Jenazah Suamiku
Bab 27 : Pengakuan Anne
"Dokter Zulfan kayaknya salah ngasih amplop deh." Aku menatap nelangsa amplop itu dan mengabaikan komentar sengit dari Restu.
"Segera telepon Dokter Zulfan deh, Lan, tanyain dia!" saran mertuaku.
Aku mengangguk dan segera mengeluarkan ponsel lalu mencari kontak nomor sang dokter gigi.
"Halo, assalammualaikum, Dokter," ujarku saat panggilan telepon sudah terhubung ke Dokter Zulfan.
"Waalaikumsalam. Iya, Wulan, kamu sudah sampai rumah?" jawab Dokter Zulfan.
"Udah sampai rumah, Dok, dan udah buka amplop dari Dokter juga, tapi ... Isinya kebanyakan. Dokter pasti salah kasih amplop 'kan, ya?" Aku langsung menanyakan hal janggal ini.
Dokter Zulfan terdengar tertawa renyah, lalu menjawab, "Nggak salah kok, Wulan, itu benar amplop gaji untuk kamu."
Aku mengerutkan dahi mendengarnya, dan semua mata masih tertuju kepadaku. Restu juga terlihat masih berdiri di dekat anak tangga sambil melipat
Jenazah SuamikuBab 28 : Isi HatiSaat tiba di parkiran, terlihat Dokter Zulfan dan Restu sedang saling pukul. Ya Tuhan, ini tidak lucu! Masa udah pada tua gitu masih berantem? Ada apa sih?Pak Satpam terlihat melerai keduanya dan aku pun juga, berdiri di depan Restu dan menghalangi tatapan tajamnya kepada Dokter Zulfan."Ada apa ini?" tanyaku sambil menatap keduanya bergantian."Kalau kamu suka sama kakak iparmu ini, bilang terus terang, Res! Mari kita bersaing secara sehat! Siapa pun yang akan dipilih Wulan, saya tidak masalah," ujar Dokter Zulfan.Aku menelan ludah, wajah terasa memanas. Kenapa Dokter Zulfan bilang gitu? Emangnya ada apa ini?"Diam kamu Dokter Licik!" jawab Restu ketus."Kalau saya sih nggak munafik, saya memang menyukai Wulan dan sedang berjuang menaklukkan hatinya. Kalau kamu memang tak punya hati dengan Wulan, lebih bagus lagi. Berarti saya tak punya saingan! Masalah saya mau memberikan ia gaji berapa pun
Jenazah SuamikuBab 29 : Kontak BatinAku tak jadi lewat pintu depan, dan memilih untuk lewat pintu samping saja. Biarlah Bu Hera dan Restu menyelesaikan permasalahan mereka bersama keluarga Anne, aku tak mau ikut campur tapi akan tetap mendoakan tuduhan itu tidak benar. Kasihan Restu, kalau semua ini hanya fitnah.Kuhela napas panjang sambil melepas tas selempangku dan menyimpannya di tempat tidur. Ya Tuhan, rentetan kejadian beberapa hari ini benar-benar membuatku mumet dan menguras otakku yang memang tak pintar dan agak lemot ini.Ah, Wali Kelasnya Winka, ternyata dia masih single dan malah nekat melamar. Hmm ... Ternyata ini alasan Winka minta diantar sampai depan kelas, aduuhh ... Putriku itu pastinya disuruh Pak Dika. Aku agak merinding membayangkan tragedi penembakan di lapangan tadi. Baik sih orangnya dan tampangnya juga lumayan, tapi ... Sungguh ... Aku memang tak punya keinginan untuk menikah lagi. Di hatiku hanya ada Bang Wawan saja, suamiku ya
Jenazah SuamikuPart 30 : Patah Hati"Ada apa ke sini?" tanya Restu."Mau jenguk Wulan, katanya dia sedang tak enak badan makanya hari ini izin kerja," jawab Dokter Zulfan datar."Wulan tak bisa dijenguk, sebaiknya Dokter pulang. Dokter bisa cari asisten lainnya, Wulan tak bisa lanjut kerja, dia ada kesibukan lain," ujar Restu."Oh, ya? Kesibukan apa?" Dokter Zulfan bertanya dengan nada selidik."Kami akan menikah, jadi saya takkan memberikan dia izin untuk bekerja lagi!"Aku yang mendengarkan pembicaraan keduanya, mendadak membeku di tempat. Aku dan Restu akan menikah? Aku menelan ludah, dada terasa sesak untuk napas. Membayangkan akan jadi suami-istri, aduuhh ... Habislah aku."Oh .... begitu, Wulan sudah tahu? Atau ini hanya omong kosongmu saja!" Nada suara sang dokter terdengar sinis.
Jenazah SuamikuBab 31 : Menghilangnya Wulan"Ibu nggak jemput, Winka?" tanya Winka saat masuk ke dalam mobil Pak Jaja."Nggak, Non, pulang sama Pak Jaja sajalah." Pak Jaja mengusap kepala anak majikannya itu, ia tak mau memberitahukan kehebohan di rumah karena menghilang sejak pagi. Semua orang sudah sibuk mencari, terutama Restu--yang langsuung pulang saat Hera mengabarkan tentang hilangnya Wulan.Winka merengut, hatinya terasa gelisah, padahal ia berharap sang ibu menjemputnya. Ia akan merasa senang jika ibunya ikut menjemput, karena sepanjang jalan pulang ia akan bercerita tentang sekolahnya.Pak Jaja tak berani mengajak Winka mengobrol sebab takut salah bicara dan malah tak sengaja membocorkan kasus hilangnya Wulan.Sepuluh menit kemudian, mobil Pak Jaja sudah tiba di depan rumah. Yani langsung menyambut Winka dan membawakan tasnya."Eh, cucu Eyang udah pulang." Sang Eyang menghampiri Winka, ia ingin mengalihkan perhatian Winka a
Jenazah SuamikuBab 32 : Misi Penyelamatan"Maaf, saya akan ganti rugi segala kerusakkannya, walau sebenarnya saya tak sepenuhnya salah sebab mobil anda berhenti mendadak tanpa menyalakan lampu hazard (lampu berhenti darurat)," ujar Restu sambil membuka kaca mata hitamnya.Sontak, pria berkumis tebal itu jadi gelagapan. Bukan karena takut akan perkataan pria di hadapannya, tapi wajah yang sangat tak asing itu membuat bulu kuduknya merinding.Tanpa berkata apa pun, pria berkumis tebal dengan nama lengkap Wahyu Kusuma itu mengayunkan cepat tongkat lalu bergegas masuk ke mobil."Yanto, cepat masuk!!!" teriaknya."Oke, Bos." Yanto--sang supir segera masuk ke dalam mobil sang majikan lalu tancap gas, walau ia agak bingung dengan bosnya itu. Pertama marah-marah tapi kini malah terbirit-birit.Mobil jeep hitam berdebu juga berlumpur itu mulai melaju menuju lokasi penyekapan Wulan."Bos, kok nggak jadi minta ganti rugi?" tanya Yanto pe
Jenazah SuamikuBab 33 : Dua Pahlawan"Aku akan telepon Polisi." Restu mengeluarkan ponselnya."Kamu yakin kalau di sini tempat penculikan Wulan, Res?" tanya Dokter Zulfan ragu, karena belum ada bukti kalau kalau di sinilah Wulan disekap."Sangat yakin, kamu diam saja! Atau pun ... Kamu bisa segera pergi dari sini, aku bisa sendiri," jawab Restu ketus, melirik tajam tetangganya itu sembari hendak membuka pintu mobil."Jangan begini, Res? Lupakan permusuhan kita sejenak, aku akan bantu kamu mencari Wulan." Dokter Zulfan menarik tangan Restu, menghalanginya untuk membuka pintu mobil.Restu mengurungkan niatnya keluar dari mobil Sang Dokter Duda--begitulah ia menggelari musuh masa kecilnya itu.Restu segera menelepon Polisi untuk memintanya segera datang ke lokasinya sekarang. Ia juga menelepon beberapa anaknya untuk antisifasi kalau-kalau Polisi terlambat datang.Sedangkan pesawat jet yang sedari tadi hanya berputar-putar di angk
Jenazah SuamikuBab 34 : Arti MimpiKulirik dua pria yang kini sedang diobati oleh dokter dan beberapa perawat di ruangan UGD, keduanya sama-sama babak belur. Aku jadi merasa bersalah, mereka luka parah gara-gara nolongin aku dan semua ini akibat ulah abangku yang nggak ada bosannya menjahatiku. Sepertinya, aku ini memang anak pungut, abang kandung pastinya takkan setega itu.Oke, kita kembali fokus kepada dua pahlawanku ini yang kepalanya sama-sama dibalut perban, dengan wajah sama-sama memar. Restu yang paling parah, sebab tulang lengannya ada yang renggang jadi harus dikepih (digendong). Kasihan kembaran suamiku itu, ini kali keduanya ia menyelamatkan aku dan mengabaikan keselamatannya sendiri.Sumpah, aku itu nggak habis pikir dengan tingkah Restu yang selalu sok jagoan begini. Kalau sampai kenapa-kenapa, pastinya aku yang akan merasa bersalah. Hatiku jadi sedih jika melihat keadaannya sekarang, jadi kangen Bang Wawan.Bang, saudara kemba
Jenazah SuamikuBab 35 : Tak Mau Dimadu!"Ini ponselmu." Restu menghampiriku yang sedang duduk sendiri di ruang tengah, dengan acara gosip di televisi tapi pikiran ini malah tak berada di tempat."Melamun terus!!! Apa dibuang aja nih ponsel?!" Dia berkata dengan ketus."Eh, jangan!" Aku yang baru tersadar langsung meraih ponselku darinya.Restu langsung berlalu, dia terlihat melangkah menuju dapur dengan gaya berjalan yang tak sempurna. Sepertinya kakinya masih sakit gara-gara nolongin aku kemarin. Jadi merasa bersalah kalau seperti ini, tapi jika melihatnya bicara ketus, bawaannya jengkel saja.'Drrttt'Eh, ponsel di tanganku bergetar. Kutatap benda pipih itu, entah di mana Restu menemukannya?Alisku berkerut saat melihat nama siapa yang mengirim chat ini, namanya 'Ayah Restu.' Sontak, aku tak bisa menahan tawa. Kok nama kontaknya bisa berubah begini? Perasaan kemarin kuberi nama 'Si Garang' deh, sebelumnya emang kukasih nama