BU NAFIS OH BU NAFIS!Sekarang dia paham mengapa Bu Damar cemburu dengan ibu mertuanya. Dan terjawab sudah teka- teki yang di pikirnya dari semalam dengan Ifah. Perkara apakah ibunya mau dengan modelan Pak Imam ternyata ini jawabannya."Kau kenapa tertawa seperti itu, Dek? Ini bukan saatnya untuk tertawa," jelas Hasan."Oalah Mas, Mas! Aku paham hubungan Ibu dengan Pak Imam, ternyata ini hanya salah paham saja! Aku sekarang paham di mana pokok permasalahannya, sini -sini masuk dulu, Monggo! Kita ke dalam saja biar nanti Dinda yang menjelaskan, saya sudah paham masuk Pak Imam ini," ujar Dinda pada orang- orang."Alhamdulillah jika Mbak Dinda maksud saya! Tolong bantu saya menjelaskan ke orang-o rang Mbak, terutama istri saya agar paham! Saya sudah mentok sekali ini, menjelaskan bagaimana lagi! Karena istri saya dari tadi nyerocos terus, tak mau berhenti menuduh saya berselingkuh dengan Bu Nafis! Padahal tidak seperti itu," jelas Pak Imam yang sekarang sedikit lega karena Dinda paham ta
AGAMA ADALAH BENTENG ALASAN SUAMIKU,"Jelas kan? Aku tak ada hubungan apa- apa dengan suamimu kok! Kamu itu terlalu berlebih- lebihan sekarang, kalau begini siapa yang malu? pakai kau datang membawa warga lagi, membuat reputasiku hancur saja, mending kalau di gosipkan dengan artis yang ganteng lah ini sama suamimu, kalau begini siapa yang mau memperbaiki nama baikku?" tanya bu Nafis."Kalau begitu kenapa kau sering menelpon suamiku? jika kau tak saling menelpon tentu aku tak memikirkan hal buruk itu dan menuduhmu sebagai pelakor di rumah tanggaku, sebenarnya apa yang kalian rencanakan tanpa sepengetahuanku?" tanya bu Damar masih penasaran."Itu karena aku ada bisnis penting dengan suamimu! Wes toh kamu ndak perlu tahu, yang jelas untuk apa, Sumpah demi Allah aku tak pernah ada hubungan dengan suamimu, jadi jangan cemburu lagi, aku sudah menggunakan sumpah tertinggi dalam agama Islam masih kau tak percaya juga, ini bisnis yang sangat menguntungkan pasti suamimu akan menceritakan jika s
TEROR LANJUTAN!"HASAN! DINDA!" teriak bu Nafis memotong ucapan Hasan di kamar."Asatagfirulloh!" teriak DInda terlonjak kaget."Ada apa, Mas? Ayo keluar!" perintah Dinda bergegas.Dinda dan Hasan segera keluar dari kamar. Mereka takut terjadi apa-apa dengan ibu Nafis. Sesaat setelah membuka pintu kamar, mereka tak mendapati bu Nafis di ruang tamu seperti saat terakhir mereka tadi. Dinda segera mencari ke kamar mertuanya, benar saja dia melihat pecahan kaca di kamar ibunya."Astaghfirullahaladzim, ada apa ini? Ibu mengapa bisa seperti ini?" tanya Dinda panik melihat pecahan kaca berserakan di lantai ruang kamar bu Nafis."Ibu tidak tahu, Ibu tadi mendengar suara 'prang' dari kamar, lalu Ibu masuk ke dalam rumah! Dan ternyata begitu Ibu datang sudah seperti ini," kata ini bu Nafis."Sudah, sudah biar Mas Hasan yang membersihkan pecahan beling dan kaca ini, kau dan Ibu minggir dulu! Ini bahaya jika terkena tubuh, biar Mas Hasan saja!" perintah Hasan.Dinda segera menggandeng lengan ibun
DI PALAK BU NAFIS SATU JUTA!"Benar apa yang di katakan Mbak Eva! Apakah aku harus menelpon Papa juga untuk ikut campur masalah ini? Mengingat Papa lebih punya kekuasaan dan uang, ini demi anak yang aku kandung, apa aku harus mengatakan jujur semuanya?" tanya Dinda dalam hati dengan bimbang."Baik Mbak, aku akan pertimbangkan lagi saran Mbak Eva! Makasih ya, Mbak! Sudah kalau begitu teleponnya Dinda tutup! Assalamualaikum," pamit Dinda.Setelah menelpon Eva Dinda keluar lagi. Dia menemui Bu Nafis, Hasan sudah kembali ke ruang tamu. Melihat istrinya keluar dari kamar."Bagaimana, Dek? Apakah Mas Zain sudah bisa di hubungi?" tanya Hasan."Belum Mas, kata Mbak Eva tadi sepertinya Mas Hasan masih ada pasien! Oh ya bungkusan itu Mas taruh mana?" tanya Dinda."Itu ada di luar," jawab Hasan."Apa sudah Mas buka? Isinya apa, Mas?" tanya Dinda"Belum, Mas belum berani membukanya, Dek! Mas takut kenapa- napa, apalagi kau hamil! Mas menunggu Mas Zain saja dulu," jelas Hasan."Tapi sudah Mas taru
VC DADAKAN!"Mas, benarkah kamu ikhlas aku pulang ke kediri?" tanya Dinda."Ya," sahut Hasan."Kenapa kamu sepertinya tidak ikhlas? Tidak suka dan tidak ridho, Mas?" tanya Dinda."Alah itu perasaan kamu saja, Dek!" jawab Hasan dengan nada tak suka."Wes sudah! Sudah! Ndak usah di perdebatkan lagi! Kayak anak kecil saja, ingat kalian ada anak! Masalah seperti ini saja untuk di perdebatkan," Omel bu Nafis.Hasan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sedangkan Dinda mendumel sendiri. Semenjak hamil dia memang sensitif pada semua orang. Untung bu Nafis saat ini sedang waras dan bijak. Sehingga bisa melerai pasangan suami istri itu."Oh iya Dinda, nanti ingat kalau di Kediri kau harus tetap jaga cucu Ibu! Baik-baik di sana, jangan berbuat dan makan sembarangan! Bawa gunting dan sesuatu yang tajam di tas, awas kalau terjadi apa- apa sama cucuku," ancam bu Nafis."Iya Bu, Iya! Dinda akan menjaga segenap hati dan sepenuh jiwa pada anak ini, cucu kesayangan
SUAMI ATAU KELUARGA SENDIRI?"Kau di mana, Fah? Cepat pulang!" perintah Hasan dengan tegas tak ingin di bantah."Suara siapa itu di belakangmu itu? Sepertinya ada suara lelaki? Ayo video call!" perintah Hasan."Oh itu ini Mas dia adalah teman Ifah Mas," dengan cepat Ifah menyahut walaupun kegugupan tampak jelas terlihat."Apakah itu adalah suara Arif?" tanya Hasan."Bukan," jawab Ifah mengelak dan langsung menunjukkan panggilan video call ke seluruh ruangan.Memang Ifah sedang ada di sebuah cafe hits di wilayahnya. Dia memang bersama temannya yang rata- rata berjenis kelamin lelaki. Membuat Dinda sedikit lega karena takut akan berujung hal-hal yang tak di inginkan. "Tuh, Mas lihat sendiri kan?" tanya Ifah setelah memperlihatkan semua ruangan cafe lewat VC."Hmm! Baiklah, kau pulang jam berapa?" tanya Hasan sedikit lega,Ternyata setelah VC dan Arif nampak tak ada di Cafe, Hasan sedikit lega dan menurunkan nada bicaranya tak emosi lagi. Hasan
MAS ZAIN ADALAH SOLUSIDinda memandangi suaminya dengaan tatapan mendalam. Sebenarnya dia juga tak tega meninggalkan Hasan sendiri saat posisi seperti ini. Tapi kali ini dia juga tak mau egois mementingkan cinta pada suami. Karena Dinda sadar ada bayi yang di kandungnya memerlukan mental dan psikis dari ibu yang tenang. Dinda pikir dia akan balik ke Kediri barang beberapa hari untuk menata hidupnya kembali. Dia ingin mencharge tenaganya yang selama ini habis di gunakan untuk menghadapi mertuanya sendiri."Itu emmmm.....""Paket!" teriak seorang dari luar membiarkan percakapan Dinda dan Hasan.Untunglah tukang paket datang di saat yang tepat. Membuat percakapan serius antara Dinda dan Hasan terputus. Dinda segera keluar menemui tukang paket itu. Dia yakin paket itu adalah paket miliknya yang berisi pesanannya CCTV kemarin. Dia harus segera mengamankannya. Karena dia tak ingin seorang pun tahu termasuk suaminya juga. Setelah berfoto tanda bukti penyerahan paket, D
MITOS DAN KLENIK"Astaghfirullahaladzim ini sudah tidak benar, jika itu memang lemparan buhul," sahut Zain."Apa yang seharusnya aku lakukan, Mas?" tanya Hasan."Sekarang kau harus segera membawanya keluar rumah dulu," perintah Mas Zain."Sudah Mas," jawab Hasan."Kau sudah membukannya? Apa isinya?" tanya Zain penasaran."Aku hanya membawanya keluar, Mas! Tapi aku belum berani membukanya langsung, hanya ku taruh di luar rumah belakag pawon dapur belakang," jelas Hasan."Baik sekarang kau dan Dinda dengarkan aku! Untuk mengusir gangguan sihir, santet, dan guna-guna baca Alfatihah, Al ikhlas, Annas, Albaqarah, Ayat kursi dan Sholawatan! Jangan putus dulu, itu adalah cara yang di anjurkan dalam agama kita untuk menangkal kekuatan gaib yang berniat buruk," kata Zain."Lalu untukmu Le, Hasan! Bakar batu itu, minta temani Ibu tak masalah, tapi pastikan kondisimu dan Ibu benar- benar fit dan sehat! Bukalah dulu lalu baca doa- doa sambil terus sholawat! Bakarlah semua barang yang di buat untu