Sorry, ya temen2nya Chinta. updatenya agak telat dan lelet... tapi, semoga updatenya bisa bikin moodbooster yg baik di long weekendnya.. 🥰🥰🥰
“Diva, ayo keluarlah, atau mau aku saja yang turun, hehm?” Suara Elvan membawa kesadaran Diva kembali. “Ah, baik-baik! Aku akan segera menemuimu, tunggu maksimal 10 menit! Aku mau bilang sama Ayah dulu.” Setelah mengatakan hal itu Diva langsung memutuskan sambungan teleponnya. “Diva, kamu ngapain di sana, Nak?” Belum sempat berpikir untuk mengarang indah alasan keluar rumah, suara ibunya dari belakang mengejutkan Diva dan membuat tubuhnya tersentak karena kaget. “Ya ampun, Ibu, ngagetin aja.” Diva berkata seraya mengelus dadanya. “Kamu ngapain berdiri di sana? Apa ada orang di luar?” Indah mencoba mendekat ke arah Diva yang sekarang masih berdiri di depan jendela. “Gak kok, Bu, gak ada apa-apa. Tadi Diva pikir abang ojol yang nganter makanannya udah dateng, gak taunya belum.” Diva mencoba membalikkan tubuh Ibunya dan mengajaknya berjalan ke ruang tengah. Bagus, tiba-tiba saja Diva menemukan alasannya untuk keluar dari rumah. Diva duduk sedikit gelisah dengan melihat ponsel di ta
Elvan tidak bisa berkata-kata lagi sekarang ini. “Jantungmu berdebar cukup kencang, apa aku mengejutkanmu?” tanya Diva dengan senyumnya yang mengembang, Diva juga merasa geli melihat ekspresi pria itu yang sedikit tegang karena tindakannya barusan. Sekarang ini, Diva ingin sekali menggoda pria itu. “Aku–” “Aku merindukanmu, aku juga kesal denganmu karena kamu sangat menyebalkan di kantor.” Diva memotong ucapan Elvan. “Aku kesal karena kamu membuatku terlihat buruk di depan teman-temanku.” Elvan menjadi merasa bersalah. “Tapi itu hanya–” “Aku tahu, itu juga salahku karena tidak ingin mereka tahu. Aktingmu natural sekali dan sangat profesional, Sayang.” Diva mengendurkan tangannya yang memeluk tubuh Elvan, lalu menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi Elvan “Sekarang kamu malah terlihat sangat lucu.” Diva berkata dengan senyuman lebar. “Diva, kamu menggodaku?” Elvan berkata dengan membelalakkan matanya. “Bukannya wajar menggoda pasangan sendiri? Apa aku harus menggoda pria la
Hati Diva merasa sangat hangat dan nyaman, suara dan ucapan itu benar-benar membuatnya melayang terbang. Harusnya dia bisa menumpukan semua harapannya dengan pria itu, kan? “Van, tapi … ada hal penting tentang Pak Bimo.” Diva mengalihkan suasana ini, dia hanya tidak ingin terus merasa terbawa arus yang membuatnya lagi dan lagi harus mengakui kalau Elvan pria yang luar biasa untuknya. “Dia harus mengantar jemputmu, kalau aku tidak bisa bersamamu.” Elvan langsung menjawab cepat, kalimatnya seakan tidak bisa diajak untuk negosiasi dan terdengar mutlak. “Ya, tapi apa itu tidak berlebihan?” Diva kembali bertanya dengan nada rendah, siapa tahu dengan begitu sedikit ada kelonggaran. Elvan diam sejenak, wajahnya menampakkan rasa khawatir di sana. “Seperti yang kukatakan padamu sebelumnya, aku tidak akan tenang jika Anggala belum mendapatkan hukumannya, bisakah kamu bekerja sama denganku tentang hal ini? Aku hanya tidak ingin membuatmu dalam keadaan berbahaya lagi. Cukup bagiku satu kali ak
Elvan melihat Diva masuk ke dalam rumahnya, setelah itu dia tersenyum singkat.“Pak Elvan, apa kita langsung pulang sekarang?” tanya Andi.“Kembali ke apartemen Alisha dulu,” ucap Elvan tenang sambil melihat ke arah ponselnya dan mengernyitkan dahinya.Elvan terlihat nampak berpikir dan memijat pelipisnya, lalu menghubungi seseorang di sana.“Bagaimana? Apa dia masih mencoba untuk datang menemui Ratri?” tanya Elvan saat panggilannya terhubung.“Benar, El, tadi aku tambah satu orang lagi untuk bantu mengawasinya,” jawab suara di ujung telepon.“Baguslah, bantu awasi dan juga tolong berikan yang terbaik untuk pemulihan Ratri secepatnya.” Elvan berkata tenang.“Kalau itu kamu tenang saja, aku akan melakukan yang terbaik untuk calon adik iparmu itu.” Suara itu terdengar santai.“Rey, kamu jangan sampai lengah, Anggala pasti menunggu saat yang tepat untuk memulai gerakannya. Aku tidak yakin saat ini dia sedang mendinginkan suasana.” Elvan berkata dengan nada tegas pada Reynand yang merupaka
Anggala sangat geram dengan perlakuan Elvan barusan! Dia benar-benar merasa sangat terhina!“Dasar kurang ajar sekali dia!” geramnya sambil mengepalkan tangan dengan keras!Setelah itu, Anggala melihat ke pergelangan tangannya masih tersisa satu setengah jam menuju pukul sepuluh malam. Dia kembali berpikir tentang sesuatu, lalu bergumam, “Menunggu rencana Marissa? Yang benar saja! Sejak kapan aku bisa dikendalikan! Dia pikir siapa dia bisa mengatur-aturku?” Merenung sesaat, lalu Anggala menghubungi seseorang melalui ponsel lain yang dia keluarkan dari laci mejanya.“Aku ada pekerjaan untukmu, lakukan dengan baik dan pastikan tidak ada yang bisa melacak keberadaanmu!” perintahnya.“Apa?” tanya suara yang ada diseberang sana.Anggala menceritakan tujuannya pada orang tersebut dengan detail, setelah itu dia mematikan sambungan teleponnya.“Elvan, kita lihat saja, sejauh apa kamu bisa melindungi orang-orang itu. Aku selalu ada cara untuk bertahan! Kalian mungkin lupa sejauh apa aku selama
Setelahnya Anggala masuk ke mobil dan melajukan kendaraannya dengan cukup kencang, membuang ponsel yang dia pakai untuk menghubungi orang suruhannya itu ke jalan, lalu mengambil benda pipih lainnya untuk menghubungi Fredy. “Fredy, apa tugasmu sudah dilaksakan?” tanya Anggala saat panggilan tersebut terhubung. “Sudah selesai, semua sedang bekerja melakukannya. Ehm … Ang, apa kamu yakin El tidak akan–” “Aku sudah membereskan si sombong itu! Kamu tenang saja dan lakukan saja sesuai perintahku!” Anggala berkata dengan penuh penekanan dan mengangkat ujung bibirnya sebelah. “Baiklah, mungkin diatas jam 10 malam berita ini akan mulai mencuat dan dipastikan besok pagi akan menjadi berita viral.” Fredy berkata dengan suara yang cukup berat. Setelah mendengarkan hal tersebut Anggala mematikan sambungan teleponnya lalu berkata, “Setelah ini kita saksikan pertunjukan berikutnya!” *** Di kamarnya, Diva yang merasa sangat bahagia ini tidak bisa tidur karena memikirkan banyak hal manis bersa
Jantung Diva berpacu cepat, hal ini tidak sama saat dia jatuh cinta ketika mendengar nama Elvan. Dia benar-benar terkejut dengan berita yang baru saja dia dengar. “Ma-maksudmu apa?” tanya Diva sekali lagi dengan napas yang tercekat di tenggorokan, membuat tubuhnya mendadak lemas, persendiannya seolah mati rasa, tangannya mulai gemetar dan perasaannya menjadi sangat kalut. “Kak Elvan, dia mengalami luka yang ... sepertinya sedikit serius karena ditusuk seseorang di depan gedung Tekno In, tapi sekarang semuanya sedang bergerak dengan cepat untuk proses penyelidikan. Aku tahu kakak pasti akan bertanya-tanya kemana dia menghilang karena tidak memberikan kabar, jadi aku sudah mengatur agar kakak bisa pergi ke rumah sakit malam ini menemuinya.” Prisya berkata dengan cepat. Tatapan matanya yang tajam melihat ke arah Diva yang jelas terlihat bingung. Pikiran Diva saat ini penuh dengan banyak pertanyaan. Selain mengkhawatirkan Elvan, dia juga heran bagaimana bisa Prisya tahu tentang hal
Dalam perjalanannya yang membawa Elvan ke rumah sakit, pikiran Diva makin kacau, kepalanya berdenyut tak karuan, dalam perjalanan hidupnya baru kali ini dia merasakan hal seperti ini. Semua yang berkaitan dengan Elvan memang adalah hal yang baru dia rasakan, tapi dia juga jelas tidak ingin merasakan rasa khawatir karena Elvan terluka parah seperti sekarang. “Pak Bimo, apa masih lama?” tanya Diva pada Bimo. “Sebentar lagi, Bu. Sabar ya, Bu, dari yang dikatakan Pak Andi pada saya, Pak Elvan tidak terlalu parah, tetapi memang harus tetap dilakukan tindakan di rumah sakit.” Bimo berkata dengan tenang. “Tidak parah tapi harus dilarikan ke rumah sakit? Apa-apaan ini? Apa Bapak tidak salah bicara?!” Entah kenapa tiba-tiba suara Diva mulai meninggi, tetapi setelah itu dia segera sadar atas ucapannya barusan. “Ah, maaf, Pak, saya tidak bermaksud berkata seperti itu,” sesalnya. “Tidak apa-apa, Bu. Saya Paham, karena Ibu pasti sangat mengkhawatirkan Pak Elvan.” Dia menjawab dengan sopan. Di