Share

Part 92 Jangan Pernah Berharap Padaku Lagi

Selepas ucapan Agam tadi, suasana jadi tegang. Kepalan tangan mantan ibu mertuaku itu sepertinya mengincar kepala putraku. Awas saja, aku tidak akan diam. Aditya akhirnya berinisiatif menggendong Agam ke teras.

"Begitu caramu mendidik putramu?" lontar wanita itu masih dengan pelototannya.

Aku membalas tatapannya. "Haruskah saya mengembalikan pertanyaan yang sama pada Anda, Nyonya? Anda tentu belum pikun, bukan? Saya yakin Anda masih ingat dengan jelas seperti apa Anda mencuci otak putra Anda," desisku. Aku tidak ingin putraku sampai mendengar sindiranku.

Sempat kulihat Devi berjengit. Mungkin terkejut melihatku melawan. Sementara mantan ayah mertuaku hanya diam dan menatap sendu permukaan meja. Mungkin ia merasa bersalah karena telah gagal mendidik istri dan anaknya dulu.

"Satu hal lagi, jika Anda berniat menebar gosip, sekalian saja bikin iklan di koran. Jangan pakai metode rumpi yang jelas-jelas merujuk kalau Anda pelakunya." Dia bergeming sampai urat lehernya terlihat. Sekuat tenag
Rat!hka saja

Mau tertawakan siapa di part ini? Nyonya Eda atau Aditya? Buat Kakak-kakak yang sudah ikuti akun ku, dan kasih gems-nya aku ucapkan banyak terima kasih. Komentarnya tentang Nyonya Eda mantan mertuanya Carisa ini, aku penasaran akan dapat julukan apa ya?

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status