Pagi ini, Septi merasakan perutnya yang terasa sangat sakit dan keringat dingin keluar dari tubuhnya membuat dia kesulitan untuk bernafas
“Astaga, rasannya sangat menyakitkan ada apa ini, kenapa sangat sakit?”keluh septi memegang perutnya seraya mengeluh.
Sedari pagi hingga sore septi berhasil menahan rasa sakit perutnya, tapi tidak untuk malam hari dia merasakan perutnya yang terasa semakin sakit, dia memegang erat perutnya seraya berteriak minta tolong.
“Tolong!!! Bik Ratih!!”teriak Septi
Bik Ratih yang sedang menyiapkan makan malam pun segera bergegas berlari menemui Septi yang ada didalam kamarnya sedang sangat kesakitan, Bik Ratih langsung berlari menemui sekuriti dirumahnya
“Pak, tolong. Nyonya Septi, ingin lahiran.”Panik Bik Ratih
“Astaga, kita harus segera membawannya kerumah sakit.”Panik sekuriti
Septi dibawa ke rumah sakit oleh sekuriti dan Bik Ratih menggunakan mobil,selama di mobil bik Ratih terus mengenggam erat tangan septi dia berusaha menguatkan Septi
“Buk Septi kuat ya, buk Septi pasti bisa menahan rasa sakit ini.”ujar Bik Ratih mengenggam erat tangan Septi yang berkeringat.
Rasa sakit itu begitu menyiksa di perut Septi. Pertanda bahwa dia sebentarl lagi akan melahirkan, rasannya dia sudah tidak kuat lagi ingin segera mengeluarkan anak yang ada didalam perutnya itu
“Pak, tolong lebih cepat pak.”keluh Septi mengenggam erat tangan Bik Ratih
Pak supir dengan cepat membawa septi menuju rumah sakit, dia berusaha untuk mengencangkan lajuan mobilnya
“Buk sabar ya, saya sedang berusaha.”ujar supir pribadi septi
“Iya, cepat pak.”keluh septi yang terus meronta kesakitan dan terus berteriak mengeluh
Sesampainya dirumah sakit, dengan menggunakan kasur dorong septi langsung dibawa pergi ke ruang bersalin yang hanya ada dirinya dan dokter saja didalam ruangan, dia harus meninggalkan buk Ratih diluar membuatnya sangat cemas. Dokter memasangkan masker oksigen kepada Ratih dan menyiapkan semua alat untuk persalinan.
“Ibu, kuat ya. ayo ibu pasti bisa, ibuk harus kuat.”
Septi melihat ke sekeliling, pikirannya tidak fokus pandangannya pun buram tapi dia harus tetap kuat untuk mengeluarkan bayi yang ada didalam perutnya
“Ayo buk, tarik nafas...”
Septi menarik nafasnya dengan sekuatnya dia berusaha sekuat mungkin untuk mengeluarkan bayi didalam perutnya rasannya sangat menyakitkan, dia butuh sosok suami yang ada mengenggam erat tangannya saat dia sedang kesakitan seperti ini, tapi kenyataan yang terjadi adalah dia harus berjuang sendiri, tanpa ada seorang pria yang mendampinginya. Hatinnya sangat terluka.
“Ayo buk, sudah mencapai pembukaan keempat, ibu harus lanjutkan. Ayo..”semangat dari perawat terus menguatkan septi .
Septi kembali berusaha untuk melahirkan anaknya dengan seorang diri, tanpa sosok suami yang ada untuk memberikan dia kekuatan.
“Ayo buk, bayinnya sudah hampir keluar ibu harus lebih kuat lagi.”semangat dari perawat dan dokter yang tak ada hentinnya
Saat septi ingin berjuang melahirkan anaknya, terbayang dalam benak Septi tentang suaminnya, Wisnu yang asyik berselingkuh dengan Jihan disaat dirinya sedang berjuang untuk mengeluarkan anak yang merupakan itu adalah anaknya Wisnu. Rasannya ingin sekali menangis, mengingat semua yang dilakukan Wisnu kepadannya, sungguh kejam.
Septi sekuat tenaga mengeluarkan semua kemampuan yang dia bisa, tak peduli rasa sakit itu terus membuatnya ingin menyerah, dia hanya ingin melahirkan anaknya, buah hatinnya.
“Kenapa kamu sangat kejam padaku, Wisnu? Aku akan melahirkan anakmu, tapi kenapa kamu sedang bermesraan dengan wanita lain.”tangis Septi pun pecah, rasannya dia sudah tak sanggup lagi untuk melahirkan anaknya
“Ayo buk, anaknya sudah hampir mau keluar, semangat buk sedikit lagi.” Perawat itu terus menguatkan septi, tak hentinnya dia bersorak untuk septi saat melihat septi yang sudah hampir menyerah.
Saat septi ingin kembali berjuang melahirkan dia kembali teringat tentang keluarga Jihan meminta harta gono gini kepada Wisnu, Padahal mereka belum benar-benar berpisah. Dan sekarang ketika dia sedang berjuang untuk melahirkan anaknya, Wisnu tidak ada bersamannya entah kemana dia pergi.
“Kenapa Wisnu tidak ada disaat anaknya ingin dilahirkan?”tanya Septi didalam hatinnya, dia menangis haru
Setelah satu jam berjuang untuk mengeluarkan anaknya dari dalam perutnya, akhirnya septi berhasil melahirkan anaknya yang ketiga. Suara tangis bayi terdengar di satu ruangan rumah sakit ini, membuat Septi menangis haru. Melihat anaknya yang digendong perawat membuat Septi menangis bahagia
“Anakku.”ujar septi seraya menangis
Perawat itu memberikan anak yang baru lahir untuk Septi menimang anak itu dengan penuh kasih sayang.
“Anakku, wajahnya sangat manis. Dia anak yang lucu, lihatlah.”Septi yang sangat bahagia itupun menunjukan anaknya kepada dua perawat yang menangis haru melihat septi yang sangat bahagia.
“Buk, biarkan saya meletakkan anak ibuk kembali di ranjang bayik.”ujar perawat
Septi memberikan anaknya kembali pada perawat untuk di letakkan didalam ranjang bayik yang ada didekatnya.
“Anakku sangat manis.”
Septi sangat bahagia melihat anaknya yang kembali tertidur dengan pulas, Septi hanya dapat berbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.
“Septi, selamat sayang.”ujar Buk Ratih memeluk Septi dengan tangis bahagia melihat Septi yang berhasil melahirkan anaknya.
“Buk Ratih, terimakasih ya.”ujar Septi, dia menangis terharu memeluk erat buk Ratih yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri.
Saat mereka sedang berpelukan dan menangis secara tidak terduga datanglah Wisnu yang membuat Septi sangat terkejut
“Aku senang kamu datang kesini untuk melihat anakmu, Wisnu.”ujar Septi
Septi memegang tangan Wisnu dia menatap Wisnu dengan tatapan penuh haru dan sangat bahagia karena Wisnu telah datang untuk melihat anaknya yang telah lahir ke dunia.
“Lihatlah, dia anak yang sangat manis, Wisnu.”puji Septi namun Wisnu hanya diam dia tidak bergeming.
Septi terkejut melihat Wisnu yang membawa amplop berwarna coklat membuat Septi sangat terkejut dengan apa yang dia lihat.
“Tolong tanda tangani ini, Septi.”Ujar Wisnu
Wisnu memberikan amplop tersebut kepada septi lalu dengan cemas Septi segera membacannya dia melihat surat itu berasal dari pengadilan, Septi tercengang dia begitu kaget, hanya dapat menutup mulutnya menahan terkejut. Pasalnya, dia baru saja melahirkan anaknya tapi wisnu sudah meminta Septi untuk menandatangani surat perceraian tersebut, septi melihat Wisnu yang sudah menandatangani surat perceraian itu“Apa ini? kenapa kamu memberikan surat ini padaku?!!”tanya septi seraya berteriak“Aku ingin cerai denganmu, itu adalah keputusanku.”jawab Wisnu semakin membuat Septi tercengang dan tak mempercayai apa yang baru saja dia lihat.“Kamu kejam sekali,Wisnu.”ujar Septi dengan penuh kemarahan, dia tidak menerima perceraian yang akan dilakukan Wisnu kepadannya.Bik Ratih yang berada didalamruang bersalin melihat Septi yang menangis tersedu-sedu setelah melahirkan pun, protes.“Istrimu baru saja melahirkan anakmu, kenapa kamu memberikannya surat perceraian ini!!”sentak Bik Ratih tidak terima m
Seorang perawat masuk kedalam ruangan Septi, dia seperti akan mencabut selang infus dari tangan Septi dan membuat Septi tersenyum senang“Apakah aku sudah boleh pulang?”tanya Septi yang terlihat senang“Ya, ibu sudah boleh pulang karena keadaan ibuk yang sudah membaik.”tutur Dokter kepada Septi.“Syukurlah, aku sudah boleh pulang kerumah. terimakasih, dokter.”ucap Septi, lagipula dia juga merasakan kalau dirinnya sudah lebih baik dari kemarin.Bik Ratih masuk kedalam ruangan, dia melihat Buk Septi yang keadaanya sudah lebih baik dan jarum infus yang sudah dicabut dari tangannya.“Buk Septi, apa yang dokter katakan, buk?”tanya Bik Ratih dengan penuh harap“Aku sudah boleh pulang, Bik. Dokter mengatakan kalau keadaanku sudak membaik.”tutur Septi dengan senang.“Mama sudah boleh pulang?”tanya kedua anaknya itu“Sudah, nak.”Septi tersenyum kepada kedua anaknya membuat mereka melompat senang“horee mama sudah boleh pulang!!!” seru kedua anaknya itu melihat keadaan mamanya.Septi pulang ber
Bab 10Marni menyambut kedatangan mereka semua dirumahnya, dia sangat keheranan sekaligus marah kenapa Septi datang bersama rombongan.“Kenapa kamu membawa semua rombongan seperti ini? seperti tawuran saja, apa maumu, Septi!!”sentak Marni kepada SeptiSepti tidak menanggapi tapi para tetangganya yang menanggapi.“Itu karena ibu yang sudah mengambil barang yang bukan hak ibu.”“Ibu sudah mengambil hak orang lain, ibu mengambil barang milik Septi dan membuat suami septi selingkuh dengan anak ibu yang pelakor.”“Bahaya banget ya, disini banyak sekali pelakor. Awas hati-hati ibu-ibu, takut suami ibu direbut pelakor juga.”“Ibu tuh salahnya sudah mengambil hak orang. Kalau ibu gak mau dirumah ibu ramai orang, seharusnya ibu berpikir dulu sebelum mengambil, buk. Jangan hak orang ibu ambil.”“Tangannya sudah terbiasa maling, jadi susah deh.”Mereka mencecar Marni habis-habisan karena sikap wanita itu yang seenaknya. Memakai barang yang bukan punyanya, marni sungguh tidak tahu malu sudah meng
“Saya bisa saja, nanti melaporkan tindak kejahatan ini kepada polisi mengatakan kalay ini semua adalah pencemaran nama baik.”cecar MarniKali ini Dina adik Jihan yang ambil suara dia menjelaskan kepada Pak RT perihal yang terjadi kepada keluargannya.“Septi dan Wisnu akan melakukan percaraian, jadi tidak masalah kalau barang-barangnya diambil, lagipula Septi bisa membelinya lagi.”cerca Dina membela kakaknya, Wisnu.“Satu hal lagi, Septi terlalu serakah dia tidak mau membagi harta gono-gini padahal yang kerja keras adalah Wisnu.”Jelas Dina kembali membela Wisnu dengan mati-matian.“Ya benar itu, Septi yang terlalu serakah dia ingin mengusai semua harta kekayaan tanpa peduli siapa yang membelinnya.”timpal MarniSepti pun dengan sangat sabar membalas cercaan marni dan Dina yang mencoba mendukung Wisnu, pria yang akan menjadi mantan suami dengan penuh sabar dan mencoba untuk tidak membalasnya dengan emosi.“Semua harta itu adalah atas hak atas milikku seratus persen, hasil aku bekerja dan
Septi pulang dengan suka cita, semua tetangga Septi pun ikut senang karena berhasil membantu Septi.“Septi selamat ya, karena kamu sudah berhasil membuktikan kepada mantan suamimu itu kalau kamu adalah istri yang kuat mampu melawannya.”“Septi, selamat ya. kamu berhasil mengalahkan suami bejat itu.”“Septi, aku sangat berharap kamu jangan lagi-lagi terpikir untuk kembali sama suamimu itu.”Septi hanya tertawa senang, dia tersenyum bahagia karena berhasil mengalahkan Wisnu, dia melihat Marni yang menatapnya dengan tatapan yang sangat sinis dan ingin sekali menampar pipi Septi tapi Septi tersneyum meledeknya.“Apapun yang sudah menjadi hak milik, akan kembali pada pemiliknya.”ujar Septi berbisik kepada Marni dengan meledeknyaPara tetangga menatap Wisu dan Jihan dengan tatapan mereka yang sangar dan sinis, jujur saja para tetangga itu sangat membenci Wisnu dan Jihan yang merupakan seorang pelakor membuat warga menjadi sangat keta-ketir dengan keberadaan Jihan di komplek mereka. Semua wa
Septi tersenyum manis, dia sangat senang karena berhasil menemukan rumah megah yang cocok untuknya, hanya dengan melihatnya saja Septi sudah sangat cocok.“Dimana nomor teleponnya, ya?”ujar SeptiSepti mencari dimana nomor telepon si pemilik rumah agar dia bisa membeli rumah tersebut, dia pun menemukannya maka tanpa berlama-lama dia menghubungi si pemilik rumah.“Halo selamat malam.”sapa Septi“Halo, selamat malam. Ini dengan siapa,ya?”tanya si pemilik rumah“Saya Septi, saya melihat rumahmu di laman berita. Apakah saya bisa bertemu denganmu untuk bertanya lebih lanjut soal rumahmu?”tanya SeptiDengan sangat senang hati, si pemilik rumah pun menjawabnya“Tentu saja buk, Septi. Saya akan menunggu ibu besok pagi ya, untuk datang ke alamat rumah saya.”ujar si pemilik rumah dengan hati senang“Iya pak, terimakasih ya. saya akan menemui bapak besok pagi.”jawab Septi.Bik Ratih yang mendengar Septi menelpon seseorang membuat Bik Septi bertanya lebih lanjut siapa yang Septi hubungi“Siapa ya
“Suami macam apa kamu, istri dan anakmu pindah rumah kamu tidak tahu. Dasar suami tak tahu diuntung!!”ujar para tetangga yang mencecar Wisnu habis-habisan membuat Wisnu terbungkamSelang beberapa hari, tetangga Septi menghubungi Septi mereka menceritakan tentang kondisi rumah Septi yang lama.“Septi, rumah lamamu sudah ditempati oleh orang baru.”gosip tetangganya yang menelpon Septi“Wah, apakah itu benar ibu-ibu?”tanya Septi dengan senang hati“benar Septi, rumahmu sudah ditempati orang baru tapi kami belum tahu siapa orang baru itu.”Mereka bergosip dengan sangat lama, mereka pun bergosip dan Septi menceritakan perihal rumah barunnya“Rumah disini sangat asri ibu-ibu. Saya cukup senang karena tetangga disini ramah dan tidak terlalu peduli dengan kehidupan orang lain.”jelas Septi menceritakan kondisinnya sekarang“Wah, bagus sekali itu Septi. Itu artinya, kamu sangat bahagia dengan tinggal ditempat baru kamu. Kami semua warga disini sangat senang mendengarnya karena kamu sudah nyama
Marni, Dina, Jihan dan Wisnu saling pandang, di pikiran mereka penasaran kemana perginya Septi.“Tidak mungkin Septi pergi dengan sangat mendadak seperti ini. itu mustahil, lalu dimana keberadaan Septi kenapa dia bisa menghilang secara tiba-tiba seperti ini.”kesal Marni menggerutu dengan sangat marahMereka bertatapan dengan penghuni baru itu, mereka menyudutkan dirinya dan memberikan tuduhan kepadannya“Dimana Septi!!”tanya Marni dengan tegas kepadannya“Saya tidak tahu dimana keberadaan Septi, saya penghuni baru disini. Saya juga tidak tahu siapa itu Septi.”jawab jujur penghuni rumah baru itu.Marni langsung naik pitam “Bagaimana bisa tidak tahu? Seharusnya tahu!”sentak Marni dengan sangat marahPenghuni rumah baru itu pun tetap menjawab Marni dengan sangat jujur“Tidak tahu saya, juga saya baru disini. Kalau ibu masih tidak percaya, saya akan panggilkan polisi untuk ibu.”ancam si penghuni rumah baru itu“Ck!! Merepotkan saja!!”kesal MarniMereka saling bertatapan dengan pengacara y