—10 tahun yang lalu—
Di sebuah pulau tersembunyi di wilayah utara, seorang gadis berjalan tertatih-tatih memasuki sebuah gua. Tubuhnya dipenuhi luka dan darah segar yang mengalir membasahi pakaiannya yang lusuh. Setiap jejak langkahnya akan meninggalkan tetesan darah di telapak kakinya. Akan tetapi, tak ada sedikitpun niat gadis itu untuk berhenti melangkah. Semakin besar rasa sakit yang menderanya, semakin besar pula keinginan gadis itu untuk masuk ke dalam gua itu.
Dia adalah Sigrid Hatron. Seorang gadis dari klan Jade yang baru saja di usir oleh mereka. Setelah menerima hukuman berat dan siksaan dari para penjaga clan Jade, Sigrid melarikan diri dari penjara dan berakhir di pulau asing tersebut. Pulau yang telah lama ingin dia kunjungi, tanah klan naga di utara Sevara, M
Raungan itu terdengar memekakkan telinga. Jauh lebih keras dari yang bisa Rachel bayangkan. Saat dia menghadapi ratusan mayat hidup yang bergerak menyerangnya secara membabi buta berteriak keras sambil mengangkat senjata di tangan mereka. Namun, anehnya tenaga dan kekuatan pasukan itu jauh lebih besar dari tenaga manusia pada umumnya. Kekuatan tubuh dan ketahanan mereka meningkat lebih dari yang bisa Rachel bayangkan. “RACHEL AWAS!” Teriakan Adish terdengar dan saat Rachel menoleh, satu tubuh telah tergeletak dengan tangan terpotong dari senjata yang Adish lemparkan. Rachel membelalakkan matanya beberapa detik sebelum kembali mengangkat pedangnya menahan serangan dua mayat hidup di depannya. Rachel mendorong mereka dengan kuat lalu menendang keduanya dengan kaki kirinya dan melompat menghindar dari beberapa mayat
Seperti dugaan Kenneth, wilayah tenggara benar-benar hancur. Seluruh jalanan dan hutan yang dia lalui hampir hancur separuhnya. Rumah-rumah penduduk roboh tak terselamatkan. Saat mencapai gerbang delvish yang telah ditinggalkan, yang terlihat hanyalah puing reruntuhan yang telah rata menjadi tanah halus layaknya debu dan pasir.Kenneth masih ingat bahwa setidaknya masih ada tumpukan puing tinggi dari kastil atau kediaman bangsawan di kota ini, tapi saat tiba di sana, kota itu benar-benar rata dengan tanah. Hutan di depannya juga hancur. Pepohonan berusia ratusan tahun tumbuh tak berdaya. Sekali lagi, mengingatkan Kenneth dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, saat dirinya pertama kali bertemu dengan Rachel.“Hutan ini terpotong, mungkinkah kau ada disini?” gumam Kenneth.Kenneth menarik tali kekang ku
Kekuatan itu jauh lebih kuat dari yang bisa dia bayangkan. Terlalu hebat dari yang pernah dia lihat, tapi juga terlalu bahaya bagi mereka yang belum bisa mengendalikannya. Hanya dalam satu serangan dia meratakan sebuah hutan dan mengguncang separuh kerajaan Crator. Hanya dalam satu serangan dia menghanguskan pasukan mayat hidup itu seorang diri. Jika saja Adish tak menghindar tepat waktu saat itu, mungkin dia telah menjadi abu bersama hutan itu.“Jika, kekuatan Amethyst belum bangkit kau sudah sekuat ini, akan seperti apa dirimu saat kekuatan itu benar-benar berada dalam tubuhmu?” gumam Adish memandang Rachel yang sekali lagi, tergeletak tak sadarkan diri.Adish telah membawa Rachel kembali ke Gwlad Enaid, karena di tempat itulah Rachel bisa memulihkan diri dengan cepat. Hawa dingin dari danau es abadi berhasil mengendalikan gejolak energi dalam tub
Adish dan Elaphus telah tiba di wilayah selatan. Keduanya berada di ujung tebing teluk Feilas dan mengamati wilayah Abendbrise yang tengah dilanda badai dari tempat mereka. Kota kecil yang sebelumnya sangat damai menjadi tempat pertama yang mendapatkan hukuman alam dalam skenario kehancuran Crator.“Sebesar apa kesalahan mereka hingga harus memanggung bencana ini berkali-kali?” tanya Adish heran. Sejauh yang Adish ingat, kota inilah yang menerima ujian bencana paling banyak di antara seluruh wilayah Crator.“Kesalahan mereka tidak begitu besar, namun di tanah inilah Bloodstone terlahir. Jadi, jika alam ingin menghukumnya maka Abendbrise adalah tempat pertama yang akan dihancurkan,” jelas Elaphus.“Bloodstone terlahir di Feilas? Bukan Davian?”
Kegelapan itu tak lagi menakutkan. Keheningan itu tak terlalu menghanyutkan. Dingin itu juga tak menusuk seperti sebelumnya. Percayalah, itu yang sedang berusaha Rachel ucapkan dalam benak dan kepalanya. Dia tahu dia harus membuka mata, tapi belum menemukan cara.Setiap kali Rachel bergerak hanya ada dingin di ujung telapak kakinya. Setiap kali tangannya berusaha menggapai sesuatu hanya ada udara kosong di depannya. Dan setiap kali Rachel berharap menemukan setitik cahaya, ada ada kegelapan di sekitarnya. Ketakutan yang tidak nyata itu secara perlahan membuat Rachel mempercayainya.“Menyerahlah,” bisik suara Sassafras di telinga Rachel.Naga itu masih belum lelah merayu Rachel untuk menyerah. Rachel tahu, dia tak memiliki banyak kuasa atas tubuhnya saat ini. Namun, Rachel bukanlah sosok yang bersedia men
Nerwin dan rombongannya membawa penduduk Abendbrise pergi ke barat menuju wilayah Vinetree. Dia telah mendapat kabar dari Elise, adik Kenneth bahwa wilayah tersebut masih cukup aman dibandingkan wilayah lain di kerajaan Crator. Namun, sepanjang perjalanan Nerwin tak bisa berhenti memikirkan sosok gadis di tebing Feilas. Terlebih setelah Ethan menyampaikan berita tentang Sigrid Hatron di tanah Crator.“Tuan Muda, ada apa?” pertanyaan dan tepukan pelan Ervin berhasil membuat Nerwin tersentak dari lamunannya.Pemuda itu menoleh dan melihat Ervin menatapnya sambil menahan tawa setelah melihat reaksinya.“Dimana Tuan Muda Redrock itu?” tanya Nerwin mengabaikan pertanyaan Ervin.“Ada apa mencariku?” suara Ethan terdengar tak jauh di belakang
Baru satu hari berselang, wilayah Abendbrise ternyata benar-benar hampir hancur. Air laut perlahan naik dan menenggelamkan kota itu. Bukit-bukit pasir landai di wilayah itu telah tenggelam sepenuhnya. Ethan dan Nerwin hanya bisa menatap tempat itu tanpa bisa mendekat.“Sepertinya kau mengambil keputusan yang tepat dengan berangkat lebih awal,” komentar Ethan melihat kondisi di depannya.Nerwin mengangguk setuju. “Ayo, kita periksa tempat lainnya.”Nerwin menarik tali kekang kudanya dan berbelok menuju ke hutan. Sebelah timur teluk Feilas adalah hutan lebat dan ditambah itulah Nerwin melihat sosok gadis itu menghilang. Mereka berniat memeriksa, apakah hutan itu telah mati atau tidak. Karena jika benar gadis itu adalah Sigrid, maka jiwa hutan akan terserap olehnya seperti yang perna
“Selamat datang, di gerbang Land of Soul, para Guardians of Jade.” Kalimat itu terdengar bagai sebuah kemustahilan di telinga keempat pemuda itu. Baik itu Kenneth, Nerwin, Ethan, atau bahkan Elise, mereka tak mengenal sosok gadis di depannya juga tak memahami maksud ucapannya. Nerwin-lah yang pertama kali membalas ucapan gadis itu. “Kau, gadis yang aku lihat di teluk Feilas beberapa hari yang lalu.” Gadis itu tersenyum dan mengangguk pada Nerwin. “Mengapa menuntun kami kemari?” Meski suaranya tenang, tapi ada sedikit getar dalam pertanyaan yang disampaikan Elise. Sosok gadis itu maju satu langkah