Suara mesin pendeteksi jatung terdengar di ruangan yang dingin dan terasa hampa. Sesosok perempuan yang berwajah pucat, tengah tertidur di atas ranjang dengan alat bantu pernapasan yang membantunya untuk terus bernyawa meski sesungguhnya ia seperti orang mati.
Kenanga hampir sebulan terbaring koma setelah ia jatuh dari tangga dan kepalanya mengalami pendarahan di dalam otak dan mau tak mau dia harus dioperasi. Namun, siapa sangka bahwa setelah operasi yang memakan waktu berjam-jam itu Kenanga tidak juga siuman meski belum dinyatakan mati, tetapi Kenanga sama sekali tak bergerak. Bahkan, rambut Kenanga yang semula dipotong sebahu kini mulai memanjang. Saga yang setiap hari tak pernah absen menunggui Kenanga memandang ke arah Kenanga sebelum benar-benar menutup laptop yang ada di depannya. "Arga sudah membaik sekarang. Dia sudah mulai masuk sekolah dan memiliki banyak teman baru. Kau tidak ingin melihat Arga, Nga?" tanya Saga seolah-olah dia percaya bahwa Kenanga akaBaca juga novel Author lain yang sudah tamat, ya: 1. Suamiku Dingin 2. Kapan Hamil?
'Di mana aku? Rasanya tubuhku sulit sekali digerakkan.'Kenanga mengerjapkan mata dan meringis kesakitan saat sedang berusaha menggerakkan tubuhnya. Dengan cepat ia melepaskan alat bantu pernapasan yang ada di mulutnya. Begitupun jarum infus yang menempel di tangannya."Ibu ...," gumam Kenanga dengan mata berkaca-kaca karena tidak mendapati siapapun di orang itu. "ibu ...." Kenanga bergumam lagi kemudian berusaha turun dari tempat tidur dengan tertatih.Mula-mula Kenanga terjatuh karena kakinya seperti kesemutan setelah sekian lama tidak dipakai untuk berjalan. Namun, perlahan dia mulai terbiasa dan berjalan meninggalkan kamar.Kenanga celingukan di lorong rumah sakit. Yang dia ingat, terakhir kali dia sedang bermain dengan teman-temannya di pinggir kali. Tapi ini?Kenapa aku di rumah sakit?Kenanga menghampiri suster yang kebetulan sedang berjalan ke arahnya."Suster ... suster tahu di mana ibuku?""Ya T
"Bagaimana, Bi?" tanya Saga cemas begitu Abi, dokter sekaligus teman Saga selesai melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap Kenanga."Semuanya baik-baik saja. Kecuali ....""Kecuali?" Saga mengerutkan keningnya. Dia tahu bahwa sikap Kenanga menjadi aneh saat dia sudah sadar. Cara bicara dan tingkah lakunya sama seperti anak umur enam tahun."Seperti yang kamu lihat. Test psikologinya menunjukkan bahwa kecerdasan dan cara berpikirnya seperti anak enam tahun. Dan ingatannya adalah orang-orang yang dikenalnya saat dia umur enam tahun. Dia bahkan tidak bisa mengingatmu.""Bagaimana dengan Arga?"Abi menggeleng pelan. "Kami memberikan foto Arga, dan Kenanga sama sekali tidak mengingatnya."Saga mendesah pelan. Di sisi lain, dia senang ketika Kenanga tidak mengingat apapun tentang kematian Maga. Di sisi lain, dia juga sedih karena Kenanga sama sekali tidak mengingat Arga."Kau sedih karena dia tidak menging
Saga benar-benar malu ketika Kenanga menarik tangan Pak Man agar melihat keadaanya. Dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pada Kenanga apa yang terjadi pada bagian tubuhnya. Dia bengkak bukanlah karena sakit seperti yang Kenanga kira. Tapi, karena gesekan antara tubuh Saga dan Kenanga menimbulkan sesuatu yang lain pada diri lelaki itu."Perlu saya panggilkan dokter?" tanya Pak Man yang berdiri tegak di samping tempat tidur. Dia baru saja akan tidur ketika Kenanga mengetuk pintu kamar Pak Man dengan kasar dan tidak sabar."Tidak perlu, Pak Man. Ini hanya salah paham.""Kata Ny. Nanga, tubuh Anda bengkak. Biarkan saya menelepon dokter untuk memeriksa."Bener, Om!" timpal Kenanga yang langsung meloncat ke atas tempat tidur. Dan tanpa menunggu lama ia menarik selimut yang menutupi tubuh Saga."Tuh, Pak. Bengkak! Lihat sini, deh!" tunjuk Kenanga tepat di atas seonggok daging yang sejak tadi meronta-ronta untuk dit
"Karena Nanga akan melahirkan anak Om," balas Saga sekali lagi menjelajahi bibir Kenanga dan tangan kanannya menyusuri setiap lekukan tubuh Kenanga yang halus. Sesaat, titik air mata Saga sempat terjatuh ketika melihat reaksi Nang yang polos, wajahnya yng cantik dan kemerahan ketika temaram lampu menerpanya.'Terima kasih, Nanga. Telah hadir kembali dalam kehidupanku.'"Ooom ...." Nanga melenguh panjang "Nanga ngantuk."Mendengar ucapan Kenanga, Saga langsung menghentikan tangannya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya."Nanga tidur dulu, ya.""Om gak akan ninggalin Nanga, kan? Gak akan membuang Nanga dan pergi sama gadis lain kan, Om?" tanya Kenanga tiba-tiba dengan mata yang berkaca. Entah dari mana perasaan itu datang yang jelas Kenanga merasa takut dan nyeri di ulu hatinya.Saga memeluk tubuh istrinya dengan Sigap. Mengusap punggungnya dan menciumi rambut Kenanga. Kalaupun
"Bagaimana saya bisa melunasi semua ini dalam waktu enam bulan?" pekik Bram ketika melihat surat perjanjian yang diberikan oleh Juned. "Uang 100 M tidak sedikit! Bagaimana saya mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?""Itu pilihan Anda Pak Bram. Anda boleh saya menolak dan meminjam kepada perusahaan lain. Tapi saya yakin tidak akan ada yang mau melakukannya," cibir Juned dengan tatapan jengah. Dia tak sabar lagi menghadapi lelaki tak tahu malu di hadapannya itu."Bagaimana jika dalam enam bulan saya tidak bisa melunasi hutang?"Juned tersenyum sinis dan menunjuk kalimat di bagian bawah dokumen. "Jika Anda tidak bisa melunasi dalam waktu yang ditentukan, perusahaan dan semua aset Anda akan disita."Sialan Saga! Cerca Bram dalam hatinya."Biarkan saya berpikir dulu.""Pak Saga memberikan waktu Anda untuk berpikir selama lima detik. Jika tidak, Pak Saga akan menarik ucapannya untuk membantu perusahaan An
"Ummm ....""Kau terlihat sangat menikmatinya, Beb.""Yeah ... Lebih keras lagi, Beb. Aku sudah lama tidak merasakan kepuasan," balas Angel terengah-engah. Dia sedang bercinta di salah satu kamar hotel bintang lima yang terletak di pusat ibukota. Belum genap dua bulan setelah Angel keguguran, dia tak sabar lagi ingin menenggak nikmatnya dunia. Tapi sayangnya, Bram terlalu sibuk. Terlalu kaku dan sekarang tugasnya hanya marah-marah terus karena perusahaan yang tidak stabil. Baram juga kerap menyalahkan Angel lantaran tidak bisa menjaga anak mereka dengan baik. Hilang sudah harapan Bram untuk memiliki anak lagi sebagai pengganti Maga."Ini semua salahmu! Sudah tahu hamil masing menggunakan sepetu hak tinggi saat pergi!" geram Bram tempo hari saat mendapati istrinya terbaring di tempat tidur rumah sakit.Angel kesal bukan main. Bukannya menenangkan istri tapi justru mengomelinya. "Beib! Aku masih lemah! Seharusnya ka
"Kenanga?" gumam Angel dan Bram bersamaan dengan mata yang membelalak. Berbulan-bulan mereka tak bertemu, sepasang suami istri itu tak menyangka akan bertemu lagi dengan Kenanga. Sedangkan Bram sendiri, tak pernah berusaha menemui Arga karena Angel melarangnya. Bahkan, semua foto-foto Arga dan Maga dibuang Angel ke tempat sampah."Jangan beraninya hanya dengan anak kecil, ya!" ucap Kenanga gemas. Giginya menggertak dan rasanya ingin sekali mencakar wajah wanita itu. Kenanga tak ingat dia pernah mengenal Angel tapi rasa sakit di hatinya, kebencian yang memuncak, tak bisa ditampik."Oh, jadi kamu belum kembali ke kampung?" ejek Angel dengan senyum pongah."So?""Aku kira kamu sudah gila karena kehilangan anakmu? Kamu belum lupa kan kalau anakmu mati tertabrak truk?""Angel!" sentak Bram menarik tangan istrinya."Anak?" gumam Kenanga yang perlahan melepaskan tangannya. Kepalanya mendadak nyeri dan sakitnya da
Mobil yang dikendarai Saga dan Kenanga berhenti di pemakaman umum yang hanya diterangi lampu jalanan. Semantara di dalam pemakaman, hanya ada gelap dan rasa dingin yang menyambut. "Biarkan aku menggendongmu," ucap Saga begitu Kenanga hendak membuka pintu mobil."Aku bisa jalan sendiri.""Kalau tidak mau menurut, aku akan melajukan mobil ini lagi," ancam Saga kembali menghidupkan mesin."Oke! Lakukan sesukamu!" balas Kenanga jengkel dan memalingkan muka. Bergegas Saga keluar dari mobil dan menggendong tubuh Kenanga."Lingkarkan tanganmu di leherku," perintah Saga dengan nada memaksa."Bossy!" gumam Kenanga yang mau tak mau melingkarkan tangannya di leher Saga. Sementara pria itu terus berjalan dengan ponsel sebagai penerangannya. Sementara Kenanga, bertengger manis di punggung Saga yang kuat dan Kenanga layaknya anak kanguru yang terus menempel pada induknya. Dia tak menyangka bahwa kini pria yang paling dih