"Maksud Bapak, Kak Aldi itu lelaki macam apa?""Laki-laki yang tidak baik, karena dia....." Akbar terdiam, dia belum bisa menceritakan ada hubungan apa Aldi dengan masa lalunya.Ana masih menoleh pada Akbar menunggu penjelasan dari Akbar. Akhirnya mobil yang membawa Akbar dan Ana berhenti di depan gerbang rumah Ana."Turunlah, sudah malam dan jangan bertemu dengan laki-laki tadi. Jaga hatimu," ucap Akbar.Ana menoleh ke luar lalu membuka pintu mobil Akbar.Saat akan mendorong pintu gerbang rumahnya, "Jaga hatiku? Maksudnya apa," ujar Ana. Ia menoleh ke belakang namun Akbar telah melajukan kembali mobilnya.Bertemu kembali dengan laki-laki yang menjadi penyebab kehancuran rumah tangganya dulu dan saat ini laki-laki itu dekat dengan Sussana calon istrinya membuat Akbar emosi dan frustasi. Tak ingin hal yang sama terulang kembali, rasanya Akbar ingin mengurung saja Sussana. Namun Sussana bukan hewan peliharaan,
"Itu maksudnya, Bapak menyatakan cinta ke saya? Tapi kok seperti ada yang aneh ya," ujar Sussana. Akbar berdehem untuk menghilangkan gugupnya, "Kamu kembali ke ruanganmu, ini masih jam kerja tidak usah membicarakan urusan pribadi." Sussana mencibir lalu pamit meninggalkan ruangan Akbar. "Na," panggil Irgi melihat Sussana baru saja akan masuk ke ruangannya. "Kenapa? Tumben jam segini kelayapan, biasanya sibuk. Katanya divisi lo paling penting di perusahaan." "Kak Aldi hubungin gue, dia bilang nanti sore jemput lo. Kenapa sih pake perantara segala, lagi berantem? Ngambek lo enggak intelek kalau cuma blokir kontak." &
Bughhhh, Sussana melemparkan bantal pada Akbar."Eh, nakal kamu ya," Akbar menarik tubuh Sussana, entah bagaimana kejadiannya yang jelas kini Sussana berada di bawah kungkungan tubuh Akbar."Eh, Pak Akbar mau ngapain?" tanya Sussana sambil kedua tangannya menahan dada Akbar."Menurut kamu?""Jangan macem-macem ya Pak, atau saya teriak, atau saya tendang Bapak," tambahnya."Kamu teriak, orangtua kamu enggak bakalan datang menolong.""Kenapa begitu? Ya pasti datang lah, orang anaknya minta tolong.""Karena teriak kamu disebabkan menunaikan kewajiban sebagai seorang istri.""Hahhhh, enggak ada ya Pak, waktu itu dua hari ini ku sakit dan perih." Sussana menunjukbagian intinya.Akbar tertawa, "Karena waktu itu baru pertama kali, kali ini dijamin bukan sakit tapi kamu malah keenakan."Akbar semakin mendekatkan wajahnya pada Sussana, bahkan hembusan
“Pak, eh... Auw....” jerit Sussana saat Akbar mengangkat tubuh Sussana. Kini posisi mereka bertukar dengan Akbar berada di bawah. Sussana hendak turun dari tubuh Akbar namun cengkraman di pinggangnya menyulitkan hal itu. “Diam,” titah Akbar lalu sedikit mengangkat tubuh Sussana dan mengarahkan miliknya yang sudah kembali tegak pada tubuh Sussana dan, “ughhhh.”Mereka mengerang dan mendesah berbarengan karena tubuhnya telah menyatu kembali. “Bergerak sayang,” pinta Akbar. Perlahan Sussana bergerak sesuai arahan Akbar untuk memompa turun dan naik, tanpa sadar ia menengadahkan kepalanya menahan kenikmatan tiada tara. Akbar beringsut duduk dan memeluk tubuh Sussana yang bergoyang lalu mulutnya memainkan salah satu puting milik Sussana dan menghisapnya.“Ah, Pak... “ Sussana bergerak lebih cepat cukup lama sampai mengantarkannya kembali pada pelepasan kenikmatan. Akbar tersenyum menyaksikan wajah sendu Sussana lalu
Pak Cipto menghubungi Akbar, menyampaikan bahwa ia telah mengatarkan Sussana ke apartemen Akbar. Ternyata setelah pertemuan dengan rekan bisnisnya, Akbar masih harus mengikuti rapat keuangan.Maya yang menjadi peserta rapat beberapa kali mencuri pandang pada Akbar. Tidak berani menghubungi Akbar karena pria arrogant ini sebelumnya melarang ia melakukan itu, cukup menunggu kabar darinya. Sedangkan Akbar sepertinya lupa untuk mengakhiri kerjasamanya denga Maya, karena saat ini ia sudah menikah.Setengah tujuh malam rapat baru berakhir, Akbar segera meninggalkan ruangan bergegas pulang. Ia khawatir karena Sussana berada di apartementnya sendirian.Saat membuka pintu apartement, Akbar menggelengkan kepalanya melihat Sussana sudah terlelap di sofa dengan tv menyala dan yang membuatnya menghela nafas agar tidak marah adalah berserakannya peralatan makan dan sisa makanan hasil delivery di meja sofa."Kamu harus sabar Akbar, konsekuensi me
"Lepasin kak, kita udah selesai. Aku enggak bisa lanjutkan hubungan kita," ujar Sussana."Tidak akan, kalau kamu belum...""Lepaskan!" teriak seseorang. Aldi dan Sussana menoleh pada arah suara, "Pak Akbar," ucap Sussana sambil melepaskan tangannya dari cengkraman Aldi."Kenapa sih, nie orang muncul terus kalau gue lagi dekat Sussana," batin Aldi."Maaf ini bukan urusan Anda?""Jelas ini urusan saya, apalagi kalau sampai menyakiti Sussana." Aldi terkekeh, "Mana mungkin saya menyakiti kekasih saya sendiri.""Kak Aldi kita sudah berakhir ya, It's over Kak.""Sudah selesai?" tanya Akbar pada Sussana, yang dijawab dengan anggukan. "Pulang!"Sussana berjalan mengikuti Akbar, "Sussana!" Panggil Aldi.Kini Sussana dan Akbar telah berada di dalam mobil, "Itu yang kamu bilang urusan hati yang kandas, kamu masih suka sama laki-laki itu?"Sussana menoleh pada Akbar yang sedang fokus
Hari-hari berlalu, tidak terasa sudah lebih dari dua bulan Sussana melakukan magang di perusahaan milik Akbar, bahkan tinggal dua minggu lagi Sussana akan kembali ke kampus."Sussana," panggil Akbar membangunkan Sussana yang masih bergelung selimut."Bentar lagi Bun, aku masih ngantuk. Kepala ku pening Bun," jawab Sussana. Akbar berdecak, "Hey, aku tidak toleran terhadap keterlambatan.""Sussana," panggilnya lagi."Iya, iya, aku bangun." Sussana menurunkan kakinya dari tampat tidur, "Semenjak tinggal di sini aku kurang tidur, digangguin terus." Akbar yang sedang mengancingkan kemejanya tersenyum mendengar ucapan Sussana.Saat Sussana berjalan melewati Ak
"Hamil?" Istri saya hamil Dok?" tanya Akbar."Betul, untuk lebih jelas tentang kehamilannya bisa konsultasi dengan obgyn."Akbar menatap Sussana yang tergolek lemah, menurut perawat Sussana tertidur. Akbar merasa bersalah karena kejadian tidak diduga saat ia bersama Maya dan melihat istrinya tertidur dengan titik-titik keringat di dahi. Ia jadi berfikir, apa benar semenjak menikah dengannya jam tidur Sussana terganggu.Memang Akbar tidak melewatkan kesempatan untuk mereguk surga dunia sejak ia menikahi Sussana. Karena memang itulah salah satu tujuan pernikahan, tidak mungkin ia bermain dengan wanita lain jika sudah memiliki istri.Apalagi istri Akbar yang usianya memang jauh lebih muda darinya terlihat sangat menarik dan menggoda untuk selalu disentuh. Akbar merasa tubuh Sussana sudah menjadi candu baginya."Akbar, gimana kondisi Sussana?" tanya Zudith yang baru saja tiba.Akbar mengajak Zudith ke luar agar