"Jadi bang Jaki gitu, ya. Sekar gak mau lagi jadi adek abang." Sekar melipat tangan di dada sambil buang muka.
"Aduh, cintaku~ Maapin abang Jaki, yak. Kan love language-nya abang pake kekerasan.""Sok inggris lu!" Kayden mengusap wajah Zaki.Sekar terkekeh melihat Kayden membelanya.Tapi kemudian Sekar terdiam karena tiba-tiba saja Kayden menatapnya dengan seringai lebar. Sekar meneguk ludah kasar. Perasaannya tidak enak."Pegangin lagi. Gue kasih lima menit lagi hukumannya. Tapi pake satu aja." Kayden menyuruh mereka memegangi Sekar lagi, sementara Petra sudah siap dengan satu Kemoceng di tangannya. Petra menatap Sekar sambil menaik turunkan alisnya.Sekar menatap masam Kayden. Ia kira Kayden sudah berpihak padanya."Sorry, gak semudah itu abang lolosin kamu." Kayden terkekeh. Dia mengacak gemas rambut Sekar. Sekar membuang muka."Ikut gue ke atas!" Kayden menyuruh Anna mengikutinya ke lantai dua.GlAnna menahan nafas. Tubuhnya tanpa sadar mundur. Dia meneguk ludah kasar. "S-silakan kalau lo mau nyurigain gue. G-gue gak takut karena gue emang gak punya motif a-apa-apa sama Sekar. Gue murni mau temenan sama dia.""Evelyn selalu ngancem orang yang berani temenan sama adek gue. Lo gak mungkin dia biarin gitu aja kecuali ada apa-apanya." Kayden menatapnya tajam.Anna terkejut karena Kayden juga mengenal Evelyn. Jangan-jangan Evelyn sebelumnya juga pernah menyukai Kayden karena ketampanannya."Sebelumnya gue emang punya masalah pribadi sama Evelyn. Dan gue juga gak akan peduli semisal dia nyuruh gue jauhin Sekar.""Gue akan terus ngawasin lo sampai gue yakin lo gak berbahaya buat adek gue." Kayden menjauhkan tubuhnya. Tapi matanya tetap menatap Anna dengan tajam.Anna menganggukkan kepala. Selama tidak salah, dia tidak takut sama sekali. Dia memang tulus berteman dengan Sekar. Dia juga senang karena Sekar memiliki abang yang sangat menyay
"Sumpeh lo bisa basket, Kar?" Anna memegang bahu Sekar. Matanya melotot menatap gadis itu."Ngeremehin gue, lo? Duel kita ke lapangan!"Sekar berdiri pongah sambil berlagak menyingsing lengan seragamnya."Kar, lo gak lagi becandain gue kan?" Anna berdiri menyusul Sekar. Rautnya antara bahagia dan panik."Bantu gue jadi fvckgirlnya SMA Garuda!" Sekar menepuk dadanya kemudian berjalan mendahului Anna. "Oh ya, kalo gue menang siap-siap lo traktir gue sebulan!" Sekar menolehkan kepala pada Anna. "Eh eh, lo ganti dulu. Gue ambilin dulu ke ruang olahraga." Anna mengejar langkah Sekar di depannya."Pake rok buat manasin hati mantan!" Sekar menjawab asal. Dia sudah terbiasa pulang sekolah langsung bermain basket dengan teman-teman Kayden tanpa berganti seragam.Anna menyusul langkah Sekar. "Nah, nah... Kan, belum apa-apa aja udah keluar bibit fvckgirlnya!" Keduanya kemudian tertawa bersama. °°°"Anj-ing woy!
Sekar cemberut. Dia kembali membuang wajah ke samping.Shaka menghela nafas. "Gue gak punya maksud apapun, Kar. Semua demi kebaikan lo. Lo gak sadar mata cowok cowok itu jelalatan liat lo main tadi." Gue gak rela. "Roknya gak pendek." Sekar menatapnya sebal."Tapi cowok-cowok tetep liatin, kan?" Shaka menatap lembut Sekar. Dia berkata dengan pelan."Janji jangan main pake rok lagi, ya?" pinta Shaka lagi. Dia mengelus sisi wajah Sekar dan menatapnya lamat-lamat. Dia rindu bisa sedekat ini dengan Sekar seperti dulu. Sekar meleleh melihat sisi lembut Shaka. Tanpa sadar kepalanya mengangguk. "Pinternya~" Shaka tersenyum. Dia mengacak pelan rambut Sekar."Kemarin Kayden gak ngelukain lo, kan?" Shaka teringat Kayden lagi. Dia lalu menatap Sekar dari pucuk kepala hingga ujung kaki takut Sekar ada luka. Sekar kembali cemberut. Mengapa juga Kayden melukainya, Kayden itu abangnya. Justru cowok di depannya ini yang san
"Kalo gitu gue bakal tanya Gio. Adeknya juga satu sekolah kan sama Sekar?"Kayden menatap Andrew datar. Sudut matanya berkedut-kedut.Andrew terkekeh sadar sudah salah ucap. Dia lupa Kayden dan Gio tidak akur lagi seperti dulu. Sebenarnya Andrew, Kayden dan Gio seumuran. Gio selalu berkumpul dengan mereka tiap berkunjung ke Indonesia.Saat persahabatan mereka terputus, Andrew tidak berusaha memihak salah satu. Dia berteman dengan Kayden, tapi juga tetap berteman dengan Gio."Ricko, kan, nama adeknya? Atau Rocky?""Namanya Ricko." Sekar yang menjawab. Dia lega akhirnya bisa lepas dari pitingan Kayden. Saat ini dia sedang bersandar di dada Kayden sambil ikut menatap wajah Andrew di layar ponselnya.Andrew terkekeh melihat Sekar. Tadi saja dipiting sekarang sudah bermanja-manja lagi."Mantannya itu ketuanya Ricko." ceplos Kayden."Eh? Leader Garuda?" tanya Andrew. Saat liburan ke Indonesia beberapa tahun
"Sayang, kamu gak papa?"Sebuah suara menyadarkan Sekar dari lamunannya. Dia menoleh dan melihat di sampingnya ayahnya sedang memeluk anaknya yang lain. "Apa masih sakit? Di mananya aja?" Pria tua itu mengusap pipi Evelyn."Ilen udah gak papa kok, pa." Evelyn menyentuh tangan pria itu yang berada di pipinya. Sekar melengos. Iya lah. Orang yang menganiaya adalah dirinya sendiri. "Silakan duduk pak Dewo!" Broto mempersilahkan Dewo duduk di kursi yang masih kosong.Dewo mengambil duduk di depan ketiganya. Bersisian dengan Broto. "Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi." Pinta Dewo."Sekar menganiaya Evelyn, om. Saya saksinya. Awalnya teman-teman Ilen meminta bantuan saya karena katanya Ilen dibawa Sekar ke suatu tempat. Saat saya datang, Evelyn sudah dalam kondisi terluka." Shaka bercerita."Kurang ajar!" Dewo memukul meja. Dia menunjuk wajah Sekar. "Ini pasti karena kamu ikut geng berandal gak jelas itu. Geng motor itu hanya membawa pengaruh buruk untukmu. Kamu bahkan sudah berani mence
Sekar menatap Kayden malas. Ya punya lah. Kak Anna, kan, cantik!"Pacarnya ninggalin dia gitu aja karena hasutan Epelin dua tahun lalu. Sekar sedih liatnya. Kak Anna belum move on sampai sekarang."Kayden cemberut. Apa bagusnya mantan Anna itu. Jelas-jelas gak setia masih aja dipikirin. "Tapi itu gak cukup buat jadi alasan lo jodoh-jodohin Anna. Apalagi niatnya gak tulus gitu. Lo sendiri emang mau tiba-tiba gue jodohin sama Morgan?"Wajah Sekar masam. Bibirnya sudah monyong-monyong. "Dari sekian banyak nama cowok, kenapa juga bang Kay sebutin nama orang itu."Kayden mencubit pipi Sekar gemas. "Gak mau, kan? Nah, Anna juga begitu. Udah lah ngapain pake jodoh-jodohin begitu. Mana jauh banget lagi sampe beda negara." Ada gue di sini yang jelas-jelas deket. Sekar mengangguk paham. Dia mencoba memposisikan diri sebagai Anna. Dia juga tidak akan suka jika sembarang dijodohkan. Kayden menghela nafas lega melihat Sekar mau membatalkan
"Kalo gitu saya permisi, pak. Terima kasih." Sekar undur diri. Sekar baru berani mengangkat kepalanya saat sudah membelakangi Broto. Matanya berkaca. Air matanya menggenang dari tadi. LaluTes. Setetes air matanya jatuh. Buru-buru Sekar menyekanya. Sekar memejamkan matanya dan mengambil nafas panjang. 'Ini masih di sekolah. Sekar gak boleh nangis.' Sekar mengepalkan tangannya."Sekar," panggil Broto saat Sekar memutar handle pintu. Tangan Sekar terdiam. "kapan pun kamu butuh, rumah om selalu terbuka untukmu. Kamu adalah anak dari sahabat baik om." Ucap Broto. "Bapak tidak perlu repot-repot. Bahkan ayah saya saja tidak mengakui keberadaan saya. Saya permisi." Ucap Sekar kemudian keluar dari ruangan itu."Kar," Anna langsung menghampiri Sekar begitu melihatnya keluar. "Eh, lo kenapa nangis? Bokap gue gak marahin lo, kan?" Anna melotot melihat mata Sekar yang merah.Sekar menyeka sudut matanya yang basah. "Kelilipan gue." Sekar te
Dimas yang ingin meraih tangan Sekar terhenti di udara. Dia jadi merasa tidak nyaman karena Sekar mengungkit kejadian masa lalu. "Apa? Om mau bilang apa lagi? Om itu egois tau gak! Om merasa om lah yang paling menderita karena kehilangan bunda Farah dan Putri, tapi Om lupa sama bang Kay." Sekar memukul-mukul dada Dimas. "Bang Kay yang paling menderita daripada om. Bang Kay gak cuma kehilangan bunda dan Putri, bang Kay juga kehilangan ayahnya. Keluarganya. Bang Kay kehilangan semuanya hiks hiks... Semua orang nyalahin dia!" Sekar terisak.Dia kemudian jongkok dan menangis di antara lututnya. Beberapa pejalan kaki melihat mereka dengan tatapan penasaran. Mungkin juga menyalahkan Dimas.Dimas membiarkan gadis itu menangis. Dia ingin menenangkannya, tapi takut gadis itu malah semakin marah-marah tidak jelas.Dimas hanya pasrah saat Sekar sesekali mengusapkan air matanya juga cairan yang keluar dari hidungnya ke ujung jas yang Dimas kenakan.