Alya masih terdiam di tempatnya dan tertegun menatap Gavin. Pria bermata sipit dengan tampilan bak artis drama Cina ini memang sudah memikatnya sejak awal. Namun, yang membuat Alya tertegun saat ini adalah ucapan lirih yang baru saja keluar dari bibir tipisnya. Ini benar-benar di luar dugaan Alya, padahal Gavin selalu mati-matian menolaknya mengapa kini malah menyatakan cinta lebih dulu ke Alya.
Gavin tersenyum melihat ekspresi Alya yang tampak kebingungan. Gavin yakin perubahan sikapnya ini sangat membuat Alya penasaran. Gavin sudah tidak tahan memendam semuanya, dia lelah bersandiwara. Dia lelah menutupi getar aneh di dadanya setiap berinteraksi dengan Alya. Memang awalnya bisa dia samarkan semua rasa aneh itu, tetapi akhir-akhir ini semuanya sangat sulit dia kontrol. Mungkin perubahan sikap Yeni juga turut mempengaruhi perasaannya kepada Alya. Perasaan yang sempat terpendam lama itu kini muncul kembali dan berkembang sangat cepat menguasai seluruh relung hatinya.
&l
Alya terdiam panik saat Gavin sudah meletakkan dirinya di atas kasur. Sejak duduk di sofa tadi hingga sampai ke kamar, Gavin belum melepas pagutannya. Ia membuat Alya kehabisan napas, Alya merasa Gavin benar-benar meluapkan semua perasaannya.Gavin tersenyum sambil menatap wajah ayu Alya, berulang ia menyapu wajah Alya lembut dengan tangannya. Alya hanya terdiam menatap pria tercintanya ini. Baru kali ini Alya berada sangat dekat saling bertatapan seperti ini. Semua terasa indah, begitu cepat menurut Alya. Mulai tadi siang saat Gavin menawarkan dirinya mengantar Alya bertemu Reno kemudian pura-pura menjadi pacar dan berakhir dengan ciuman serta pernyataan Gavin.Alya menghela napas panjang saat wajah Gavin sudah menunduk dan mulai mencumbunya lagi. Berulang kecupan sudah mendarat di leher jenjangnya dan perlahan turun ke bawah. Bahkan Alya merasakan satu persatu kancing blusnya sudah mulai terbuka. Ini tidak benar dan Alya tidak ingin melakukan secepat ini.&ldq
[Pagi, Babe! Sudah bangun? Nyenyak gak tidurnya?]Sebuah pesan baru saja berdenting masuk di ponsel Alya. Alya langsung mengulum senyum saat membaca pesan yang tak lain dari Gavin.“Sejak kapan dia berubah seperti ini? Padahal biasanya dia selalu malu setiap mengutarakan perasaannya. Sepertinya aku harus siap-siap menghadapi semua perubahan sikapnya nanti,” gumam Alya sambil mengulum senyum.Alya masih asyik menikmati sarapan bubur ayam saat ponselnya kembali berdering. Alya terkejut saat membaca siapa nama kontak yang sedang melakukan panggilan kepadanya.“Gawat!! Ibu menelepon. Aku yakin ibu pasti tanya tentang kemarin, tentang pertemuan dengan Reno. Aku harus jawab apa? Aku yakin Reno pasti bilang kalau aku sudah punya pacar. Duh, bahaya!” keluh Alya sambil mendesah kesal.Dia sangat bingung sekarang dan sedang memutar otak untuk memberi alasan yang tepat ke ibunya.“Iya, Bu,” jawab Alya lirih. Alya mem
Alya baru saja mengakhiri meeting pagi ini. Banyak persiapan yang dibahas dalam meeting pagi menyangkut launching perumahan yang akan diadakan akhir minggu ini. Alya bahkan meminta Rendy mengabsen siapa saja yang ikut. Karena ini menyangkut akomodasi mereka selama di sana. Memang perusahaan property yang dipegang Alya semakin melebarkan sayapnya hingga melakukan pengembangan ke luar kota. Alya bahkan berkeinginan membuka kantor cabang di beberapa kota. Itu untuk memudahkan pemasaran dan juga pengawasan.“Kamu jadi membuka kantor cabang di luar kota, Al?” tanya Gavin begitu mereka keluar dari ruang meeting.“Iya, Mas. Kayaknya kita sudah butuh banget. Ada dua proyek di sana yang sedang berlangsung. Aku lihat pemasarannya belum maksimal. Kalau kita buka kantor cabang di sana pasti akan menambah penjualan nantinya,” urai Alya.Gavin manggut-manggut membenarkan penjelasan Alya.“Iya, kamu juga harus menyiapkan SDM-nya, Al. Sarank
Alya menunggu Gavin di lobby, keluar dari ruangannya untuk makan siang bareng. Dia tidak mau terlalu sering ke ruangan Gavin. Selain dia tidak nyaman, dia juga tidak ingin seluruh anak buahnya tahu apa yang terjadi di antara dia dan Gavin. Alya menghela napas sambil melirik ke jam di tangannya. Hampir jam setengah satu dan kakak angkatnya yang ganteng itu belum turun juga dari ruangannya. Alya sedikit kesal, perutnya sudah bernyanyi lagu keroncongan sedari tadi. Tetapi tidak mungkin juga ia meninggalkan Gavin.Baru saja Alya memutuskan akan menyusul Gavin, tiba-tiba pintu lift terbuka dan tampak Gavin berjalan menghampiri Alya. Wajahnya tampak tegang, sepertinya ada sesuatu yang sedang terjadi.“Ada apa, Mas?” tanya Alya penasaran.“Al, kayaknya aku mau izin pulang sebentar, deh. Putri kambuh lagi, tadi babysitternya telepon,” urai Gavin.Tepat dugaan Alya pasti ada sesuatu yang sedang terjadi dan kali ini tentang Putri lagi.
Sosok itu masih terperangah menatap Gavin dan Alya yang sedang berbagi saliva, ia terus mengerjapkan mata terpaku di tempatnya hingga Gavin menyadari kalau ada orang lain mengamati mereka. Gavin lebih dulu mengurai kecupan kemudian berdiri menghampiri sosok asing yang tampak terkejut itu.“Maaf, Anda cari siapa, Pak?” tanya Gavin kemudian.Sosok asing yang ternyata pria itu langsung tersenyum kemudian menundukkan kepala mungkin dia malu karena sudah mengganggu Gavin dan Alya.“Ma-maaf saya salah kamar harusnya kamar mawar 21 bukan kamar mawar 12. Maaf, Tuan,” ucap pria itu sambil bergegas melarikan diri.Gavin hanya mengangguk sambil menyilakan pria itu pergi begitu saja. Ia menghela napas panjang sambil menutup pintu kamar, tempat Putri dirawat.“Siapa, Mas?” tanya Alya penasaran.“Orang nyasar. Salah kamar.”Alya sudah ber-oh ria mendengar jawaban Gavin.“Aku pikir tadi mb
Gavin menguap lebar dan melihat jam di tangannya pukul lima pagi. Sontak dia terjingkat kaget. Seharusnya tadi malam dia kembali ke rumah sakit, tetapi karena lelah Gavin tertidur sampai pagi. Bergegas Gavin masuk ke kamar mandi, mandi, sholat kemudian bersiap ke rumah sakit.Tidak dihiraukannya panggilan bibi ART yang meminta sarapan terlebih dahulu. Ada yang lebih penting harus ia kerjakan dan itu adalah Putri. Dengan kecepatan penuh, Gavin mengendarai mobil ke rumah sakit. Sedikit berlarian ia menuju kamar Putri dan sontak tersenyum saat melihat buah hatinya tampak sedang tertidur pulas di kasurnya.“Dia gak rewel semalam, Mbak?” tanya Gavin ke babysitter.“Tidak, Pak. Mungkin karena pengaruh obat, Non Putri tidur pulas,” jawab si Babysitter.“Syukurlah. Aku ketiduran semalam padahal mau balik ke rumah sakit lagi,” jelas Gavin.“Gak papa kok, Pak. Saya bisa menghandle-nya,” jawab babysitter lagi.
“Gimana, Mas? Yeni bisa pulang hari ini?” tanya Alya.Alya yang tadinya tertidur di pangkuan Gavin langsung terbangun saat Gavin melakukan panggilan telepon dengan Yeni. Gavin memang kesal dengan istrinya itu. Dia sudah dari tadi pagi menghubungi Yeni dan baru bisa terhubung sekarang. Untung saja saat Gavin melakukan panggilan ke Yeni, Bu Aminah sedang keluar ruangan.“Katanya masih ada meeting setelah makan siang. Kemungkinan dia pulang nanti malam,” jawab Gavin dengan lirih.Alya menghela napas sambil memperhatikan raut wajah Gavin yang tampak kesal. Dia tahu kakak angkatnya itu ingin marah, tetapi dia tidak bisa melakukannya. Gavin memang terlalu sabar sebagai seorang lelaki, mungkin itu juga alasan Alya memilih dia sebagai kekasihnya.“Ya udah, Mas. ‘Kan sudah ada aku, ibu dan Mbak Babysitter yang gantian menjaga Putri,” hibur Alya.Gavin tersenyum kemudian menggenggam tangan Alya dengan lembut. Ia meng
Malam menjelang, usai pulang dari kantor Alya dan Gavin ke rumah sakit lagi. Kemudian Alya dan Bu Aminah berpamitan pulang. Namun selang beberapa jam Alya kembali ke rumah sakit. Dia memang sudah berjanji akan menemani Gavin menjaga Putri malam ini.Alya sudah kembali datang dan kali ini memakai piyama yang ditutupi hodie. Alya mengucap salam dan langsung masuk ke kamar tempat rawat inap Putri. Babysitter Putri sudah pulang bareng Alya tadi dan kini tinggal Gavin yang ada di kamar. Saat Alya datang, Gavin baru saja mandi dan usai sholat isya. Alya tersenyum melihat kakak angkatnya itu tekun beribadah. Memang salah satu hal yang membuat Alya jatuh cinta ke Gavin adalah ketekunan Gavin beribadah.“Mas, aku bawain makanan. Mas Gavin belum makan malam, ‘kan?” tanya Alya yang langsung dijawab anggukkan Gavin.“Iya, padahal aku mau beli delivery order tadi. Tapi udah kamu bawain,” jawab Gavin.Alya hanya tersenyum dan sudah sibuk m