Pov Faiq Aku dibesarkan dalam lingkup kemewahan. Apa yang aku pinta akan terkabul dalam hitungan menit. Hingga di umur yang ke 23, bunda keberatan dengan sikapku yang cenderung manja. Memang benar. Sebagai anak dari pengusaha sukses Ghozi Al Hanan pemilik perusahaan besar HNN Groub, watak seorang atasan sudah melekat di jiwaku. Bahkan banyak yang bilang jika menatap wajahku pun sudah menunjukkan sebuah wibawa sendiri. Entah, aku pun tak paham seperti apa maksudnya. Namun untungnya selain didikan ayah yang keras, aku juga dibandingi dengan sifat lembut milik bunda. Bunda adalah wanita yang selalu mengingatkanku untuk menunduk ke bawah, begitu juga dengan harta dan raga yang kita punya hanyalah titipan sang pencipta. Entah tidak ada angin atau hujan, ayah tiba tiba memasukkanku ke dalam sebuah pesantren yang berada di pelosok desa. Ayah juga melarangku untuk membongkar identitasku yang sebenarnya. Apalagi bunda, beliau terlihat begitu bersemangat mengamini keputusan ayah. Yang ter
🌹Cinta itu lebih dari sekedar kata kata manis, ia harus dibuktikan dengan tindakan nyata. **************Pov MonalisaAku terkejut mendengar pertanyaan mas Arya. Pak Hanan siapa? Tapi melihat pandangan mas Arya kepada kang Faiq aku jadi teringat sesuatu. Bukankah nama belakang kang Faiq adalah Hanan, lalu? "Bagaimana bisa anda berada di sini?" mas Arya mengulang pertanyaannya. "Apakah bapak tidak tahu jika saya berada di sini sedari tadi? bahkan saat ibu dan kekasih anda ini menghina ning Mona dan keluarganya." Aku masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Apalagi saat melihat wajah mas Arya yang tiba tiba memucat. "Dia siapa mas?" tanya Alea. Pertanyaannya mewakili rasa penasaranku. "Dia pak Hanan, calon CEO penerus sekaligus putra pak Ghozi." CEO? Hanan? Pak Ghozi? Kalimat itu terngiang ngiang di otakku. Tinggal di kota lumayan lama, membuatku sering mendengar celotehan teman temanku tentang CEO yang jadi tumpuan kehaluan mereka. Tidak salah lagi, Ghozi Al Hanan pemilik
🌹Mungkin sekarang kamu mencintainya dalam Diam, Layaknya cinta Fatimah kepada Ali. Mungkin sekarang bagimu untuk memilikinya adalah hal yang tidak mungkin, tapi bukankah mudah bagi Allah untuk membolak-balikan hati seluruh manusia?*********"Menikahlah dengan den Arya nduk, Abah akan selalu mendoakan kebaikan untukmu,"Aku yang sedang duduk bergelendotan di lengan ummi pun menoleh mendengar perkataan Abah. "Maksud abah apa ya?""Kemarin, juragan Harja melamarmu kesini. Beliau berharap anaknya mendapat istri yang dapat mendidiknya ke jalan yang lebih baik,""Tapi bukan harus Mona kan bah? Mona tidak mencintai mas Arya,""Maafkan abah nduk, tapi abah sudah menerima lamaran itu. Abah sungkan menolaknya karena banyaknya bantuan yang juragan Harja berikan ke pesantren ini."Air mataku pun menetes begitu saja. Jadi maksud abah semua ini tentang balas budi. Ku tolehkan kepala bermaksud meminta bantuan kepada ummi, namun hanya anggukan dan tatapan sendu yang aku dapatkan. *******Aku Mon
Kupu kupu pun berterbangan di dalam perutku. Pernah juga, ketika pulang dari asrama putri, aku memutuskan untuk memutar melewati depan asrama menuju ndalem. Kulihat sebuah mobil mewah terparkir di halaman. Aku tahu betul mobil siapa ini. Namun bukan itu fokusku, melainkan kang Faiq yang sedang menatap tajam ke arah mobil itu. Bukannya itu mobil juragan Harja, lantas kenapa kang Faiq memperhatikannya hingga sedemikian rupa? Tanpa sengaja tatapan kami bersirobok, sebuah senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. Reflek saja jantungku berdetak seperti halnya bedug di malam hari raya. Aku bingung harus berbuat apa. Hanya dengan senyumannya saja sudah berhasil memporak porandakan pertahananku. "Murahan sekali perasaan ini," geramku dalam hati. Kenangan satu tahun yang lalu itu masih saja melekat di benakku hingga saat ini. Bahkan ketika aku duduk bersebelahan dengan laki laki pilihan Abah. Ya, hari ini adalah satu minggu setelah lamaran juragan Harja. Doa² ku ternyata belum dikabul
🌹Ketika dia mencintaimu dia akan memuliakanmu, tapi jika dia tidak mencintaimu maka tidak akan menghinakanmu. Pilihlah laki laki yang baik agamanya. *******Aku bergegas turun dan menghampiri laki laki yang menjadi suamiku beberapa jam yang lalu. "Mas !"Dia menoleh, begitu juga si wanita. Mereka menatapku tanpa rasa bersalah. "Oh jadi ini istrimu sayang? kuno gitu penampilannya," ucapnya meremehkan. Apa tadi dia memanggil suamiku dengan sebutan sayang? Jadi maksudnya mereka ini sepasang kekasih ? Ku tunggu kalimat klarifikasi dari bibir mas Arya. Tapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar. Bahkan dengan terang terangan mas Arya merangkul bahu wanita itu di hadapanku. Aku diam menahan amarah. Meskipun aku tidak mencintai mas Arya, namun harga diriku lah yang di pertaruhkan di sini. "Lepaskan tanganmu itu darinya mas, kalian itu bukan mahram! lagian kamu sekarang sudah memiliki istri, jadi jaga jarakmu dari perempuan lain!""Emang kamu siapa? kamu itu cuma istri di atas kertas
🌹 Orang yang kamu ingat ketika bahagia adalah orang yang kamu cintai, sedangkan orang kamu ingat saat sedih dialah yang mencintaimu. *******Aku terbangun ketika jam di dinding menunjukkan pukul 16.00. Ternyata aku tertidur karena kelelahan saat bebenah tadi. Bergegas aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri serta wudhu. Namun airnya ternyata mati, mungkin karena kamar ini lama tidak berpenghuni. Terlihat dari banyaknya debu saat aku masuk tadi. Aku memutuskan untuk untuk mencari kamar mandi di luar. Tapi fokusku teralih saat mendengar seperti seseorang yang sedang mengobrol. Ku cari asal dari mana suara itu berasal. Ibu mertua dan? aku mencoba mendekat untuk memastikan punggung siapa yang sedang duduk berhadapan dengan Ibunya mas Arya. Lho, bukannya itu wanita tadi? kekasihnya mas Arya. "Bu," aku mendekat berniat menyalami ibu mertuaku. Soalnya dia langsung pulang saat selesai akad tadi. "Oh, ini dia istri pemalas, suaminya kelaparan malah ditinggal tidur. Untung saja A
🌹Jika dia milikku dekatkanlah, jika bukan bantulah aku untuk menghapuskan namanya************"Heh kamu ...!"Aku hampir saja tersedak mendengar sentakan di belakangku. Sejak kapan mas Arya di situ? bukankah ia tadi sudah naik ke atas? "Ada apa mas,""Uang bulanan kamu akan rutin aku transfer ke atm itu. Jadi gunakan baik2 dan jangan repotin aku lagi," ucapnya sambil melemparkan sebuah kartu ke arahku. Aku memungutnya, "terimakasih mas."Lagi lagi ia berlalu begitu saja tanpa menghiraukan ucapanku. Ku tatap kartu yang sekarang berada di genggamanku. Aku bersyukur mas Arya masih memberi nafkah untukku. ******Pagi harinya aku bangun lebih awal guna menyiapkan sarapan untuk mas Arya. Dengan adanya bahan yang terbatas, nasi goreng akan menjadi pelarian yang termudah. Ku hidangkan sepiring nasi goreng telur mata sapi dan susu hangat di meja. Aku memilih susu hangat karena yang ku tahu, tidak semua laki laki bisa minum kopi di pagi hari. Ku lihat mas Arya turun dari lantai atas, ia
🌹Kelak kamu akan mengerti, jika memilih pasangan itu bukan hanya tentang cinta. Tapi tentang siapa yang akan menemani ibadahmu sampai menutup mata. *************""Maaf tuan....," "Ssssttttt,"Aku baru sadar jika di belakang kang Faiq ada dua orang berpakaian serba hitam layaknya bodyguard yang sering aku lihat di film film. "Mereka siapa kang?" Aku merutuki kekepoanku sehingga lancang bertanya seperti itu. "Oh mereka hanya orang orang yang tidak jelas, ngikutin aja dari tadi. Oh iya, aku pergi dulu ya, kalau terjadi apa2 sama kamu langsung hubungi aku saja!"Ucapnya sambil terburu buru, namun ia masih sempat meninggalkan sebuah kartu nama kepadaku. Sebenarnya aku sedikit bingung dengan ucapannya tadi, terjadi apa2 seperti apa yang dia maksud? Jika terjadi apa2 pun aku pasti akan langsung menghubungi mas Arya selaku suamiku. Ku pandangi kartu nama itu sejenak. Tertera nama Faiq Ahmad Al Hanan beserta nomor telefonnya. Aku baru tahu namanya seindah itu. Ku lanjutkan kegiatan be