Share

Bab 4. Terbongkar Semuanya

Setelah Emma dan Ethan menandatangani surat perjanjian kontrak hubungan, Emma memilih tetap tinggal di apartemen Gianyar karena dia masih berkuliah. Ethan menyetujuinya dengan syarat. Setiap libur kuliah, Emma harus menginap di rumah Ethan di Denpasar. Emma menyetujui syarat itu hanya untuk membuat Ethan senang. Dia masih belum bisa mencerna, apa yang sedang terjadi pada dirinya.

"Apa kamu membutuhkan sesuatu, Sayang?" Ethan berbicara dengan lembut pada Emma. Saat ini Ethan sedang berada di apartemen milik Emma.

"Tidak, Kak, terima kasih. Sepertinya aku harus mencoba mencerna lagi apa yang terjadi padaku." Emma berkata sambil menatap wajah Ethan di sampingnya.

"Apa yang harus dicerna, Sayang? Bersiaplah, karena besok adalah pesta untuk mengenalkan kamu pada dunia." Ethan menggenggam erat tangan Emma. Ethan lalu mencium punggung tangan Emma dengan lembut.

"Apa tidak terlalu cepat, Kak? Aku sangat gugup," ucap Emma dengan sedikit rasa khawatir.

"Aku ingin secepatnya, Sayang. Aku tidak mau menyia-nyiakan waktu. Apalagi aku sangat membutuhkan kamu berada di sisiku." Ethan mencari cara untuk membuat Emma yakin padanya.

"Baiklah, aku akan menyiapkan diri besok." Emma akhirnya tersenyum tulus di hadapan Ethan.

"Kamu hanya perlu istirahat, Sayang. Biar aku yang siapkan semuanya." Ethan terus membuat Emma tersanjung dengan segala yang dilakukannya. "Kamu bisa mengundang teman-teman kamu ke pesta kita. Aku akan adakan di hotel bintang 5 di Gianyar."

"Apa tidak terlalu mewah, Kak? Aku takut melakukan hal buruk saat pesta nanti dan akan membuat kamu malu." Emma merasa rendah diri karena dia belum pernah melakukan hal itu.

"Tidak ada yang akan menertawakanmu, Sayang. Kamu sekarang kekasihku, calon istriku." Ethan mencium kening Emma.

"Boleh aku tanya sesuatu, Kak?" Emma sedikit ragu ingin menanyakan alasan Ethan memilihnya.

"Sebelum kamu bertanya, bisakah kamu jangan memanggilku dengan sebutan kakak? Panggil aku dengan sebutan sayang atau baby." Ethan memprotes apa yang disebutkan Emma padanya.

"Tapi, Kak, aku tidak bisa memanggil kamu …." Emma merasa berat memanggil Ethan dengan sebutan sayang atau baby seperti yang diharapkan oleh Ethan.

"Coba saja dulu, Sayang." Ethan terus mendorong Emma untuk memenuhi permintaannya.

"Baiklah, Kak … Sayang, aku akan mencobanya." Emma berbicara dengan kaku saat menggunakan panggilan kesayangan yang diminta Ethan padanya.

"Gadis penurut," ucap Ethan sambil tersenyum penuh kemenangan. Emma merasa malu, karena baru pertama kalinya dia bersama seorang laki-laki dewasa seperti Ethan.

***

"Sial, kenapa Ethan memilih perempuan seperti itu untuk menjadi pendampingnya? Aku tidak akan berdiam diri. Kita lihat saja besok saat di pesta." Seseorang sedang memaki dan menggerutu dengan kesal karena Ethan memilih Emma untuk menjadi wanitanya.

*****

Pesta yang diadakan oleh Ethan digelar sangat mewah di ballroom hotel bintang lima yang terdapat di Gianyar. Emma disulap bagai putri cantik yang ditangani oleh MUA terkenal yang didatangkan langsung oleh Ethan dari luar negeri. Bagi Emma, semua yang terjadi padanya saat ini seperti mimpi. Emma merasa senang, tetapi juga khawatir.

"Maaf, bisa saya bicara sebentar?" Seorang perempuan masuk ke dalam ruang ganti Emma dan ingin berbicara kepadanya.

"Ada perlu apa ya? Maaf Anda siapa?" Emma menatap perempuan di depannya yang terlihat cantik dan anggun.

"Perkenalkan saya Pricilia, saya sekretaris Bos Ethan." Pricilia mengenalkan dirinya pada Emma sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Maaf, saya tidak tahu." Emma menyambut uluran tangan Pricillia sambil tersenyum ramah. "Saya Emma, apa Anda ada perlu dengan saya?" Emma menghentikan kegiatannya dan menatap Pricilia dengan serius.

"Sebelumnya saya ingin minta maaf terlebih dahulu. Saya ingin menyampaikan fakta tentang hubungan Anda dan Bos Ethan." Pricillia memulai aksinya dengan berbicara pada Emma. "Saya sebagai perempuan merasa kasihan pada Anda. Ethan memilih Anda karena dia telah membayar Anda dari ayah Anda. Ethan sudah memberikan sejumlah uang pada ayah Anda sehingga Anda diusir dari rumah dan tinggal bersama Ethan." Pricilia membeberkan semua hal yang dia ketahui dari Raka.

"Apa yang Anda katakan? Kak Ethan membantu saya di saat saya membutuhkan bantuan. Anda jangan asal menuduh." Emma tidak percaya dengan apa yang dibicarakan oleh Pricilia.

"Saya hanya menyampaikan apa yang saya tahu. Itu juga demi Anda sendiri, karena saya juga seorang perempuan." Pricilia mencoba meyakinkan Emma. "Saya permisi dulu."

Setelah kepergian Pricilia, Emma menjadi berpikir tentang apa yamg dibicarakannya. Emma menjadi tidak tenang saat pikirannya terus bertanya-tanya tentang perkataan Pricilia padanya. Emma menunggu Ethan datang ke ruangannya dan akan bertanya langsung padanya. Namun, dia merasa takut jika memang semua itu benar adanya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Cantik?" Ethan masuk ke ruangan Emma dan melihatnya sedang melamun. Emma segera menghampiri Ethan dan berdiri tepat di depannya.

"Aku mau tanya sesuatu. Apa benar kamu telah membayar papaku untuk bisa bersama denganku?" Emma bertanya langsung sambil menatap mata Ethan.

"Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, Sayang." Ethan menjawab dengan santai.

"Tadi sekretaris kamu datang ke sini dan bilang kalau kamu telah membeliku dari papa. Apa maksud semua itu?"

"Kamu diusir dari rumahmu sendiri, Emma. Aku hanya ingin membantu dirimu." Ethan mulai kesal dengan pertanyaan yang memojokkannya. "Sebagai gantinya, aku ingin kamu menjadi milikku karena aku menyukaimu. Itu saja."

Ethan keluar ruangan Emma dengan perasaan kesal. Dia memaki Pricilia dalam hatinya. Untuk apa Pricilia mencampuri urusan pribadinya dan membicarakan tentang perjanjiannya bersama si tua bangka Marchel. Ethan menjadi penasaran, siapa yang memberitahu Pricilia tentang hal itu.

Emma terus memikirkan semua itu. Dia ingin bertanya langsung pada sang ayah, tetapi sekarang dia masih terjebak dalam pesta yang digelar oleh Ethan. Acara belum dimulai, tetapi perasaan Emma sudah tidak tenang. Emma mencoba meminta bantuan pada Sintia untuk bisa menemui sang ayah dan menanyakannya langsung.

Setelah mencari cara dengan bantuan Sintia, sahabatnya, Emma bisa keluar dari hotel tersebut dan menuju ke rumah lamanya. Tidak peduli dia memakai pakaian yang mewah dan menjadi perhatian semua orang, Emma hanya ingin segera bertemu dengan ayahnya. Emma sampai di rumah lamanya setelah menempuh waktu 15 menit. Dia sedikit gugup saat masuk ke dalam rumahnya sendiri. Terlihat sang ayah yang sedang mabuk seperti biasanya.

"Papa," panggil Emma dengan suara sedikit keras.

"Ada anak Papa yang cantik dan sekarang sudah milik orang kaya." Marchel berceloteh tidak jelas.

"Emma mau tanya, apa benar Papa menerima uang dari Kak Ethan?" Emma tidak ingin berbasa-basi.

"Orang itu memang baik sekali. Papa minta berapa pun pasti dikasih. Sekarang Papa udah kehabisan uang dan akan meminta lagi. Kalau tidak …." Marchel segera menyetop omongannya karena dia sadar akan konsekuensinya jika Emma sampai tahu yang sebenarnya.

"Kalau tidak … apa yang akan dilakukan Papa?"

"Tidak ada. Kenapa kamu di sini? Pergi dari rumah ini!" teriak Marchel mengusir lagi anaknya.

"Apa yang Papa perbuat dengan Kak Ethan? Apa benar Papa menjual Emma padanya?" Emma terus bertanya pada Marchel.

"Papa tidak menjual kamu, Emma. Dia yang meminta kamu dan memberikan Papa uang …." Marchel tidak meneruskan perkataannya karena dia tidak ingin Ethan marah kepadanya.

Emma tidak mendengarkan lagi apa yang dikatakan Marchel. Emma segera berlari keluar dari rumahnya dan menangis. Dia tidak menyangka jika semua hal baik yang terjadi padanya adalah sebuah rencana yang sudah disiapkan oleh Ethan. Emma berlari tanpa tujuan dan dia berhenti saat dirinya telah lelah.

Emma tidak mengetahui jika dia telah diikuti oleh sebuah mobil hitam sejak dari hotel yang dia tinggalkan tadi. Emma berjongkok dan menangis sejadinya. Hidupnya yang sudah lama kacau dan berangsur membaik karena adanya Ethan, ternyata hanya semu belaka. Emma tidak percaya dengan semua itu.

Seseorang mendekati Emma yang masih saja menangis dan berjongkok sendirian di tempat yang terlihat sepi. Orang itu kemudian mengambil sapu tangan untuk menyekap Emma dan membuatnya pingsan. Emma merasakan ada pergerakan di belakangnya dan segera menoleh. Orang yang sudah dekat dengan Emma langsung mengunci Emma dan berusaha menyekapnya. Emma mencoba melepas kuncian orang tersebut, tetapi tenaganya tidak sebanding.

"Tolong!" Emma berteriak sekuatnya, tetapi tempat itu jauh dari keramaian.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bintang_Biru
dan akhirnya kau celaka karena kebodohanmu🥱
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status