Perlahan Akbi membuka pintu apartemennya, ia berharap Bee telah tertidur.Sore ini jadwalnya kacau karena Anggit memaksa agar ia mengunjunginya di apartemen dan mengancam akan bunuh diri bila tidak bersedia.Seakan ingin puas menyiksa dirinya, Anggit juga menyita ponselnya tanpa sempat ia mengelak ketika baru saja sampai di sana. Kontan Akbi meluapkan emosinya namun Anggit malah histeris hingga menangis memecahkan barang-barang dan menyalahkannya atas semua tindakkan buruk perempuan itu selama ini kepada Bee.Anggit bilang bahwa ia hanya meminta haknya sebagai seorang kekasih untuk bertemu saat sedang tidak ada kegiatan sama seperti yang selalu mereka lakukan sebelum Akbi menikah dengan Bee.Akbi bisa merasakan bila sang kekasih sedang merencanakan sesuatu, pasalnya Anggit sama sekali tidak berusaha menggoda atau memintanya untuk tidur bersama juga tidak banyak menyinggung mengenai sikapnya yang berubah seperti pertemuan mereka beberapa waktu lalu.Perempuan itu sedang berakting sang
Gio memperhatikan dua wanita beda generasi yang sedang bersenda gurau sambil memilih bahan dan keperluan lainnya untuk membuat gambar yang mereka torehkan pada kertas menjadi nyata.Hari ini ia berperan menjadi driver kembali mengantar sang Mami dan Bee kemanapun mereka tuju.Hatinya menghangat melihat Bee sangat dekat dengan Ibunya, pikirannya berkelana membayangkan bila Bee adalah istrinya dan momen kedekatan Bee dengan sang Mamih adalah sesuatu yang membuatnya menjadi pria paling bahagia di dunia ini.Mengingat Ibu Aneu sering menolak wanita yang ia kencani, tapi memang tidak salah juga karena mereka nampaknya tidak tulus mencintainya.Kalaupun ada yang tulus, dirinya yang kurang sreg di hati.Cinta itu berlaku dua arah dan bukannya serah, kan?Gio menajamkan indera penglihatannya ketika Bee mengikat rambut membentuk bun karena udara yang panas di toko itu.Tidak ada tanda merah yang biasanya tampak jelas di leher Bee.Sempat Gio merasa cemburu waktu pertama kali melihat tanda mera
“Lo bebas pilih apapun yang lo suka!” Akbi berseru terdengar bagaikan perintah.Perintah yang berujung kebahagiaan bagi Bee karena bisa memilih furnitur dan perabotan rumah tangga sesuai keinginannya.“Kalau warna peach mendominasi apartemen kita gimana?” Pertanya Bee tadi membuat hati Akbi menghangat, kata ‘kita’ terselip di sana—memberi kesan bila apartemen itu adalah milik mereka berdua seperti sepasang suami istri yang sesungguhnya.Saling memiliki, menyayangi dan juga mungkin ... saling mencintai?Cinta hanya sebuah kata tapi bagi mereka itu adalah sesuatu yang besar hingga keduanya tidak mampu menyebutkan apalagi mengungkapkannya.“Terserah!!” kata Akbi lagi, masih dengan keyakinan yang sama seperti tadi.“Gimana kalau kita ganti sofa juga?” tanya lelaki itu tiba-tiba seraya menarik pinggang Bee hingga terjatuh dalam pangkuannya di atas sofa besar yang muat untuk mereka berdua tidur bersama.“Akbiiii!!” Bee memekik sambil memukul lengan sang suami yang melingkari pinggangnya.“
“Udah semua?” Suara bariton sexy mengejutkan Bee yang sedang mengecek kembali keperluan mereka. “Udah, yuk! Semua perlengkapan kita, udah masuk koper ... tinggal dibawa ke mobil,” sahut Bee sambil mendorong benda berbentuk persegi itu.Tanpa banyak bicara, Akbi membawanya keluar kamar dan ternyata salah satu orang suruhannya sudah berada di sana untuk membantu membawa koper.Malam ini mereka akan menginap di salah satu hotel terbaik di daerah puncak.Akbi mengajak Bee lagi untuk melakukan touring bakti sosial di sana.Beberapa minggu terakhir selain disibukkan dengan pekerjaannya di butik Ibu Aneu, Bee juga mempersiapkan sumbangan yang akan diberikan untuk bakti sosial.Sesuai dengan janji Bee ketika bakti sosial beberapa bulan lalu, ia akan membuatkan pakaian rumahan yang layak juga dipakai ke pasar atau mungkin jalan-jalan santai untuk para wanita di sana.Setelan celana panjang dengan atasan tangan pendek atau tangan panjang untuk yang berjilbab menjadi pilihan Bee dengan bahan y
Aldo menatap lekat seorang perempuan yang sedang tersenyum, bahkan dari kejauhan aura kebahagiaan terpancar dari sorot matanya menghiasi wajahnya yang cantik.Tidak seperti beberapa bulan lalu ketika gadis yang kini telah menjadi wanita itu kehilangan anggota keluarga terakhirnya.Hanya ada kesedihan yang tersirat dalam bola mata beningnya pada saat itu.Tubuhnya yang sangat kurus dan wajahnya yang pucat pasi masih terbayang dalam benak Aldo dengan jelas.Tapi sekarang Bee sudah banyak berubah, tubuhnya sedikit berisi dan senyumnya selalu terkembang apalagi setelah ia dan Akbi pulang dari Bali.Dan saat Aldo menjemput Akbi dari bandara, lelaki itu bilang bila ternyata Bee masih dalam keadaan suci waktu Akbi menyentuhnya lebih dalam untuk yang pertama kali.Sampai sekarang Aldo masih belum mengerti kenapa Bee berpikir bahwa Erick yang telah mengambil kesuciannya, apa Bee terlalu polos untuk mengerti bila pasti ada selaput yang robek melibatkan darah dan rasa sakit luar biasa ketika ses
Jantung Bee mulai berdebar ketika dirinya berada di dalam lift bersama Akbi dengan tangan saling menggenggam.Setelah makan malam tadi, Beni dan Aldo kembali ke hotel yang telah di siapkan oleh panitia di sebuah resort yang memiliki padang golf.Esok harinya, Beni akan mengikuti turnamen golf yang diadakan oleh pengusaha Indonesia.Sementara Akbi membawa Bee menginap di hotel yang tidak kalah mewah.Teman-teman komunitas lainnya ada yang kembali pulang ke Jakarta dan ada juga yang memilih untuk menghabiskan hari minggu di Puncak.Setelah selesai melakukan baksos dan menutup acara touring tersebut dengan kembali berkumpul sambil ngopi dan di akhiri doa bersama, mereka langsung berpencar dengan urusan masing-masing.Ting...Denting terdengar tanda bila pintu lift akan terbuka.Debar jantung itu semakin menggila saat Akbi meremat jemarinya sedikit kencang.Bee mengedip beberapa kali sambil melipat bibirnya ke dalam, hari ini sangat melelahkan dan ia hanya ingin berendam beberapa lama dal
Nafas keduanya tersengal setelah Akbi mencabut sesuatu yang telah tertanam dalam tubuh Bee lalu bergulir ke samping.Merengkuh tubuh Bee agar bersandar pipi pada dadanya.Menunduk sedikit untuk memberikan kecupan di kening Bee yang sedang menghirup udara dalam lalu mengembuskannya perlahan mencoba menetralkan debaran jantungnya yang sedang jumpalitan di dalam sana.Gelora hasrat Akbi seakan tidak pernah padam sama seperti Bee yang kini sudah merasakan ada kebutuhan lain di dalam dirinya.Setelah mereka memadu kasih di dalam jacuzy dan kali ini dengan Bee yang berada di atasnya, mereka berdua pindah ke kamar dan kembali memacu satu sama lain dengan posisi berbeda.Kurang lebih setengah jam lamanya Akbi dan Bee hanya diam sibuk dengan pikiran masing-masing namun telapak tangan Akbi masih bergerak mengusap lembut lengan atas Bee memberi kesan bila meskipun ia sedang hanyut dalam segala pikirannya tapi ia masih berada di sana untuk Bee.“Kayanya lo salah perhitungan deh Bee,” celetuk Akbi
“Senyum-senyum terus, kamu enggak demam ‘kan sayang?” Bee mengulurkan tangan berniat mengecek suhu tubuh Akbi di bagian kening dengan punggung tangannya.“Apaan sih, enggak liat gue seger gini ...,” sanggah Akbi penuh keyakinan. Senyumnya merekah sepanjang pagi, belum pernah ia begitu bersemangat seperti ini saat akan berangkat ke kantor.Bagaimana tidak, judul skripsi Bee lolos tanpa hambatan dan surat permohon untuk magang dari kampus Bee—beberapa hari lalu sudah berada di atas mejanya dan dirinya sendiri yang langsung membubuhkan tanda tangan persetujuan.Dan perhari ini Bee mulai magang di kantornya, itu berarti Bee akan berkeliaran di dalam gedung kantornya selama satu bulan penuh.Otak Akbi sudah memetakan apa yang akan ia lakukan bersama Bee di atas meja kerjanya.“Trus kenapa kamu senyum-senyum gitu?” cecar Bee mencari jawaban atas sikap aneh suaminya.Akbi hanya melirik tanpa memberikan jawaban, lalu mengembalikan fokusnya pada kemudi.“Serem tau Bi, kalau kamu senyum-senyu