Santa Monica Place, califoronia Sudah 5 hari sejak Ariella terbangun di mansion Winston dan merawat Malkin. Hari ini adalah hari libur Ariella, Malkin memintanya untuk berbelanja. Mood Ariella seketika membaik terlebih dia juga tidak melihat Mederick selama 2 hari ini. entah kemana perginya pria itu, Ariella tidak peduli. Ariella menatap Sarah yang memilihkan banyak pakaian. Wanita itu memang sudah berumur namun seleranya dalam fashion patut diacungi jempol. Dari pakaian santai hingga gaun semua pilihan Sarah sangat sesuai seleranya. Bahkan alas kaki dan perhiasanmu juga dipilihkan oleh Sarah. Ariella memang lebih suka berpenampilan simple namun bukan berarti ia tidak tau fashion. Ella suka barang branded tapi ia tidak suka yang mencolok. Ia tidak begitu tertarik menggunakan make-up karena menurutnya itu merepotkan untuk menggunakan sekaligus membersihkannya. Setidaknya ia merasa beruntung memiliki wajah yang cantik sehingga tidak perlu sibuk mempercantik diri. “Ada lagi yang ingi
Ariella menuju lift, ketika pintu lift akan segera tertutup, pintu itu ditahan oleh tangan kekar seorang pria dengan seringain diwajahnya. “KAU-“ Ariella menatap Mederick. Setelah tidak terlihat selama 2 hari tiba-tiba saja pria itu berada didepannya dengan setelan jas hitam dan tangan kanan yang menyeret koper. “Apa yang kau lakuk-” “hust- Bukankah lebih aman bersamaku, kitten” ucap Mederick memotong ucapan Ariella. Pria itu ikut masuk ke dalam lift membuat Ariella menjauhkan dirinya ke pojok, dia menatap Mederick dengan tatapan tak suka. Mederick bersmirk, “kau tau.. little kitten, tingkahmu yang seperti ini benar-benar menggodaku” Ucapnya Ariella melotot, mata abu Mederik menatap Ariella lekat membuat Ariella nyaris hanyut dalam suasana, dia menelan salivanya. Ariella kewalahan dengan kesan dewasa yang melekat pada pria itu. Mederick bener-benar seorang cassanova yang berbahaya untuknya “Jangan mendekat!” Ucap Ariella saat Mederick mendekatinya, memojokkannya dengan tubuh teg
“Orang yang kau tau sebagai calon suami, bagaimana perasaanmu jika dia mati?” Mederick berucap datar, pandangannya tertuju pada mata coklat Ariella. Ariella terdiam, dia belum memikirkan ini meskipun sejak awal Ariella tau jika Malkin tidak memiliki semangat untuk hidup. Sejak bertemu dengan Malkin, Ariella sudah menduga jika pria itu sangat pasrah dengan hidupnya terlebih dengan adanya kejadian hari ini membuat Ariella yakin jika Malkin benar-benar mencoba untuk membunuh dirinya sendiri. “Menyesal….” Ucap Ariella pelan, mata coklatnya bersitatap dengan manik keabuan Mederick yang terpaku menatapnya “Menyesal karena gagal untuk memahaminya dengan baik… bahkan disaat terakhirnya aku tidak bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya” Sambung Ella tanpa sadar meneteskan air matanya, inilah perasaan yang sejak tadi tidak Ariella pahami. Mederick kaget ketika melihat Ariella menangis, namun setelahnya pria itu tersenyum miring. “Kenapa kau menangis? Seperti bocah” Ucap Mederick dengan
“Emm..” Ariella memberontak, mendorong dada bidang Mederick untuk melepaskan ciuman panas yang pria itu berikan padanya “Babe!” Wanita pirang yang tadi menjadi lawan cumbuan Mederick berteriak kesal, dia menarik tangan Mederick dan.. Plak.. “Jalang! beraninya kau menggoda kekasihku!” Ariella mematung tak percaya, wanita pirang itu menampar dan berteriak marah padanya BRUK Mederick mendorong wanita itu jatuh ke lantai lalu mendekap tubuh Ariella dengan erat. Otak Ariella buntu, tidak bisa mencerna secara cepat apa yang baru saja terjadi hingga tangan Mederick menyentuh dagu nya, mengarahkan wajah cantik itu untuk menatap Mederick dan mengusap pipi Ariella yang memerah, “babe.. apa yang kau lakukan?” Tanya wanita pirang itu Mederick mengecup pipi Ariella, membuat Ariella tak memahami jalan pikiran Mederick yang memang jauh dari kata ‘waras’ itu. “This bitch” Ucap Mederick dengan tajam, baru saja Mederick hendak bergerak, tangan Ariella menghentikannya “Jangan kasar padanya” Ariel
“LEPASKAN!” Ariella mencoba untuk menarik tangannya yang terus digenggam erat oleh Mederick saat pria itu bergerak menekan tombol lift. Ting.. begitu pintu lift terbuka ada seorang wanita dengan setelan kemeja merah dan rok pensil dengan panjang diatas lutut, wanita itu menatap Ariella sekilas lalu beralih pada Mederick. “Oh Mederick Winston senang bertemu denganmu disini” Ucapnya dengan senyum tipis yang menggoda “Minggir!” Ucap Mederick datar “Gezz, kau pemarah sekali.” Ucap Melisa sambil berjalan keluar dari lift. Wanita itu mengusap kemeja Mederick lalu mengerlingkan matanya mata Ariella. “Jadi dia yang kau pilih?” Ucap Melisa dengan tatapan mengejek. Ariella diam menyimak percakapan keduanya, setelah diingat lagi wanita didepannya ini adalah seorang model victoria secret yang pernah dikabarkan berkencan dengan Mederick “Bukan urusanmu!” “Ku akui dia cantik tapi bodynya bukan tipemu kan?” Celetuk Melisa, Ariella memutar bola matanya malas andai saja tangannya tidak ditahan o
“Kita dalam posisi yang sama Riel, Aku akan membantumu merebutnya dengan mudah, semua balas dendammu akan terpenuhi” ucap singkat Mederick. Sudut bibir Ariella terangkat, membentuk senyuman tipis. “Aku tidak tertarik. Hidupku akan semakin merepotkan dengan sebuah dendam” Ucap Ariella, smirk tampak dibibir Mederick hingga Ariella merinding dibuatnya “Kau yakin? Bukankah tujuanmu saat menerima Malkin adalah untuk balas dendammu itu?” “Sejauh apa kau tau tentangku Mederick Winston?” “Lebih dari yang kau bayangkan” Ucap Mederick dengan senyum misterius “Menikahlah denganku, aku jamin kau akan mendapatkan semua yang kau inginkan. Kecuali kebebasan” Mederick membatin diakhir kalimatnya “Lalu apa yang kau dapatkan? Tidak mungkin sesuatu yang kecilkan?”ucap Ariella dia sedang berusaha untuk mengetahui maksud Mederick “Aku mendapatkanmu.” Jawab Mederick, pria itu menyilangkan kakinya, menatap Ariella dengan angkuh. Ariella tersenyum kecut, Mederick benar-benar sudah bertekad. Mengesampin
Secara perlahan kelopak mata Ariella terbuka, kepalanya terasa pusing. Seingatnya dia berada diruang kerja Mederick karena pria itu memanggilnya namun bukannya bertemu Mederick, Ariella justru merasakan tancapan benda tajam dilengannya dan perlahan kesadarannya menghilang. “Pria itu benar-benar..” Ariella menghela napas lelah, kenapa dia mudah sekali lengah hingga bisa dibius dengan mudah oleh siapapun, ralat bukan siapapun namun hanya oleh Mederick Winston. Sepertinya belakangan ini kewaspadaan nya menurun karena kesepakatannya dengan Mederick. “Selamat siang Ella” Suara seroang wanita menyapanya “Sarah” “Bagaimana keadaanmu?” Tanya Sarah “Cukup baik” Ucap Ariella, dia menatap Sarah yang membawa sebuah kotak berisikan perhiasan “Ini kamar siapa?” Tanya Ariella, dia sadar jika kamar yang ditempatinya saat ini bukanlah kamarnya di Mansion Mederick Sarah menatap Ariella lalu tersenyum “salah satu kamar di hotel Wston Ella, kemarin Tuan Mederick membawamu kesini. Kau tidak lupa kan
Suara tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Namun ciuman kedua mempelai yang baru saja menikah itu belum juga terlepas. Malahan kini tangan Mederick beralih kebelakang leher Ariella, mendorongnya untuk memperdalam ciuman mereka. Ciuman yang mulanya hanya sebuah kecupan dengan bibir yang menempel kini mulai panas dengan decapan kecil yang dilakukan Mederick. Mata Ariella yang terpejam kini terbuka sempurna kala lidah pria itu berusaha menerobos masuk. Ia melotot kearah manik abu-abu yang juga terbuka itu. Mendapati pelototan itu Mederick medesis lalu melepaskan ciuman panas mereka. Mederick menatap ke segala pejuru memindai semua tamu yang terdiri dari sekitar 100 orang itu terdiam membeku. Mungkin terintimidasi oleh tatapan tak bersahabat yang Mederick layangkan atau terkejut dengan rupa tuan muda Winston yang sangat tampan. “Jika setelah ini ada yang berani menyentuh istriku maka orang itu mati!” ucapan Mederick sontak membuat mereka menelan saliva kasar dan mengangguk patuh, memang p