Share

Kuyang part 1

Kuliah terus berlanjut, kali ini Jaka mendapatkan tugas penelitian untuk terjun langsung ke desa yang belum terjamah oleh teknologi. Saat pembagian kelompok, Jaka mendapatkan salah satu desa yang berada di Kalimantan.

Dalam kelompok itu Jaka bersama Bunga, Rara, Brian dan Aji. Mereka berkumpul disalah satu bandara yang ada di Jakarta. Mereka menaiki maskapai yang sudah ditentukan oleh pihak kampus serta tiket yang sudah dibayarkan oleh pihak kampus.

Perjalanan hanya memakan waktu beberapa jam saja untuk sampai di bandara yang ada di Kalimantan. Setelah itu mereka berlima lanjut menaiki mobil untuk sampai diperbatasan desa, perjalanan itu menempuh waktu kurang lebih dua jam.

Sesampainya diperbatasan desa, kini mereka harus melanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih satu jam untuk sampai di desa. Mereka melewati hutan dan perkebunan warga. Tentunya mereka telah ditemani oleh salah satu penduduk asli desa tersebut, yang kebetulan sudah sering menghantarkan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian didesa itu.

Desanya tidak terlalu sepi, akan tetapi anehnya tidak ada anak kecil disini, hanya orang dewasa dan manula yang tinggal di desa ini.

"pak, maaf mau tanya, ko disini tidak ada anak kecil ya ?" tanya Aji.

"mereka lagi pergi ke sekolah kak" jawab penduduk itu.

Brian dan Jaka saling bertatapan heran, kenapa jawabannya anak kecil sedang bersekolah, padahal sudah jelas jadwal mereka kesana adalah hari libur sekolah.

Sesampainya dirumah kepala desa, mereka disuguhkan beberapa makanan dan minuman khas dari Kalimantan. Selepas itu mereka langsung dihantarkan ke rumah yang sudah disiapkan untuk mereka beristirahat.

Pak Tamsik adalah kepala desa yang sudah menjabat bertahun-tahun didesa itu, dikarenakan warga percaya akan kepemimpinan pak Tamsik.

"ini rumah untuk kakak yang laki-laki" ucap pak Tamsik sambil menunjuk kearah rumah yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk tiga orang.

"lalu yang sebelah sana adalah rumah untuk kakak yang perempuan" tunjuk pak Tamsik kearah rumah yang berjarak sekitar 20 meter dari tempat mereka berdiri.

"Baik pak kami izin istirahat sebentar nanti sekitar abis Maghrib izin untuk bertemu bapak lagi untuk membahas perihal program kerja kami selama berada didesa ini pak" ucap Jaka.

"silakan saja kak nanti kita bisa bertemu dibalai desa" ucap pak Tamsik.

Mereka akhirnya beristirahat sejenak dirumah masing-masing sambil membersihkan diri dan mengganti pakaian.

"aneh ga sih menurut lu desa ini ?" tanya Brian.

"biasa aja tuh, aneh kenapa ?" Jaka tanya balik.

"udah mau sore kalo emang anak kecil pada sekolah harusnya mereka sudah kembali dong" ucap Brian.

Jaka hanya menggelengkan kepala serasa tidak mau tahu dengan hal tersebut. Tak terasa matahari sudah mulai tenggelam. Adzan Maghrib sudah berkumandang, Jaka dan kawan kawannya lekas melaksanakan ibadah berjamaah.

Selepas beribadah mereka berkumpul di balai desa untuk bertemu dengan pak Tamsik. Pak Tamsik sudah berada di balai desa, hanya seorang diri dan sudah menyiapkan enam cangkir kopi hitam.

Mereka menghampiri pak Tamsik, duduk melingkar serta kopi hitam tepat berada didepan mereka.

"silahkan kak diminum kopinya" ucap pak Tamsik.

Saat itu yang meminum kopinya hanya Brian, sembari melirik teman-temannya yang ternyata tidak ikut meminum kopi itu.

Di mulailah pembicaraan mengenai program kerja yang akan mereka laksanakan didesa itu.

"Jadi rencananya kami besok akan mulai melakukan pembuatan pemompa air untuk sawah dan ladang warga pak, dan juga kami akan mencoba untuk mengalirkan listrik dengan pembangkit tenaga angin" ucap Jaka.

"Baik kak, tapi maaf sebelumnya, beberapa mahasiswa yang pernah kesini memiliki program yang sama dan mereka selalu gagal kak, makanya kemarin saya sempat menolak ketika ada yang ingin melakukan hal tersebut" ujar dari pak Tamsik.

"Tidak apa-apa pak kami akan berusaha, karna kami juga akan melakukan penelitian terkait air yang ada di desa ini pak" ucap Brian.

"Baiklah kalau begitu, hanya dua peringatan saya, pekerjaan harus sudah diselesaikan sebelum matahari terbenam dan kalian tidak boleh memasuki rumah yang berada didekat dengan sumber air" ucap pak Tamsik.

"Loh kenapa pak ?" Tanya Rara.

"Itu larangan desa turun temurun jadi harap diikuti ya" jawab pak Tamsik singkat.

Mereka tidak bertanya lebih lanjut karena takut pak Tamsik berubah pikiran dan tidak mengizinkan mereka untuk melakukan penelitian di desa itu.

Keesokan harinya mereka membagi dua kelompok kecil untuk melakukan program kerja mereka, kelompok satu terdiri dari Jaka dan Brian, lalu kelompok dua terdiri dari Rara, Bunga dan Aji.

Kelompok satu akan ditemani pak Tamsik menuju sumur yang biasa dipakai oleh warga desa untuk melakukan kegiatan sehari-hari, lalu kelompok dua ditemani oleh Rio salah satu pemuda desa yang pekerjaannya adalah bertani.

Rio bercerita bahwa selama dua tahun ini warga sangat kesulitan mengalirkan air ke ladang atau sawah mereka, ditambah lagi air yang kotor sangat tidak cocok untuk konsumsi sehari-hari. Sehingga banyak warga desa yang sudah pergi dari desa ini. Lalu timbul sebuah pertanyaan dibenak Aji.

"apa itu yang menyebabkan sudah tidak ada lagi anak kecil didesa ini ?" tanya Aji.

Rio memasang muka pucat dan menjawab "iya kak"

Bunga merasa heran dengan respon dari Rio yang sepertinya menyembunyikan sesuatu dan sangat terlihat ketakutan. Tapi hal itu dibuyarkan Rara "ayo atuh udah jam berapa ini nanti kita kesorean, kemarin kan kata pak Tamsik kita gaboleh sampe abis Maghrib"

Disisi lain Jaka dan Brian telah sampai di sumber mata air yang biasa dipakai warga desa untuk melakukan kegiatan sehari-hari, disana terdapat seperti gapura kecil dengan sesajen didepannya.

"apa itu pak ?" tanya Jaka.

"itu tempat yang saya maksud semalam kak, jangan pernah lewati batas itu ya" ucap pak Tamsik.

Pak Tamsik pun meninggalkan mereka berdua karena masih ada urusan lagi di kantor kecamatan. Jaka dan Brian berkeliling melihat sekitar untuk sekadar membayangkan harus seperti apa pompa air dibuat dan dipasang.

Tanpa sengaja Brian melihat sosok yang terbang melayang melewati gapura, sosok dengan rambut panjang tapi tidak dengan tubuh, hanya isian tubuhnya saja. Brian yang terkejut langsung menggenggam tangan Jaka.

"aihh gua masih normal Ian" ucap Jaka.

"ituuu tuuuu" Brian yang terbata-bata.

"apaan sih" Jaka melepaskan tangan Brian sambil melihat kearah yang ditunjuk Brian.

Jaka tidak melihat apapun diarah yang sedang ditunjuk oleh Brian. Hanya sebuah gapura dengan sesajen, masih sama seperti yang mereka lihat diawal. Tetapi Brian masih melihat sosok itu berterbangan disekitar gapura, dengan muka pucat Brian langsung menarik tangan Jaka dan pergi meninggalkan tempat itu.

Sekembalinya didekat rumah warga, Brian bercerita bahwa dia melihat hantu tanpa badan, hanya organ tubuh dan kepalanya saja berada didekat gapura. Jaka tentu tidak percaya karena dia tidak melihat apapun disana.

"bercanda Mulu lu ah, kita baru mau mulai kerjaan ini biar cepet selesai" ucap Jaka yang kesal.

Dengan rasa terpaksa, Brian harus ikut bersama Jaka kembali ketempat sumber mata air itu. Anehnya disana tidak ada apa-apa, sosok itu telah menghilang. Brian yang sedikit tenang akhirnya bisa fokus kembali pada pekerjaannya.

Mereka yang asik menata dan merapikan ulang sumber mata air itu tak terasa bahwa matahari akan segera tenggelam, Jaka langsung mengajak Brian untuk pulang kembali kerumah penginapan.

Di lain sisi Rara dan Bunga sudah selesai, akan tetapi Aji masih menyusuri saluran air yang kering itu, ketika Rara dan Bunga mengajak Aji untuk kembali pulang, ia tidak mau dan berkata "kalian duluan saja, gua masih mau mengukur aliran ini".

Rara dan Bunga meninggalkan Aji berdua bersama Rio disana. Matahari yang sudah mulai tenggelam menurunkan penerangan.

"ayo kak pulang bahaya kalau malam" ucap Rio.

"Bahaya kenapa ?" tanya Aji yang masih sibuk memainkan meteran.

Rio tidak menjawab pertanyaan Aji dan langsung lari begitu saja meninggalkan Aji. Aji yang heran dengan sikap Rio itupun langsung melihat sekitar, berjaga-jaga takut adanya hewan buas.

Melainkan hewan buas yang dilihatnya, ternyata sosok kepala terbang dengan rambut panjang dan organ dalam yang menggantung tepat berada dibelakangnya.

Bersambung.........

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status