Sudah hampir dua minggu berselang sejak kejadian itu, kini Yeni semakin menyadari dirinya. Ia tidak akan mengemis kepada Gavin untuk mendapatkan belaian dan sentuhan. Yeni tidak mau harga dirinya semakin tak ada artinya. Jadi dia memutuskan membiarkannya saja. Yeni berharap suatu saat Gavin memaafkannya dan kembali seperti Gavin yang dia kenal dulu.
Sudah beberapa hari ini juga Gavin selalu pulang malam. Perusahaan Alya memang sedang melakukan ekspansi ke segala bidang. Bukan hanya pembangunan perumahan saja yang dia tangani, perkantoran, gedung pencakar langit bahkan beberapa mall terkenal sudah memakai jasa kontruksi milik Alya. Bahkan karena hal itu juga membuat Alya sering melakukan kunjungan keluar kota, seperti hari ini.
Sejak kemarin pagi, Alya sudah merasa tubuhnya tidak enak. Kepalanya pusing, badan meriang dan dia sangat mudah lelah. Sebenarnya Gavin sudah melarang Alya untuk melakukan kunjungan, tetapi istri keduanya itu bersikeras berangkat untuk meninjau p
Gavin terdiam sambil menatap sosok pria berwajah manis dengan rambut ikal itu yang tak lain Rendy. Gavin tidak tahu mengapa juga Rendy tiba-tiba ada di rumah sakit ini. Jangan sampai Rendy tahu tentang kondisi Alya yang sedang hamil muda. Dia belum membuat pengumuman dan Gavin tidak mau semua orang tahu tentang ini.“Gimana keadaan Alya?” tanya Rendy kemudian. Ia sudah berjalan mendekat dan berdiri di samping Gavin seraya melihat Alya yang sedang tertidur tenang.“Dia sudah lebih baik. Dia hanya kelelahan,” jawab Gavin. Dia tidak berani memberitahu alasan tepat penyebab Alya kelelahan.“Kok kamu tahu Alya masuk rumah sakit?” lanjut Gavin bertanya. Rendy tersenyum sambil menyentuh bahu Gavin dengan lembut.“Aku tadi ke kantor dan tanya ke Rini, lalu dia cerita kalau kamu dan Alya di sini. Rini juga cerita kalau Alya pingsan,” jelas Rendy. Gavin hanya diam dan menganggukkan kepala. Ternyata Rini yang memberita
Rendy sudah kembali ke kantor usai diminta Gavin menghandle semuanya. Memang tiga sekawan itu adalah orang penting di kantor Alya dan mereka selalu bergantian menghandle bila salah satu tidak di tempat. Menjelang sore, Rendy sudah pulang lebih dulu. Dia sengaja ingin menjenguk Alya lagi. Rendy juga berpikir untuk mengganti Gavin berjaga.Rendy setengah berlarian menyusuri lorong rumah sakit. Dia sudah bertanya di meja informasi tentang letak kamar Alya. Ternyata Gavin meletakkan Alya di kamar vvip sehingga sedikit sekali orang yang berlalu lalang di sana.Rendy tersenyum saat melihat nomor kamar yang ia tuju. Tangannya sudah memegang handle siap membuka namun, urung dia lakukan saat Rendy mendengar percakapan Alya dan Gavin.“Kamu yakin akan melakukan ini, Mas? Memberitahu ke semua orang tentang hubungan kita?” ucap Alya. Rendy sontak menghentikan langkahnya. Alisnya mengernyit seakan sedang menanyakan sesuatu.“Hubungan? Hubungan apa?&r
Rendy terdiam duduk di sudut kafe ditemani secangkir kopi panas yang baru saja diantarkan oleh pelayan. Jemari tangannya sibuk mengetuk meja sedari tadi seakan ada yang sedang dipikirkannya. Ini sudah lima hari sejak Alya dirawat di rumah sakit. Tadi siang Rendy sengaja berkunjung ke sana untuk melihat keadaannya namun, kata perawat Alya sudah keluar dari rumah sakit pagi harinya.Rendy bahkan sempat mampir ke apartemen Alya dan Gavin hanya sekedar untuk melihat keberadaan dua insan yang dimabuk cinta itu, tetapi Rendy tidak menemukan mereka di dua tempat itu. Kalau pulang ke rumah Alya atau ke rumah Gavin juga tidak mungkin. Rendy berasumsi kalau mereka berdua punya tempat tersendiri yang tidak diketahui siapa pun.“Benar-benar licik Gavin. Dia sudah memperhitungkan segalanya ternyata. SIALAN!! Aku benar-benar terkecoh oleh sikap mereka berdua selama ini,” rutuk Rendy kesal.Rendy menghela napas panjang sambil melirik jam di tangannya. Ia kesal menu
“Yen, kamu baik-baik saja?” tanya Rendy begitu Yeni membuka matanya. Yeni diam dan melihat keadaan sekitar. Ia kenal tempat ini dan harum udara di ruangan ini, ini adalah kamarnya.Saat pingsan tadi Rendy langsung menangkap tubuh Yeni dan membawanya ke dalam mobil lalu mengantarkan ke rumah. Rendy takut terjadi sesuatu terhadap Yeni.“Nih, minum dulu, Yeni,” ucap Rendy sambil menyodorkan segelas air minum yang sudah disiapkan art Yeni.Yeni masih diam dan tak bicara sama sekali, matanya juga menatap kosong ke depan. Rendy ketakutan melihat keadaan Yeni kali ini. Dia benar-benar merasa bersalah kalau sampai terjadi apa-apa kepada istri Gavin ini.“Yen, aku mohon kamu bisa menerima semua yang aku jelaskan tadi dengan lapang dada. Aku sengaja memberitahu kepadamu karena kasihan kepadamu. Aku juga gak mau melihat rumah tanggamu jadi hancur berantakan,” jelas Rendy dengan ketakutan. Dia jadi merasa tidak enak hati setelah me
Malam menjelang dan malam ini Alya ingin menikmatinya di balkon kamarnya. Ia tersenyum saat angin malam menyapu rambut dan wajah manisnya dengan lembut. Gavin yang berdiri di belakangnya terus memeluknya dengan erat seakan menjaga Alya dari dinginnya angin malam kali ini.“Kamu gak kedinginan, Babe?” tanya Gavin sambil mengecup pipi Alya sekilas. Alya tersenyum sambil mengelus tangan suaminya yang terus memeluk erat melingkar di perutnya.“Kan udah dipeluk Mas Gavin jadi rasanya gak dingin sama sekali,” jawab Alya. Gavin hanya tersenyum sambil berulang mengecup puncak kepala Alya.“Besok kamu jadi mulai ngantor, Al?” lagi Gavin bertanya. Alya mengangguk menjawab pertanyaan Gavin.“Iya, Mas. Kerjaanku ketinggalan banyak kasihan kalau Rini yang mengerjakannya.”“Aku sudah menyuruh Rendy menghandle semuanya, kok. Kamu tenang saja, Babe. Apa kamu gak pengen babymoon sama aku?” lagi Gavin berta
Seorang wanita cantik baru saja turun dari mobil taxi online, dia bergegas masuk sebuah gedung perkantoran usai menyelesaikan transaksinya. Beberapa petugas resepsionis menyambut ramah dengan senyuman saat dia melintas di depannya. Wanita cantik itu terus berjalan menuju lift dan segera masuk begitu pintu lift terbuka.Dia terus terdiam sambil berulang mengolah udara di paru-paru seakan sedang menahan beban yang siap meledak setiap saat. Mata kelamnya terus berkilatan seperti pisau yang menghunus tajam. Dia tampak sangat marah, wajah cantiknya juga terlihat judes tidak seperti biasanya.Pintu lift tiba-tiba terbuka, wanita cantik itu kembali menarik napas panjang sebelum kaki jenjangnya melangkah keluar melewati pintu lift. Dia tersenyum dengan seringai saat melihat lantai yang dia tuju. Dia tahu dan sangat mengenali suasana lantai ini, karena dia juga pernah menjadi bagian dari kantor ini. Langkah kakinya juga sangat mantap menuju sebuah ruangan yang berada tak jauh di depannya.Kaki
Alya masih terdiam duduk dengan tenang di apartemen Gavin. Usai kejadian di kantor tadi membuat dia sedikit shock. Alya terkejut mengapa Yeni tiba-tiba tahu tentang rahasia kehamilannya. Alya sibuk berpikir tentang siapa yang sudah tahu rahasianya selama ini.Sebuah tangan langsung merengkuh pinggul Alya dan menariknya mendekat. Alya menoleh dan melihat Gavin sudah duduk di sampingnya. Pria ganteng bermata sipit itu tampak sendu menatapnya.“Kamu gak papa, Babe?” tanya Gavin penuh perhatian. Alya menggeleng sambil tersenyum.“Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya penasaran dari mana Yeni tahu semua ini. Apa ada yang tahu tentang kita, Mas?” kata Alya balik bertanya. Gavin hanya menghela napas panjang sambil terus menatap Alya.“Aku tidak masalah dia tahu dari siapa, Al. Semakin cepat akan semakin baik,” tandas Gavin kemudian. Alya hanya diam dan menatap Gavin dengan sendu.“Tetapi itu artinya kamu tidak bisa b
“Apa maksudmu, Mas?” tanya Alya dengan mata terbelalak lebar. Gavin hanya tersenyum kemudian menghampiri Alya dan duduk di sebelah Alya juga Bu Aminah.“Apa kamu lupa kalau kamu bersedia menjadi yang kedua setelah Yeni? Jadi mungkin aku tidak bisa menceraikan Yeni sekarang. Ada Putri yang membutuhkan perhatianku, Al. Apalagi sebentar lagi dia harus menjalani operasi. Aku ingin Putri kembali membaik baru setelah itu aku akan memikirkan langkah selanjutnya,” terang Gavin.Alya hanya diam kemudian perlahan dia sudah menganggukkan kepala sambil tersenyum ke arah Gavin. Sementara Bu Aminah hanya terdiam dan menunduk.“Ibu tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian, tetapi Ibu harap kamu tidak membuat Alya kesulitan, Vin. Jujur Ibu tidak ingin memihak kamu ataupun Yeni, tetapi Alya putri Ibu satu-satunya. Ibu hanya ingin Alya bahagia dan kalau bahagianya Alya hanya denganmu, Ibu ikhlas.” Alya tersenyum mendengar ucapan Bu Aminah k