BAB 77Hanum mengenggam erat tangan Alfi, dia mengajak Alfi pergi ke gudang dia menyekap tubuh Alfi di dalam gudang dan menatapnya dengan curiga“Aku yakin kamu pasti mengetahui sesuatu,” tuduh HanumHanum melirik ke arah tubuh Alfi, dia menatap Alfi dengan tatapan penuh curiga membuat tubuhnya gemetar takut“Alfi, katakan padaku siapa yang sudah memberikan makanan itu padamu,” ujar Hanum menuduh Alfi“Tidak tahu, aku baru saja datang ke kantor,” jawab Alfi dengan gugupHanum semakin mendekati tubuhnya ke arah Alfi, dia menatap kedua mata Hanum dengan gugup berbeda dengan Hanum yang kembali menatap kedua matannya dengan tajam“Katakan padaku, siapa yang sudah memberikan makanan itu!” tegas Hanum kembali“Aku tidak tahu. Kenapa kamu memaksaku?” tanya Alfi Hanum semakin menatap kedua mata Alfi, dia menatap tajam kedua mata Alfi dengan tatapan tajam“Siapa yang sudah memberikan makanan itu kepada Buk Septi?!” tanya Hanum menyentak Alfi Alfi yang dasarnya tidak bisa berbohong kepada Han
BAB 78Hanum melihat Septi yang tiba-tiba saja merasakan nyeri pada perutnya, dia terlihat begitu pucat dan terlihat sangat lesuh“Buk Septi, apakah Buk Septi sudah meminum obat Buk Septi?” tanya Hanum dengan cemas“Sudah, tapi aku tak tahu kenapa perutku terasa begitu sakit. Hanum, tolong panggilkan aku taksi online,” pinta SeptiHanum segera memanggilkan taksi online dan taksi online tersebut pun langsung datang “Buk Septi, aku akan membantumu,”Hanum dan Alfi pun membantu Septi untuk masuk kedalam mobil taksi tersebut dia masuk kedalam mobil tersebut dan duduk didalamnya “Aku berharap Buk Septi akan baik-baik saja,” ujar Hanum dengan penuh harapBerada di dalam rumah Septi, Bik Ratih baru saja mengantar pulang Rahmi dan Bagas“Rahmi, Bagas. Kalian makan malam dulu, ya,” ujar Bik Ratih“Bik Ratih, dimana mama?” tanya Rahmi“Sepertinnya, mama kalian sedang ada meeting di kantor jadi pulang terlambat,” ujar Bik RatihSebenarnya, Bik Ratih juga tidak tahu dimana keberadaan Septi. tap
BAB 79Setengah jam sebelum Jihan dan Wisnu pergi ke rumah sakit... “Kau yakin akan mengajakku makan malam denganmu?” tanya Jihan“Jangan banyak tanya,” jawab Wisnu “Menyebalkan sekali. kalau begitu, aku akan memesan banyak sekali makanan,” ujar JihanMereka pun menepi di salah satu tempat makan yang terlihat seperti angkringan pinggir jalan, mereka berdua sudah memesan makanan dan sedang menunggu makanan “Wisnu, lihatlah,” unjuk JihanWisnu mendongak ke arah TV dia begitu terkejut melihat Septi yang sedang dalam kecelakaan membuatnya begitu terkejut “Astaga, Septi!!” jihan berteriak Mereka berdua langsung pergi ke rumah sakit dengan menaiki taksi online“Wisnu, apakah menurutmu Septi akan terluka parah?” tanya Jihan“Aku pikir, dia akan kehabisan darah,” jawab Wisnu Mereka kembali terdiam namun pikiran Wisnu terus mengarah keapda Septi“Jihan, maukah kamu melakukan suatu permohonanku?” tanya Wisnu“Permohonan semacam apa?” tanya Jihan“Golongan darahmu dan Septi adalah sama. Ma
Brata mengenggam erat tangan Septi yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur. Kali ini, Brata merasa sangat bersalah juga menyesali apa yang telah dia lakukan, dia merasa begitu terluka melihat Septi kembali dilarikan ke rumah sakit.“Jawaban apa yang harus aku berikan untuk Bik Ratih juga kedua anak Septi?” tanya BrataDi tempat lain, Wisnu sedang menghabiskan waktunnya dengan Jihan. Mereka sama-sama saling menatap satu sama lain berada di dalam kontrakan Wisnu“Jihan, terimakasih karena kamu sudah berbuat hal yang sangat kebaikan hari ini. aku sungguh berterimakasih sekali kepadamu,” ucap Wisnu“Aku melakukan hal itu bukan karena aku ingin kamu melamarku, tapi karena aku ingin berbaikan dengan Septi atas semua kesalahan yang sudah aku lakukan,” ujar JihanWisnu tersenyum menggoda Jihan membuat Jihan menaikkan satu alisnya dan melirik tajam Wisnu, membuat Wisnu semakin gemas ingin sekali menggoda Jihan. Dia pun menarik pinggang Jihan untuk berdekatan dengan Jihan. Dia memeluk e
Satu minggu kemudian, setelah hubungan Jihan dan Wisnu semakin membaik membuat mereka seringkali menghabiskan waktu mereka berdua. “Aku pulang,” ujar Jihan Jihan membuka pintu rumah dan masuk ke dalam rumah, dia sangat terkejut karena Marni sedang menunggunya di dalam rumah “Ma,” panggil JihanMarni langsung menampar keras pipi Jihan, terlihat dari wajahnya yang terlihat begitu membenci Jihan dia seakan tak bisa memaafkan putrinya tersebut“Kau sudah mempermalukan aku, Jihan!!!” sentak MarniJihan hanya memegang pipinya yang terasa begitu sakit karena mendapatkan tamparan keras dari Marni membuatnya meringis “Ouchh, sakit sekali,” keluhnya “Apa yang kau katakan!! Apa kau tidak lihat keberadaan kita saat ini. Apa kau bodoh Jihan!! Jawab aku Jihan!” “Ya!! kita miskin, kita semua sengsara disini. Karena aku yang tidak mau merayu Brata, itu yang mama inginkan, oke! Aku akan merayunnya sekarang, aku akan membuat mama dan Dina bahagia!!” ketus JihanJihan merasa sangat hancur, hatinya
“Apakah semua ketulusanku, semua pengorbananku dan semua cinta yang sudah aku tunjukan kepadamu menghilang begitu saja hanya karena berita bodoh seperti itu?” tanya Brata Septi terdiam, dia tidak tahu jawaban apa yang harus dia ambil seakan-akan dia teringat dengan kejadian di masa lalu yang membuatnya trauma.“Septi, jika kamu meragukanku. Kamu bisa bertanya langsung kepada semua karyawanku, apakah berita itu hanyalah gosip ataukah nyata,”“Aku tidak tahu jawaban apa yang harus aku pilih, semuannya terasa seperti membingungkan,” ujarnya kembali Brata mengerutkan alisnya seraya bertanya kepada Septi “Apa yang membuatmu bingung?” tanya Brata “Aku masih menyimpan luka masa lalu di hatiku dan hari ini semuanya kembali terulang. Apakah aku harus mempercayainnya?” tanya SeptiBrata melepaskan pelukannya dia menatap kedua mata Septi“Aku akan memberikan kamu waktu untuk berpikir dan mengambil keputusan. Apa yang harus kamu pilih, apakah kamu akan kembali bersamaku ataukah kamu memilih a
Jihan mengajak Septi pergi ke salah satu restaurant yang berada di dekat pusat perkotaan. “Kenapa kamu mengajakku ke tempat ini?” tanya Septi “Aku ingin mengajakmu karena aku ingin membicarakan tentang sesuatu kepadamu,” ujar Jihan “Kamu bsia membicarakannya di kantorku tadi. Untuk apa kita pergi ke restaurant begini, aku sedang banyak sekali pekerjaan,” ungkap Septi Jihan hanya menghela napas kasar, entah apa yang harus dia lakukan untuk membuat Septi berhenti menjadi keras kepala dan mengikuti apa yang diinginkan Jihan“Berhentilah bicara, kita pergi sekarang,” pinta JihanJihan mengenggam erat tangan Septi yang masih bersikukuh untuk tidak datang ke restaurant itu.“Wisnu!!” panggil Jihan melambaikan tangannyaSepti terkejut melihat Brata yang juga ada disana bersama dengan Wisnu membuatnya ingin sekali melarikan diri dari restaurant tersebut dan segera pulang “Aku ingin pulang,” ujar SeptiBrata hanya diam dia tak mau menahan Septi yang hendak pergi itu, dia hanya memperhatik
Jihan menunggu di depan pintu ruangan Wisnu dia melihat Wisnu yang akan berjalan masuk kedalam ruangan membuatnya langsung menadahkan tangannya menagih makanan yang dijanjikan oleh Wisnu.“Kamu sudah janji padaku untuk membawakanku makanan yang aku sukai, mana?” tanya Jihan Wisnu menatap kedua mata Jihan yang menatapnya dengan ekspresi merajuk, Wisnu pun terkekeh dia segera memberikan Jihan makanan yang dia minta“Kamu sangat menyebalkan,” ujar Wisnu Wisnu mencubit pipi Jihan dengan lembut, jantung Jihan terasa begitu berdebar kencang dia sungguh kehabisan nafasnya untuk menghadapi pria seperti Wisnu. “Cepat kembali bekerja! aku tidak ingin ruanganku menjadi kotor,” perintah Wisnu dengan ketus Jihan menatap kedua mata Wisnu dengan tatapan tajam dan dia langsung melemparkan sapu tangan pink miliknya ke arah Wisnu dengan kesal“Bersihkan saja sendiri!!”Wisnu menerima sapu tangan pink tersebut sontak membuatnya tersenyum dengan senang dia memandangi arah langkah kaki Jihan “Terimak