Marni, Dina, Jihan dan Wisnu saling pandang, di pikiran mereka penasaran kemana perginya Septi.“Tidak mungkin Septi pergi dengan sangat mendadak seperti ini. itu mustahil, lalu dimana keberadaan Septi kenapa dia bisa menghilang secara tiba-tiba seperti ini.”kesal Marni menggerutu dengan sangat marahMereka bertatapan dengan penghuni baru itu, mereka menyudutkan dirinya dan memberikan tuduhan kepadannya“Dimana Septi!!”tanya Marni dengan tegas kepadannya“Saya tidak tahu dimana keberadaan Septi, saya penghuni baru disini. Saya juga tidak tahu siapa itu Septi.”jawab jujur penghuni rumah baru itu.Marni langsung naik pitam “Bagaimana bisa tidak tahu? Seharusnya tahu!”sentak Marni dengan sangat marahPenghuni rumah baru itu pun tetap menjawab Marni dengan sangat jujur“Tidak tahu saya, juga saya baru disini. Kalau ibu masih tidak percaya, saya akan panggilkan polisi untuk ibu.”ancam si penghuni rumah baru itu“Ck!! Merepotkan saja!!”kesal MarniMereka saling bertatapan dengan pengacara y
Wisnu hanya menggeleng-geleng kepala, dia sangat prustrasi saat ini, tidak tau apa yang harus dia lakukan rasannya ingin sekali berteriak marah kepada semua orang yang ada didalam mobil ini, dia sudah sangat prustrasi dengan keberadaan Marnie.“Hal ini, sungguh membuatku sangat benci dengannya.”kesal Wisnu yang sudah tak tertahankan lagi.Pengacara itu geram dia merasa dipermainkan oleh keluarga ini. Sudah membuang waktunya yang berharga.“Rasakan saja! Ini akibat mengambil barang yang bukan miliknya dan kalian memang tidak pantas memenangkan pengadilan ini karena memang kalian adalah iblis yang sesungguhnya, senang membuat orang lain kesulitan!!”pengacara itu pun menghardik mereka dan pergi, tapi dia kembali membuka pintu mobil Wisnu kembali dan membuat mereka yang ada didalam mobil terkejut melihatnya yang datang kembali lagi dengan menatap mereka mengancam“kalian harus membayar jasa saya, jika kalian tidak membayar maka saya akan berbalik untuk mendukung Septi dan sudah dipastika
“begini buk., ada berita yang sangat menghibur sekali kemarin.jadi, kemarin pak wisnu beserta keluargannya datang, mereka mencari ibu.”Septi sangat terkejut dengan penuturan ibu-ibu komplek tentang wisnu dan keluargannya yang datang kerumah Septi, bagaimana tidak terkejut mereka datang membawa pengacara.“Astaga, mereka membaca pengacara buk?”Septi sangat terkejut mendengarnya“Iya buk, mereka datang membawa pengacara dan hal yang paling menghibur adalah mereka sudah dengan sangat percaya diri ingin sekali mengugat ibu tapi ternyata ibu tidak ada ditempat dan warga baru itu yang keluar menemui mereka, sungguh menggelikan buk.”jelas tetangganya itu“Padahal mereka sudah bersiap dengan pengacara untuk memeras buk Septi malah mereka yang kena prank duluan. Marah-marah tidak jelas memaksa para tetangga untuk memberi tahu.”lanjut tetangga yang lainnya ikut menjelaskan kepada Septi dengan sangat gelak tawa mereka“lalu, apa yang terjadi selanjutnya buk?”tanya Septi dengan sangat penasaran
BAB 15Berada didalam ruangan yang hening, tertutup dengan tirai serta pintu yang terbuat dari kaca membuat Septi dapat melihat dengan jelas apa yang sedang karyawannya itu lakukan. Rata-rata dari mereka sedang sibuk dengan komputer mereka, mengerjakan jobdesk mereka masing-masing, namun ada sebagian dari mereka yang sedang memainkan ponsel dan memainkan ponsel mereka seraya bersantai riang karena jobdesk mereka yang sudah selesai. Berada didalam ruangan yang berbatas hanya kaca tembus pandang membuat Septi benar-benar tidak kesepian dia masih bisa melihat karyawan yang lainnya hanya saja tidak bisa mendengar apa yang mereka semua bicarakan.“Shut, shut.”ujar si karyawan perempuan yang sadar temannya yang sedang bermain games ponsel sedang ditatap Septi dengan tegas“Shut!”karyawan perempuan itu berupaya untuk menyadarkan si temannya“Duh! Apa sih?”tanya si karyawan yang sedang bermain game ponsel“Ditatap sama buk Septi, liat tuh!”kesal si karyawan perempuanKaryawan yang tertangkap
Marni sangat kesal dengan anaknya karena dia sungguh bodoh untuk melakukan segala hal membuat Marni sangat kesal dengan anak perempuannya itu. mereka berdua membeli empat tas sekaligus dengan dua tas lainnya yang disimpan di dalam dua tas yang mereka tunjukkan. Mereka berdua kembali masuk kedalam mobil dan melihat Dina yang memasang wajah kesal karena sangat lama menunggu mereka“Kenapa kalian sangat lama, aku sudah sangat bosan menunggu didalam mobil, rasannya sangat sesak.”keluh Dina yang sangat kesal dengan Marni juga Jihan.“Dina, jangan marah seperti itu. maaf ya, karena sudah sangat lama menunggu kami.”ujar Jihan meminta maaf“Tenang saja, aku sudah membelikan semua barang yang kamu mau.”Bisik Jihan membujuk Dina“lagian, kamu kenapa tidak ikut kami kedalam saja? Padahal banyak sekali barang yang bagus, mungkin saja ada barang yang kamu sukai, Din.”ujar Marni menyalahkan dina “Sudahlah, ayo kita pergi.” Ujar WisnuMereka pun melanjutkan perjalanan mereka dan pergi menuju ke res
***Ditempat lain, Septi sedang membicarakan soal proyek yang sudah dia rencanakan akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Septi duduk bersantai di bangku bersama dengan Bik Ratih“Bibik, apakah bibik tahu siapa yang akan bekerjasama denganku?”tanya Septi“Siapa?”tanya Bik Ratih dengan bingung, dia memusatkan fokusnya kepada Septi“Aku akan bekerjasama dengan Wisnu.”ungkap SeptiSungguh tak dapat dipercaya, Bik Ratih sungguh terkejut dengan pengakuan Septi yang menaatakan kalau dia akan bekerjasama dengan Wisnu“Bagaimana bisa? Lalu, bagaimana denganmu?”tanya Bik Ratih dengan sanagt cemas“bibik tidak perlu cemas, karena aku sudah memasang rencana untuknya.”pungkas Septi“Rencana apa?”tanya kembali Bik Ratih dengan sangat penasaranSepti pun berbisik didalam telinga Bik Ratih soal rencana apa yang sedang dia kerjakan itu, mendengar Septi yang berbisik membuat bik Ratih hanya tertawa lucu dengan apa yang dikatakan Septi“Bagus sekali, rencanamu Buk.”Septi dan Ratih mereka tertawa
Wisnu sedang dipusingkan oleh ibu mertuannya dan Jihan yang sedang mencoba semua barang belanjaan mereka padahal dirinya sudah siap untuk pergi sejak tiga puluh menit yang lalu, hingga akhirnya Wisnu harus mengingatkan mereka kembali kalau mereka harus segera berangkat, Wisnu tidak ingin si pemilik rumah itu sampai menunggu“Apakah kalian masih lama sekali? Aku harus segera pergi sekarang.”protes WisnuJihan dan Marni keluar dengan pakaian baru mereka, mereka berdua menunjukannya dengan Wisnu dengan sangat angkuh dan bergaya didepannya.“Sudah, ayo.”ujar MarniMereka semua termasuk Dina pun berangkat ke rumah ownernya mereka sudah tak sabar ingin melihat sebesar apa rumah owner tersebut. hingga akhirnya mereka pun tida didepan gerbang salah satu rumah yang sangat besar juga memiliki tingkat layaknya istana“Astaga, bagus sekali.”puji MarniJihan dan Dina hanya bisa melongo melihat rumah yang sangat besar juga mewah yang merupakan rumah ownernya. Kedua satpam pun langsung membukakan pi
Keluarga Marni sedang berada didalam rumah mewah tersebut, sangat menyenangkan dapat bersantai dan mengagumi seisi rumah mewah tersebut}Buk, lihat itu mereka sungguh memalukan ya. datang kerumah orang tidak tahu malu, pakai segala foto-foto tidak jelas seperti itu.”ujar Bik Ratih yang melihat mereka dari kejauhanSepti hanya diam dia tetap bersabar menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuannya kalau dia adalah pemilik rumah dan ceo nya“Aku hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk menunjukan kepada mereka siapa aku yang sebenarnya. Jika sekarang aku menunjukan diri maka mereka pasti akan menganggap aku ini tidak waras dan datang kerumah orang dengan sangat idak tahu malu.”ujar SeptiSaat sedang bicara dengan pembantunnya, tiba-tiba saja anak Septi langsung datang memeluknya. Takut mereka akan mendekati anak Septi maka Septi memilih untuk tetap merahasiakan anaknya itu“Bik Ratih, tolong jaga mereka ya. jangan sampai salah satu keluarga Marni mendekati mereka dan melakuka