Irma dan Lasmi sangat kegirangan, kali ini pasti Bima akan meninggalkan Dara. Lelaki mana yang masih menerima wanita yang ternoda oleh lelaki lain."Ikuti jalannya, Pak," ucap Irma."Sebelah sini," balas Lasmi.Bima sebenarnya merasa jijik saat Irma menggenggam tangannya. Dia ingin segera mengusirnya tapi dia masih bertahan karena harus mengikuti alur cerita yang dibuat oleh Irma."Apa masih lama?" tanya Bima."Sebentar lagi akan sampai," jawab irma."Sabarlah, kita akan segera bertemu dengan, Dara," balas Lasmi.Mereka bertiga berjalan dan sampailan di depan kamar dimana Dara dijebloskan dan disekap oleh Irma dan Lasmi."Di dalam sini," ucap Lasmi sambil menunjuk sebuah kamar."Benar, tadi kami mengantar dia ke dalam sini," imbuh Irma.Irma langsung menempelkan akses pintu dan membuka perlahan. Berharap sebuah pertunjukan menarik dapat Bima lihat.Lasmi juga sudah cengar cengir menantikan tubuh Dara yang dinikmati beberapa orang sekaligus. "Lihat saja, Dara. Malam ini tamat riwayatm
Wajah Dara memerah atas pertanyaan Bima. Dia tak sengaja mengatakan isi hatinya. Memang benar dia sangat iri pada wanita yang menggandengan lengan tangan Bima."Diam saja berarti cemburu," ucap Bima kemudian."Iya, aku memang cemburu!" seru Dara mengakui semuanya."Eh," ucapnya lalu menunduk."Tidak apa-apa katakan saja semua isi hatimu biar aku tahu," ucap Bima.Dara menumpahkan isi hatinya kali ini dia benar-benar mengakui semuanya. Dia cemburu saat Sela menghubunginya kembali, dia cemburu saat Sela datang memintanya untuk menjahui Bima. Dia sangat tidak suka saat Irma merangkul lengan tangannya."Apa kamu tahu semua itu membuatku terluka," ucap Dara sambil berlinang air mata."Cukup, jangan menangis lagi. Kalau tak bicara mana aku tahu, Dara," balas Bima lalu dia memeluk Dara.Dara masih menangis dalam pelukan Bima. Tapi lelaki itu malah senang karena Dara sudah mengeluarkan uneg uneg yang tersimpan di hatinta selama ini. Menjadikan Bima bisa tahu melakukan apa kedepannya."Terima
Lelaki itu menyunggingkan senyuman. Dia kini tahu kalau Bima punya kelemahan. Artinya dia bisa mendekati wanita di samping Bima demi mengalahkannya."Sela, kamu jangan khawatir. Hanya seorang wanita aku bisa membereskannya," ucap Orang itu."Bagus kalau begitu. Kamu harus menyingkirkan wanita itu dari sisi Bima," balaa Sela.Lalu mereka sepakat dan pergi meninggalkan rumah Dara. Bima yang mengendarai mobil tak sengaja melihat bayangan mobil Sela dari kaca spionnya."Sela?" gumam Bima."Apa dia mengawasi kami tadi?" tanya Bima dalam hatinya."Mungkin aku salah lihat, tapi aku harus menambah keamanan untuk Dara," gumam Bima dalam hatinya lalu dia melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.***"Anak nakal, jam berapa ini kamu baru masuk rumah?" tanya Nyonya Handoko."Jam sepuluh malam," jawab Bima."Satu lagi aku bukan lagi anak-anak," imbuh Bima lalu duduk di sofa."Tapi kamu tetap anak mama," jawab Nyonya Handoko.Bima menyunggingkan senyuman, sudah sebesar ini juga sudah pernah menikah d
Dara melihat paper bagnya, lalu dia menenteng ke atas agar terlihat jelas. Tas itu berisi kain flannel dan peralatan kerajinan tangan.“Untuk apa semua itu?” tanya Nyonya Handoko.“Ah ini untuk mengisi waktu sengganggku. Aku membuat kerajinan tangan dan aku jual online,” jawab Dara.“Memangnya gaji kamu tak cukup?” tanya Nyonya Handoko lalu menoleh ke Bima.Nyonya Handoko melotot ke Bima, “Kamu naikkan gajinya, sudah capek menjaga anakmu kenapa kamu kasih gaji kecil,” ucapnya kemudian.Nyonya Handoko marah sekali sama Bima, dia ini kenapa tidak peka dengan apa yang dilakukan oleh Dara. Dia bertindak seperti itu karena kekurangan uang. Dara menjadi tidak enak karena Bima menjadi kena marah oleh Nyonya Handoko. Lalu dia duduk di samping orang tua itu untuk menjelaskan.“Aku sudah menawarkan naik gaji,” ucap Bima.“Tapi dia tetap tidak mau,” imbuh Bima.“Tante, aku tidak kekurangan gaji. Sebagai wanita aku harus produktif dan tidak sekedar mengandalkan uang suami kelak. Aku harus menyiap
Pria itu tersenyum, menatap kecantikan Dara ia terpana pantas saja Bima tergila-gila padanya.Tapi mendekati wanita Bima adalah tantangan buatnya."Bisa kita mengobrol sebentar?" tanya Pria itu."Aku tak ada waktu, maaf," jawab Dara."Oh, sayang sekali padahal aku ingin mengobrol denganmu," ucap Pria itu."Aku ada urusan yang penting jadi tak bisa mengobrol denganmu," balas Dara.Pria itu memberikan kartu nama untuk Dara. Dia bernama Sandi dengan jabatan direktur di sebuah perusahaan make up.Dara menerimanya dan menyimpannya di tas."Kalau ada waktu silahkan hubungi aku," ucap Sandi."Baik," jawab Dara singkat lalu pergi.Sandi memandangi Dara dengan senyuman yang menawan. Lalu Sela datang dan menepuk pundaknya."Kamu tak boleh jatuh cinta padanya," tegur Sela."Kenapa tidak boleh. Dia cantik dan punya pesona," ucap Sandi."Ingat tugasmu hanya menghancurkan hidup wanita itu. Buat dia menjauh dari Bima," balas Sela."Aku rasa aku tahu kenapa Bima tak mau lagi berurusan denganmu," ucap
Brian sempat menengok kebelakang dari dalam mobil saat baru saja mobil berjalan dan menemukan sosok Sandi. "Apa lelaki itu yang dimaksud Tante, Dara," gumam Brian."Kamu kenapa. Tidak seperti biasanya kamu menoleh ke belakang seperti itu," ucap Dara sambil menepuk punggung Brian."Ah tidak apa-apa, ada orang aneh di sekolah," jawab Brian.Dara mengerutkan kening. Ada orang aneh apaan sih maksud Brian ini. Dara mengelus rambut anak itu dan merangkulnya. "Kamu itu tidak boleh berkata seperti itu pada orang, ya. Emang mau kamu dikatain aneh?" tanya Dara."Tidak mau," jawab Brian."Lain kali tak boleh seperti itu," balas Dara.Brian hanya mengangguk, dia hanya memikirkan cara untuk memanas-manasi ayahnya nanti saat pulang kerja. Hal ini untuk mempercepat sang ayah untuk melakukan lamaran pada Dara."Kenapa senyum-senyum seperti itu?" tanya Dara."Tidak, aku hanya sedang memikirkan cara untuk mendapat perhatian lebih dari Tante Dara," jawab Brian."Kamu ini, nggak usah pakai trik. Sudah
Brian mengingat bagaimana ciri-ciri pria yang dilihatnya tadi pagi. Dia lalu mendeskripsikan bagaimana perawakan, warna rambut juga postur tubuhnya pada sang ayah.“Seperti itulah kira-kira,” jawab Brian.“Ah sepertinya orang itu,” balas Bima.“Sepertinya kalian punya cerita yang menyenangkan,” ucap Dara lalu menyodorkan satu porsi ayam saus mentega untuk Bima.Brian melihat makanan itu dan tampak ingin memakannya, tapi sayang sekali itu jatah makan ayahnya. Dia sudah makan tadi bersama nenek dan Dara.“Hanya obrolan biasa antara ayah dan anak,” ucap Bima lalu menyendok nasinya.“Tante, apa boleh aku makan lagi?” tanya Brian.“Kamu tanya saja pada ayahmu,” jawab Dara.Bima menggelengkan kepalanya, malam ini Brian pasti sudah menambah porsi makan saat Dara memasakkan makan malam untuknya, biasanya bocah itu juga sudah makan cemilan selesai belajar. Bima tidak mengijinkannya makan lagi karena takut Brian akan mengalami obesitas.“Kamu tidak boleh makan lagi, ayah lihat tadi di dekat tem
Bima menatap Dara dengan tatapan tidak suka, apa dia tidak menyadari kalau Bima sangat terluka dan sakit hati kalau Dara didekati pria lain.“Sungguh tidak berperasaan,” ucap Bima.“Kenapa jadi tidak berperasaan, tidak nyambung sekali,” gumam Dara.“Kamu yang tidak berperasaan,” balas Bima.Brian tertawa melihat keduanya, dia lalu mendekat ke arah Dara, “Tante, Ayah itu cemburu. Dia tidak suka ada lelaki yang mendekati Tante,” ucap Brian lalu tersenyum.Dara dan Bima menjadi salah tingkah sendiri, wajah Dara memerah karena mendengar ucapan ini dari anak kecil. Jantung kembali berdetak lebih cepat dari biasanya. Dara berlari ke kamar mandi agar wajahnya yang sedang malu itu tidak terlihat jelas oleh Bima.***“Ya Tuhan, kenapa jantungku harus berdetak sekencang ini,” gumam Dara dari balik pintu kamar mandi.Dara berjalan ke depan cermin, dia menatap wajahnya yang merah seperti kepiting rebus. Lalu dia membasuh wajahnya menggunakan air di wastafel kamar mandi.“Pria itu masih saja sama