"Apa kalian tak ingat kata-kataku sebelum Dungeon ini muncul? Untuk apa aku berbohong di saat seperti ini?" tanyaku mengangkat sebelah alis berharap penuh agar mereka yakin."Lakukan seperti kata-katanya!" teriak pria yang mengerlingkan sebelah matanya tadi ke arahku. Tak tahu seperti apa nama-nama mereka, karena dia sama sekali belum memperkenalkannya. Jadi panggil dengan nama itu saja. Raut wajah para Hunter yang berada di bawah pimpinan pria ini terlihat sangat tidak yakin akan perintah dari atasannya, yang berasal dariku. Goblin-goblin yang terdiri dari empat kelompok itu langsung berteriak.Kelompok pertama dengan senjata semacam kapak juga pedang dan tombak berlari menerjang ke arah kami. "Apa yang kalian tunggu? Kehilangan nyawa!" teriakku yang tak habis pikir.Kelompok Fire Goblin pada bagian kedua selanjutnya memegang sebuah perisai, kelompok Fire Goblin di barisan ketiga memegang busur juga anak panah, lalu yang kelompok Fire Goblin di barisan keempat tidak memegang apa-apa
Sayangnya, serangan yang dia lemparkan sama sekali tidak mengenai para Fire Goblin. Malah selanjutnya, orang itu terkena serangan dari benda berbentuk semacam pedang, tapi ada api-apinya gitu. Pria yang tadi mengerlingkan matanya di atas panggung padaku menolehkan kepala pada bawahannya yang sedang tersudut itu. Sepertinya dia adalah pemimpin dari para Hunter ini. Kepalanya menoleh ke arah bawahan tadi. Bibirnya mendecak kesal seraya mengayunkan tebasan demi tebasan senjata pedang berukuran besar pada para Fire Goblin.Berbeda dari bawahannya, dia bergerak dengan sangat menakjubkan dan menebas tiap-tiap Fire Goblin di hadapan pedangnya. Namun, tetap saja. Dia tak membunuh satupun dari Fire Goblin itu.Bukan karena dia takut, tapi kerjasama antar Fire Goblin sangat luar biasa, hingga mereka yang memiliki perisai akan maju untuk menahan serangan."Semuanya mendekat, untuk kalian yang memiliki skill seperti menciptakan Penghalang atau Barrier, segeralah buat! Kita susun rencana!" teria
Kedua tangan ini langsung mengepal, ketika mendengar kalimat 'Istri Kedua' yang terucap dari bibir pria itu. Ditambah, rasa kesal ini semakin bertambah kala pria itu menampilkan senyum sinis dan tatapan tak suka. Tak hanya pria itu yang menatap sinis, tapi juga Hunter lain di sekitar yang membentuk lingkaran, untuk berdiskusi ini. Ingin rasanya aku mencongkel bola mata mereka yang sangat tak sopan itu. Namun, aku berusaha meredamnya agar tak menjadi masalah. Jari-jemari yang tadi mengepal kesal di sisi tubuh ini mulai rileks, dan melepaskan genggamannya. Aku menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan sambil melihat ke arah orang-orang di sini."Aku menganggap kalimat itu sebagai penolakan!" tuturku memejamkan kedua mata. "Satu nasihat untuk kalian, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain lebih dalam. Karena sekarang waktunya untuk mengkhawatirkan rekan kalian, yang mungkin tak bisa bertahan lebih lama lagi," sambungku membalikkan tubuh, mengambil langkah lebar untuk p
Aku mengangguk dengan pasti dan mantap, sebagai jawaban dari pertanyaannya barusan. Sekaligus, menandakan bahwa ini adalah syarat yang tetap dariku, tak akan kutarik. Meskipun mereka menolaknya. Di saat yang bersamaan, aku cukup khawatir jika dia tak menerima syarat yang kuajukan barusan. "Itu adalah syarat yang mudah, jika Anda mau. Saya memiliki beberapa orang yang sepertinya bisa membantu syarat itu." Di luar dugaan sebelumnya, aku menghela napas lega di dalam hati. Namun, aku juga terdiam. Sebelumnya, para Hunter itu menolakku dengan kebencian. Memangnya, mereka mau dimintai bantuan? "Baiklah, tapi kita harus mengurusi mereka. Tak mungkin mereka bisa bertahan lebih lama. Apa ada orang yang memiliki skill buff?" tanyaku menunjuk ke arah lima orang Hunter, yang maju ke depan dan menciptakan Barrier. Pria ini menggelengkan kepalanya dengan ekspresi pasrah. "Hunter dengan efek buff untuk meningkatkan stamina, dan lain-lain itu sangat jarang ditemukan. Bahkan bisa dibilang langk
"Maaf, tapi kami tak lagi bisa bertahan lebih lama, Nyonya," tutur perempuan di depanku, salah satu dari lima orang yang membuat dan mempertahankan Barrier sampai saat ini. Aku ingin menegurnya agar tidak memanggilku dengan gelar 'Nyonya' tapi dengan nama dari dunia asliku, yaitu Lania. Namun, itu tak bisa dikatakan sekarang, karena yang diprioritaskan adalah keadaan mereka. "Tolong tahan sebentar lagi, aku akan memberitahukan rekan-rekan kalian untuk segera bersiap di tempat mereka, melawan Fire Goblin!" perintahku pada mereka. Beberapa orang melirikku dengan ragu, tapi mereka saling bertatapan lalu mengangguk. "Mohon bantuannya, Nyonya!" seru mereka secara serentak yang hanya aku balas dengan anggukan. Aku kemudian membalikkan tubuh, melihat ke arah Hernandez yang sibuk untuk mengevakuasi Tamu Undangan keluar dari aula. "Tuan Hernandez, tolong persiapkan beberapa orang untuk segera maju, untuk melakukan seperti yang kita rencanakan tadi!" teri
"Satu-satunya cara adalah masuk, lalu mengalahkan Boss-nya!" jawab Hernandez menunjuk ke arah Portal Dungeon yang terbuka. Aku mencuri pandang ke arahnya, sambil mengepalkan kedua tangan.Aku lalu melirik ke arah panel misi. Misi utama dan misi barunya belum selesai sama sekali. Memejamkan mata dan menarik napas dalam, perlahan aku mulai rileks. "Kapan kita masuk?"Pertanyaan itu terlontar dari bibirku, tanpa melihat ke arah Hernandez yang berdiri di sisi. "Semakin cepat semakin baik!" balas Hernandez berjalan lebih dahulu, melampirkan senyum smirk pada bibirnya.Menarik dan mengembuskan napas berulang kali, aku mulai menetapkan tekad. "Aku akan ikut denganmu, tunggu aku!" ucapku dengan sedikit keras, khawatir jika Hernandez tak mendengarnya.Aku pun segera mempercepat langkah berlari ke sisinya.Hernandez POV"Bagaimana cara kita melewati Monster Fire Goblin itu?" tanya perempuan bernama Lania ini. Saya menghentikan
Aku pun segera mempercepat langkah menyusul dia. Hingga secara bersamaan, kami mulai melangkah masuk ke dalam. Namun, langkah ini terhenti karena lorong menuju bagian samping panggung tadi ditutupi oleh reruntuhan lantai dua.Ini seperti yang Hernandez katakan tadi, kalau akan ada sedikit pemberisahan di jalan menuju Portal Dungeon. "Menjauhlah sedikit, saya akan menyingkirkan reruntuhan-reruntuhan ini dengan skill yang saya miliki!" Hernandez mengucapkannya dengan nada serius.Mengikuti apa yang dia katakan, aku melangkah mundur dan mengambil posisi yang lebih jauh dari tempat Hernandez berdiri. Pria itu mengangkat tangan kanan, sejajar bersama bahu.Cahaya berwarna biru dengan elemen listrik pun muncul merambat dari bahu menuju telapak tangan. Sebuah lingkaran sihir muncul dan menciptakan siluet sebuah pedang besar, seperti yang sebelumnya Hernandez gunakan untuk menyerang para Fire Goblin.Walaupun serangan dan tebasannya tidak berhasil mem
"Apa kau sudah siap?" di saat aku sedang membaca jawaban yang tertera pada layar hologram ini, Hernandez tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan. Aku pun melihat ke arahnya.Senyum smirk terukir pada bibir ini dengan sedikit anggukan. Jantung mulai berdebar tak karuan. "Tentu saja aku siap." Kalimat itu terucap dengan keringat dingin dan adrenalin yang mulai terpacu dalam diriku.Hernandez kemudian tersenyum smirk, dan itu diarahkan untukku. "Kita hanya perlu menyelinap. Namun, bila kita ketahuan oleh mereka. Maka siap-siap keluarkan senjata andalan milik masing-masing," jawabnya yang aku angguki dengan mantap.Kami berdua pun mulai berjalan mengendap-endap secara perlahan, tapi Hernandez berjalan lebih dulu di depanku. Langkahnya terlihat sangat berhati-hati. Entah mengapa, aku teringat tentang Fero.Jika mengingat masa lalu, tak sekali dua kali aku dan Fero mengendap-endap seperti ini. Terutama untuk bolos pada jam pelajaran guru killer. Sudah tak