Bab 35Mata Melin membulat dan hampir keluar dari tempatnya. Bibir mengerucut dan wajah yang memerah oleh amarah yang sejak tadi tertahan."Dari mana saja kamu, Mas?" todong Melin bercekak pinggang."Mas kan udah bilang tadi, mas terima telpon dari bos." Aldi mencoba memberi alasan.Melin tertawa sumbang,"bos?""Berikan hp mu, Mas!" Melin menengadahkan tangan.Aldi yang sudah lelah hanya melewati Melin begitu saja masuk ke dalam rumah."Mas! Berikan hape mu!" Suara Melin meninggi sambil berbalik mengikuti Aldi.Aldi merasa lelah karena sedari tadi mencari Alin. Rasa dongkol yang tadi hilang, kini muncul tiba-tiba bersama dengan rasa lapar yang mendera. Di tambah, Melin yang tak henti memberondong dengan kalimat menuduhnya, semakin membuat Aldi meradang.Brak! Prang!Aldi mengambil vas di samping bufet dan melemparkannya ke arah deretan foto keluarga yang terpajang di dinding. Hingga menimbulkan bunyi yang nyaring dan berdentang, membuat Melin
Bab 36"Dari mana kamu dapatkan foto itu?""Siapa dia, Mas?"Aldi menghela nafas panjang,"bukan siapa-siapa, Mel. Sekarang katakan dari mana kamu mendapatkan foto itu?" tanya Aldi mencoba sabar. Ia harus tau siapa yang mencoba menyiram bara api cemburu di hati Melin yang sempat tenang."Bukan siapa-siapa? Yakin bukan siapa-siapa?" tuntut Melin dengan tatapan yang masih tajam."Kami hanya bertabrakan dan mas cuma menyampaikan maaf padanya," elak Aldi berbohong.Melin tertawa hambar, "maaf? Tapi Mas terlihat begitu senang.""Lalu Mas harus berekspresi seperti apa? Marah begitu? Di sini Mas yang sudah menabraknya, dan Mas hanya mencoba bersikap ramah," ujar Aldi terus berkelit."kalau kamu masih saja curiga dan bersikap seperti ini, terpaksa mas lakukan apa yang kamu tuduhkan itu!" lanjutnya mengancam.Mulut Melin membulat tak percaya,"Ooohh, jadi mas ngancem sekarang?" "Jangan curigai Mas kalau nggak ingin mas lakukan yang kamu tuduhkan itu!" Tegas
Bab 37"Terima kasih ya, karena udah menjemputku. Mobilku sedang di pinjam teman dan dia belum kembali," ucap Alin sembari melirik ke sepion. Walau tak terlalu terlihat olehnya. Tetapi ia sangat yakin Melin melihat mobil Aldi membawanya. "Enggak masalah, mas seneng bisa membantu kamu, Lin," sahut Aldi tersenyum sambil sedikit menoleh ke arah Alin sebentar, lalu kembali melihat ke depan."Ooh iya, kita mau kemana, nih?""Pulang aja, Al.""Ke apartemen seruni?"Alin tercekat, menatap Aldi dalam diam. Walau Noah pernah mengatakan kemungkinan Aldi akan tau sendiri di mana dirinya tinggal. "Uumm, aku, pernah melihatmu masuk ke komplek apartemen itu. Kupikir di sana kamu tinggal sekarang." Aldi menjadi salah tingkah karena Alin yang diam menatapnya. Hanya itu yang bisa coba ia kelit saat ini. Tak mungkin ia jujur dengan berkata sudah mengikutinya selama beberapa hari hanya untuk tau di mana sang mantan istri tinggal."Ooohh, begitu," ujar Alin tersenyum kecut.
Bab 38"Mas capek, mas nggak ada tenaga untuk bertengkar denganmu, Mel." Aldi melewati begitu saja Melin yang berdiri dengan tangan yang terlipat di dada.Amarah sudah memenuhi dadanya, Melin menarik lengan Aldi dengan kasar dan memaksanya berbalik berhadapan dengannya."Capek? Apa mas pikir aku nggak capek nungguin mas di sini?""Siapa juga yang nyuruh kamu nunggu Mel? Biasanya juga kamu udah tidur," kilah Aldi menarik balik tangannya dan melanjutkan langkah."Mas!"Melin yang belum puas menyusul Aldi ke kamar, dan terus melontarkan pertanyaan yang membuat Aldi semakin gerah dan jengah. Aldi mencoba tidak perduli dan berbaring, nyatanya Melin terus saja menyerangnya. Sampai Aldi kehabisan kesabaran."Cukup! Melin! Cukup! Mas jadi malas pulang kalau kamu seperti ini. Menuduh mas tanpa bukti dan terus menyudutkan mas! Maaf saja, maaf saja kalau mas benar-benar akan melakukannya," tukas Aldi kesal bangkit, mengambil bantal, dan selimut lalu berjalan ke luar
Bab 39"Mau ke mana mas Aldi?" Gumam Melin mengikuti Aldi yang telah pulang dari kantor. Sudah satu jam lamanya, Melin menunggu Aldi di parkiran karena suaminya itu sedang ada meet up dengan beberapa relasinya. Sebagai seorang manager, ia harus bisa menjilat beberapa orang penting agar mudah untuk naik pangkat nantinya. Aldi memang mengincar sebagai manager yang kepala manager di pabrik tempatnya bekerja. Saat ini ia masih menjabat sebagai manager produksi.Setelah melihat Aldi keluar dari kantor, Melin bergegas melakukan penyamaran dan menggunakan ojek yang kebetulan mangkal di sekitar pabrik. Ia sengaja meninggalkan motornya agar Aldi tak mengenali atau pun melihat motornya mengikuti.Mobil Aldi berbelok di resto Langit milik Alin. Setelah memastikan Aldi masuk, Melin pun ikut mengendap dengan hati yang terus bertanya-tanya. Tanpa ia tau, dari lantai tiga, Alin tersenyum melihat Melin yang membuntuti Aldi masuk ke restonya."Baiklah, sepertinya kamu sudah menemukan petunjuk dariku.
Bab 40"MMM, apa aku tidak boleh pulang ke mari?" Bukannya menjawab, Alin justru balik bertanya yang membuat Noah bungkam.Noah tersenyum kecil."Tidak, tentu saja boleh. Tapi bagaimana jika Aldi mengikutimu?" "Tenang saja, dia sedang bertengkar dengan istrinya.""Apa aku melewatkan sesuatu?" "Kamu mau dengar? Kamu tidak lelah?" Lagi-lagi, Alin malah balik bertanya hingga membuat Noah terkekeh.Hening.Noah menatap Alin intens lalu melangkah maju memasuki kamar. "Ceritakan sambil tidur saja," ucapnya sembari lepas jas mahalnya.Alin menutup pintu kamarnya, lalu mengambil jas Noah yang baru pria itu lepaskan. "Baiklah,""Aku mau mandi dulu," ucap Noah membuka kancing lengannya."Oke."Seusai mandi, Noah mendengarkan cerita Alin seharian tadi, termasuk saat Aldi dan Melin datang. Tanpa ada yang ditambah atau pun di kurangi. Bahkan aksi Tasya yang masih dia anggap sebagai orang asing, tak luput dari uraian ceritanya. Tanpa tau jika Tasy
Bab 41Sore itu, Aldi membeli sebuket bunga di sebuah toko sebelum ia mendatangi Alin di resto. Senyum merekah di bibirnya, sudah ia bayangkan Alin yang senang menerima bunga darinya. Dulu, saat ia masih menjadi suami Alin, tak pernah sekali pun memberi Alin bunga. Jangankan bunga, makanan yang layak saja Aldi jarang memberi. Terlebih setelah mengenal Melin. Namun, sekarang ia kan melakukan demi meluluhkan hati Alin lagi. "Aku berharap kamu akan menyukainya, Alin."Aldi menyimpan buket bunga di kursi samping kemudi. Lalu mengendarai mobilnya ke resto Langit. Setelah sampai, ia keluar dengan membawa buket itu dan tersenyum lebar. Namun, matanya melebar sempurna melihat Melin di sana. Rasa kesal dan marah merasuki hatinya dengan cepat."Mau apa dia di sini??" gumam Aldi berjalan cepat ke arah Melin yang sedang berteriak-teriak di depan resto."Bikin malu saja!"Aldi bersungut mendekat, "jangan sampai Alin jadi marah gara-gara ini lagi! Bikin stres saja!""Suruh wanita ular itu keluar!"
Bab 42Tenggorokan Melin tercekat, menatap Aldi tak percaya. Akhirnya kalimat cerai itu keluar juga dari mulut suaminya. "Apa mas?""Mas sudah lelah menjalani rumah tangga denganmu. Kamu terlalu curiga dan banyak menuntut. Selama ini mas sudah mencoba sabar, tapi kamu... Kamu sedikit pun tak mengerti, tak berubah, dan terus bersikap egois. Masalah Melki, biar dia ikut dengan mu. Dia butuh asi dan kasih sayang mamanya. Mas janji akan tetap memberikan nafkah untuknya meski kita bercerai," ucap Aldi enteng tanpa menoleh dan tetap melihat ke depan.”Tapi, jika kamu nanti meras berat, aku bisa mengurusnya sendiri.”Melin masih terus menatap Aldi tak percaya. Lalu ia tertawa, hingga membuat Aldi menoleh padanya."Mas bilang aku egois dan banyak menuntut? Dan mas mau bercerai?" Melin mengulang, terlihat begitu menahan emosinya."Hei! Siapa yang egois di sini, Hem? Kau yang berselingkuh dan kau pula yang meminta bercerai. Jelas aku tau mas, mas ingin bercerai karena wanita murahan itu, kan? Ka