Satu bulan kemudian ...Sudah sejak awal Yusuf Akhyar bisa menebak kedatangan Senja, dan dia memang sengaja berdiam diri tak bersuara begitu menyadari daun pintu yang sedang berusaha dibuka oleh anak kunci dari arah luar, yang menandakan jikalau sang tuan rumah tengah berusaha memasuki rumah tersebut.Yusuf bahkan terlihat cukup tenang, saat ia sengaja membiarkan Senja masuk kedalam kemudian mengunci kembali daun pintu tanpa menyadari kehadirannya.Baru setelah wanita yang mengenakan mukena itu membalikkan tubuhnya, saat itulah ia baru tersadar akan kehadiran seorang pria di sana."Astagafirullahhaladzim ... Kak Yusuf ...?!"Senja terperanjat hebat, nyaris tak percaya dengan penglihatannya sendiri, saat menyadari siapa gerangan sosok yang tengah duduk manis bertopang kaki diatas sofa minimalis yang menghuni ruang tamunya yang sempit.Sebatang rokok yang menghiasi jemari pria itu sedang mengepulkan asap putih, yang kemudian semakin terlihat mengepul saat pria itu menyesapnya dalam-dala
Bugh!!Klikk!!Bunyi pintu yang dihempas kasar diiringi bunyi anak kunci yang diputar sanggup membuat Senja terlonjak dari duduknya.Memang saat dirinya untuk kesekian kalinya meminta mantan suaminya Yusuf Akhyar untuk segera angkat kaki dari rumahnya, pria itu sempat terlihat menampakkan senyum smirk yang khas, sebelum akhirnya berdiri dari duduknya.Kendatipun demikian toh Senja tetap berprasangka baik bahwa Yusuf Akhyar benar-benar akan segera berlalu, sama sekali tak menyangka jika ternyata pria itu malah menutup pintu dan menguncinya dari dalam."Kak Yusuf ... M-mau apa ...?" tanya Senja, ragu."Menurutmu ...?"Senja beranjak mundur kebelakang, menyadari langkah Yusuf yang pelan tapi pasti kin mulai terayun lurus kearahnya.Ekspresi wajah pria itu bahkan tidak lagi mencerminkan setitikpun kelembutan seperti diawal-awal, yang tersisa hanyalah senyum bengis bak seekor binatang buas yang sedang berhadapan langsung dengan mangsanya.Tubuh Senja bergeletar lirih, keringat dingin pun m
Tria tau, ini bukanlah malam yang pertama kali dirinya mengalami kesulitan saat harus memejamkan mata.Tria bahkan curiga, bahwa jangan-jangan dirinya sudah benar-benar mengidap penyakit insomnia akut.Yah, bisa jadi. Karena terhitung sejak pembicaraannya dengan Senja kurang lebih sebulan yang lalu Tria memang mengalami kesulitan tidur yang hebat.Seperti halnya malam ini, lelah membolak-balikkan tubuh diatas peraduan pada akhirnya Tria menyerah juga.Padahal mulai dari menscroll media sosial sampai berselancar di salah satu aplikasi yang menyajikan film-film bergenre horor sudah Tria lakukan, namun tetap saja pikirannya tak bisa fokus, selalu melayang ke satu titik, yakni pada seraut wajah kaku yang sulit ia artikan maknanya di moment terakhir pertemuan mereka.'Huhff ... Semua ini salahku sendiri! Coba kalo kemarin aku tuh gak terlalu blak-blakan kayak gitu, pasti Senja gak mungkin ilfill kayak gini ...!'Sudah tak terhitung lagi entah untuk yang kesekian kalinya Tria mengeluhkan hal
"Bukannya aku ingin mendesak, tapi jadwal sidang BP4R itu memang tidak secara kontinyu dilakukan. Jadi kalau kita gak buru-buru mengurus semua persyaratannya, aku sendiri bahkan gak tau kapan akan kembali diadakan sidang serupa. Takutnya nanti sampai mutasiku turun, jadwal sidang yang baru bahkan belum juga dijadwalkan karena harus menunggu beberapa pasangan terlebih dahulu ..."Diujung sana Senja memijat kedua alisnya yang ikutan pening mendengar penjelasan Tria yang panjang lebar, yang sejujurnya ia sendiri juga belum paham betul alurnya.Membaca point-point persyaratan yang dikirimkan Tria saja sudah membuat Senja ling-lung, sekarang ditambah lagi Tria ingin semuanya serba sat set.Mengurusi persyaratan yang begitu banyak dalam kurun waktu kurang dari seminggu ...?Yang benar saja ...Belum apa-apa Senja sudah pesimis duluan."Senja ...? Kamu masih disana kan?""Ah, i-iya ...""Kenapa diam aja ...?"Ludah Senja sontak tertelan pahit begitu ditodong pertanyaan seperti itu."Mmm, beg
"Ayah serius akan datang ...?""Anak ini ... Memangnya sejak kapan ayah pernah berbohong? Lagian Ayah harus mengatakannya berapa kali biar kamu percaya ...?" Gerutuan panjang-pendek tersebut jelas terdengar di telinga, dan mampu membuat Tria tak bisa berkata-kata, dikarenakan hatinya yang telanjur mengharu biru begitu mendengar nada bersemangat yang dipenuhi kebahagiaan tersebut.Padahal waktu diawal-awal saat Tria baru saja memberitahukan perihal lamarannya yang telah diterima oleh wanita pujaan hatinya, ayahnya masih sempat merasa sangsi dan malah menganggap Tria sengaja membuat prank."Besok ayah akan segera mengurus cuti. Mengingat semua urusan kamu harus selesai dalam waktu singkat maka ayah memang harus segera ke sana. Sudah sejatinya sebagai orang tua, ayah menemui orang tua dan keluarga Senja sekaligus melakukan lamaran secara resmi ...""Senja yatim piatu, Yah ..." pungkas Tria, lirih."Tapi mustahil jika dia tidak punya keluarga yang lain kan ...?""Sejujurnya Senja memang
Matahari pagi baru saja menyembul sedikit di ufuk timur manakala Senja memantapkan hati untuk berjala keluar dari rumahnya, menyusuri jalan setapak yang terbuat dari beton yang merupakan hasil proyek anggaran kelurahan tahun kemarin.Tujuan Senja adalah tak lain yaitu hendak menyambangi rumah Ustad Ibrahim dan Umi Zahra, yang letaknya tak jauh dari Masjid.Senja memang sengaja datang pagi-pagi sekali karena takut jika kesiangan sedikit saja maka sepasang suami istri yang sudah ia anggap sebagai pengganti orang tuanya itu bisa-bisa sudah berangkat ke kebun seperti aktifitas keduanya sehari-hari. "Assalamualaikum, Umi ..." ucap Senja begitu ia menangkap sosok Umi Zahra yang berdiri membelakangi pagar dengan gembor di tangan.Mendengar sapaan salam dari Senja membuat Umi Zahra sontak menghentikan aktifitasnya yang sedang menyirami tanaman aglonema yang berderet rapi di masing-masing pot, kemudian membalikkan tubuhnya dengan serta-merta."Waalaikumsalam. Egh, Senja?"Umi Zahra nampak ter
Jikalau ada yang bertanya apa sih yang sedang menjadi trending topic di masyarakat akhir-akhir ini, yang seolah mewarnai segenap dunia perghibahan masal di seluruh kalangan, maka jawabannya bukan lagi kontestasi politik yang semakin lama semakin dekat, bukan lagi tentang hasil debat capres dan cawapres yang semakin hangat, bukan lagi tentang sepak terjang para caleg yang lagi getol-getolnya menebar pesona dalam upaya menggalang suara, apalagi jika hanya sekedar membicarakan tentang tetangga yang baru saja membeli kulkas mahal.Bukan, sekali lagi bukan, karena mendadak semua topik pembicaraan tersebut menjadi tidak menarik lagi pasca tersiarnya kabar tentang kedatangan Pak Kapolsek yang menyambangi kediaman Ustad Ibrahim dan Umi Zahra pada beberapa hari yang lalu, tepatnya di ba'da maghrib, demi mengutarakan maksud hati untuk melamar seorang janda kembang, siapa lagi kalau Pelangi Senja. "Beruntung banget yah Senja, cerai dari ASN dapat gantinya yang lebih badasss ...""Iya ih, mana da
Dokumen perjanjiannya sudah beres semua Pak Yusuf. Jadi dalam kurun waktu tidak lebih dari dua minggu, Ibu Senja akan mengosongkan lapak dan rumahnya sekaligus ..."Yusuf yang tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya yang terhenyak sempurna bahkan lupa bahwa saat ini gerak-geriknya sekecil apapun itu tengah diawasi sepenuhnya oleh wanita cantik namun berwajah cemberut yang duduk tepat dihadapannya."Jadi ... Senja setuju dengan semuanya ...?" tanya Yusuf dengan nada suara yang masih sangsi."Iya, Pak Yusuf. Saya sendiri merasa heran, mengapa Ibu Senja bisa setuju begitu saja tanpa mengemukakan persyaratan apapun selain meminta waktu dua minggu untuk berbenah ..."Yusuf terdiam untuk beberapa saat.Sungguh semua ini sangatlah diluar dugaannya. Bahwa Senja akan benar-benar rela melepaskan seluruh kepemilikan rumah dan lapak untuk dikuasai sepenuhnya oleh dirinya.Bukankah seharusnya Senja mempertahankan apa yang menjadi miliknya?Kenapa wanita itu malah menyerahkan semuanya kepadaku? La