kamu bercanda masalah hati sakitnya itu kerasanya sampe sekarang?” Dengan mata teduh Kalya terus menatap Brian, ia juga mengusap tangan Brian pelan. “Aku suka, sayang, cinta sama kamu tulus loh, mas. Makanya pas kam
“Mending sekarang kamu keluar dulu deh, temenin Citra.”Brian bergegas bangkit dari duduknya. Ia menuju lemari kecil di sudut kamar dan membawa handuk kecil serta box transparan yang didalamnya seperti perlengkapan mandi.“Mas mau mandi?”“Iya.”“Kan dari tadi ngga kemana-mana. Ngapain mandi?”“Ada urusan mendesak yang harus diselesaikan di kamar mandi saat ini juga. Urgent, ada yang berdiri. Lagian badan aku LENGKET semua.” ucap Brian sambil menekankan kata ‘lengket’.Brian dari tadi menahan tubuh bagian bawahnya. Supaya tidak berdiri terlalu tegak. Ia harus jauh-jauh dari Kalya, Kalya berbahaya.Bugh… Kalya melempar bantal sofa ke tubuh Brian.“Dasar Kakek. Ngga sadar apa disini ada anak perawan. Ngomongnya mesum banget ngga di filter.”Kalya melangkah keluar kamar pribadi Brian sambil menghentakkan kakinya ke lantai.“Heyy… Kamu yang ngomong mesum dari tadi. Anak perawan pikirannya kotor bang-” teriak Brian terhenti saat Kalya membanting pintu saat menutupnya. Alhasil menghasilkan
Tidak terasa sekarang sudah akhir November saja. Gosip Kalya dan Brian yang sedang menjalin hubungan sudah menyebar begitu saja. Meskipun tidak ada pengumuman resmi, tapi semua itu dapat dilihat dari tingkah keduanya.Kalya yang kembali ceria dan Brian yang menjadi ramah pada karyawan. Bahkan ada beberapa karyawan yang memergoki mereka berdua pulang bareng.Tidak hanya mereka berdua yang bahagia, tapi Citra juga. Ia bersyukur jam pacarannya dengan Dewa jadi makin lama. HeheheMemangnya Dewa tidak kerja bersama Dariel? Tentu saja Dewa masih kerja dengan Dariel, hanya saja jam kerja Dewa lebih fleksibel, tidak berbeda jauh saat masih bersama Brian dulu.“Mas. Emang pak Dariel kerjanya sibuk banget ya?”‘Kok malah nanyain cowok lain sih neng geulis.’“Bukan gitu. Aku kasihan aja sama Arin. Dia cerita katanya lost contact sama pak Dariel semenjak dia ke Jakarta.”‘Emang beneran sibuk, sih. Lagi ada kasus disini. Gila pak Dariel tuh. Semua di libas.’“Hah?”'Kasian mas liat karyawan disini
Keluarga bahagia itu sekarang sedang berkumpul di ruang tengah. Mereka sedang menonton televisi yang sedang menayangkan acara award musik. Televisi itu terus menyala tapi tidak ada yang menonton karena keempat orang itu sibuk mengobrol.“Mumpung besok hari minggu, pagi-pagi kita ke pasar yukk…” seru Lili.Plak“Kamu besok jangan susah dibangunin. Selesai sholat subuh kita langsung berangkat, biar dapet sayur yang seger-seger.” timpal ibu sambil menggeplak paha Lili.“Aww… Sakit bu..” aduh Lili. Ia menampilkan wajah sedih dan memanyunkan bibirnya.Arin tertawa melihat wajah pura-pura sedih Lili.“Ya ampun Li, kakak kira kamu udah ngga kebo lagi tidurnya.”“Dih kak. Lili tuh sekarang bangun paling pagi di rumah ini.”“Yakin?”“Iya lah..”“Awas aja ya. Kamu yang ngajak ke pasar jadi kamu jangan telat bangun.”“Pasti dong…”“Kalo kalian besok ke pasar, ayah gimana dong?” sela ayah.“Ayah beres-beres rumah aja.” ledek ibu.Arin, Lili dan Lia tertawa kencang menggoda Bayu.Resiko jadi yang
Gimana ini?Apa kasih tau bos?Tapi ini…Bodo amat lah, takut kena gue…Dewa dilema saat ini. Apa yang ia temukan barusan benar-benar membuatnya tidak habis pikir. Bagaimana bisa ia melaporkan hal ini?Tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Jika ia menyembunyikan ini dari Dariel nanti malah disangka ia ada main juga dengan pihak lawan.Pihak lawan?Keluarga yang mengerikan.Semua temuan yang ia dapatkan di print out. Sebelum keluar dari apartemen pemberian Dariel ia berdoa dulu. Ia berharap bos Dariel tidak akan memforsir tenaganya setelah ini.Bekerja baik di dalam ruangan maupun di lapangan sama-sama capek. Jika dilapangan kita lelah fisik, tapi bagi orang yang bekerja di back office otak kita yang lelah. Banyak yang menyangka bekerja di dalam ruangan itu enak, tapi mereka ngga tau gimana pusingnya kepala kalo seharian menatap monitor komputer dan pinggang yang pegal karena keseringan duduk.Sama dengan Dewa, meskipun jam kerjanya fleksibel, kerja di apartemen, di fasilitasi j
Saat ini Arin sedang rebahan di ranjangnya sambil memainkan ponsel. Bukan memainkan ponsel, tapi menatap ponsel, berharap ponselnya berbunyi ada pesan masuk atau telepon. Sekeras apapun Arin mencoba untuk tidak berharap pada Dariel tapi tetap saja sulit.Lili duduk bersandar pada tembok di ujung ranjang. Lili juga sedang memainkan ponsel, namun berbeda dengan Lili yang sibuk scroll sosial media, Arin hanya diam saja menatap ponsel. Hal itu tidak luput dari penglihatan Lili.“Kak, lagi ada masalah apa? Cerita sama Lili. Kali aja Lili bisa bantu, kasih saran misalnya.” ucap Lili.Arin hanya diam mengabaikan tawaran Lili.“Aku tau kakak lagi ada masalah, tapi bukan karena kerjaan. Karena cowok, kan?” tanya Lili.Arin mendelik lalu fokus lagi melihat ponselnya.“Bener berarti, masalah cowok ini mah. Kenapa kak? Cowoknya cuek? Apa sel