Kakek Andra tersenyum menatap calon cucu menantunya disertai gelengan kepala samar.Ketika sidang kemarin, keunggulan berada dipihak lawan tapi ajaibnya pagi ini sidang langsung mendapat keputusan akhir dengan membacakan seluruh bukti beserta pasal-pasal yang menguatkan kemenangan pihak Gunadhya.Siapa lagi dalang dibalik semua ini bila bukan King? “Kamu tidak perlu melakukan ini, Nak ... kami sudah menerimamu menjadi calon mantu hanya dengan mendengar kesungguhanmu,” kata sang Kakek sambil menepuk pundak King.Tentu Andra sudah mengerti dengan apa yang sedang terjadi.“Kebetulan Kakek adalah pihak yang benar jadi aku hanya meminta mereka melakukan yang seharusnya,” tukas King merendah.Padahal kenyataannya tidak semudah seperti yang King ucapkan.“Thanks, Bro!” Kama berseru bahagia bukan main. Dua malam ia meninggalkan istrinya di rumah bagaikan dua tahun lamanya dan berkat King sekarang ia bisa langsung pulang ke Indonesia.“Anytime, Bro!” balas King dan keduanya bersalaman kemudia
“Marviiiiinnn!” Kejora menjerit setelah mendapatkan kecupan di sudut bibir dari lelaki itu.Ia paling tidak suka jika Marvin mengecupnya jika tidak ada Arjuna.“Kenapa? Biasanya kamu tidak pernah menolak.” Marvin merasa tidak berdosa.Menatap langit-langit kamar, berbaring terlentang di atas ranjang Kejora dengan kedua tangan terlipat di belakang kepala.Bibir Kejora mencebik sebal, ia yakin Marvin tau jawabannya tapi pria itu pura-pura bodoh.Memilih mengabaikan sang teman tapi mesra yang kini sedang menguasai ranjangnya, Kejora kembali fokus pada tugas kuliah yang akan dikumpulkan esok hari.“Baby ... Arjunamu pulang ... .” Marvin memberi tau setelah tadi melompat dari atas ranjang untuk kemudian berdiri di sisi bingkai jendela mengintip ke luar.“Bersama tunangannya,” sambung Marvin membuat Kejora berlari secepat kilat menuju jendela.Marvin tersenyum tipis meningkahi refleks Kejora itu kemudian mengerutkan kening saat melihat raut wajah Kejora berubah sendu.Rasa sakit itu kembali
“Marvin?” Kejora mendongak, tubuhnya tidak bergerak karena lelaki itu memeluk erat.“Hem?” Marvin menjawab parau masih dengan mata terpejam.“Bangun! Kita akan kesiangan,” kata Kejora tapi sepertinya tidak sungguh-sungguh karena ia pun malah mengusel masuk kian dalam ke pelukan Marvin.“Kita bolos saja,” balas Marvin lalu mengecup kening Kejora.“Tapi aku sudah mengerjakan tugas.” Marvin terkekeh pelan membuat Kejora mengerutkan kening kembali mendongak menatap Marvin heran. “Ini hari sabtu Kejora.” Marvin menjawab kebingungan Kejora.Ya Tuhan, ia sampai lupa. Pantas saja Marvin terlihat santai tidak mengerjakan tugas, Kejora pikir sebelum ke rumahnya lelaki itu sudah mengerjakan tugas kuliah.“Ah kamu menyebalkan, kenapa tadi malam tidak memberitauku kalau hari ini libur?” kesal Kejora seraya memukul dada Marvin.“Agar kamu mengerjakan tugas, baby!” Marvin menangkap tangan Kejora yang kemudian ia lingkarkan ke tubuhnya.“Peluk aku ... kita tidur lagi,” gumam Marvin yang masih sanga
Pesta pernikahan terindah adalah impian setiap wanita karena berharap hanya akan dilakukan sekali seumur hidup.Sama halnya dengan Kalila yang hanya ingin menikah sekali saja dengan pria yang ia cintai dan tentu mencintainya juga.Lalu pesta pernikahan bagaimana yang diinginkan Kalila? Karena King tidak terlalu peduli dengan pesta, yang ia fokuskan adalah malam pertama.Jadi King menyerahkan semua kepada Kalila meski sesekali memberi saran jika sang tunangan cantiknya sedang kebingungan harus memilih salah satu diantara banyaknya pilihan dari mulai undangan, gaun, catering, dekorasi hingga cat kuku yang akan mempercantik Kalila pada pesta pernikahan nanti.Pesta tersebut tidak berlangsung di Indonesia melainkan di kota Paris, kota indah yang selalu menjadi destinasi wisata setiap pasangan yang saling mencintai.Sebuah gedung telah mereka sewa, balkon luas yang bisa menampung seratus orang dan menghadap menara Eifel akan menjadi tempat resepsi Kalila dan King.Gedung dengan gaya abad
“Hai Princes, angkat kepalamu ... nanti mahkotamu jatuh.” Suara bariton yang berasal dari belakang punggungnya membuat Kalila menoleh.Ia memang sedang menunduk mantap kedua tangannya yang basah. Ada tiara juga di kepalanya dengan long-sleeve ball gown berkerah V telah membalut tubuhnya begitu sempurna.“Abang ... .” Kalila melirih. Kembarannya datang, pria itu pasti merasakan apa yang sedang Kalila rasakan saat ini.“Butuh pelukan?” Kama merentangkan kedua tangan.Kalila segera memeluk Kakak kembarnya, jika diluar mereka tampak jauh tapi sejujurnya Kalila dan Kama memiliki ikatan batin kuat karena mungkin mereka adalah saudara kembar.Kama memang sengaja datang ke kamar rias Kalila, selain merasa hatinya resah, ia juga berpikir jika ucapan Kejora pasti akan mempengaruhi hati adik kembarnya.Jika dulu ketika mereka akan memegang perusahaan di Vietnam maupun di Jerman, Kalila tidak terlalu khawatir berpisah dengan kedua orangtuanya karena bisa kapan pun pergi mengunjungi mereka tapi se
Setelah makan siang yang mengharu biru, acara berlanjut pada resepsi pernikahan menyapa para tamu undangan yang merupakan kerabat dan keluarga.Ada juga beberapa kenalan dekat hadir dalam resepsi yang berlangsung di balkon besar yang menghadap menara Eifel.Pemandangan sore kota Paris begitu memukau dengan warna jingga di ufuk barat menambah kesan romantis pada pesta pernikahan itu.King dan Kalila berdansa diiringi band ternama dunia yang khusus disabotase jadwal manggungnya untuk memeriahkan pesta tersebut agar memiliki kesan mendalam.Kalila tersenyum menatap pria tampan yang sekarang telah berstatus menjadi suaminya.Janji yang King ucapkan kepada Ayah tadi menyentuh hati Kalila.Jadi boleh ‘kan jika ia berharap banyak pada suaminya?Berharap bisa mencintainya sekaligus seluruh keluarganya.Berharap bisa menyayanginya dengan menerima kelebihan beserta kekurangannya.Dan berharap untuk tidak pernah mengecewakannya apalagi dalam urusan pengkhianatan.Kata itu selalu terngiang dalam
Senja telah berganti malam tapi acara tak kunjung usai, Kalila masih mengobrol bersama keluarganya tapi King sudah tidak sanggup menahan lebih lama lagi. Ia sudah menahan dirinya selama setahun dan hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu untuk memiliki Kalila seutuhnya. Tapi acara tidak akan berakhir jika tidak ada yang mengakhirinya karena pesta ini adalah pesta keluarga yang tidak memiliki rundown acara yang pasti. Maka King harus mengakhirinya jika memang ingin acara berakhir. Kalila memekik saat merasakan tubuhnya melayang, ternyata King menggendongnya. “Tuan dan Nyonya, silahkan nikmati pestanya tapi saya dan istri pamit undur diri karena ada urusan penting yang harus segera kami selesaikan,” kata King tanpa tau malu. Seluruh keluarga beserta tamu undangan tertawa, mereka semua mengerti maksud dari ucapan King. Kalila memeluk leher King erat, membenamkan wajahnya yang memerah di pundak suaminya. King melangkah cepat menuju pintu utama gedung diikuti yang lain.
Terdengar dengkuran halus dari hidung Kalila tapi King tidak akan membiarkan istrinya tidur dulu, hasratnya belum padam.King menekan bokong Kalila membuat wanitanya terhenyak.“King,” gumam Kalila terusik.Tubuh King menegak membawa Kalila ikut serta, tidak ada yang bisa sang wanita lakukan selain melingkarkan kedua tangan pada pundak prianya.Tubuh mereka berdua masih menyatu dan Kalila mulai merasa sesak dibagian bawah.“Kamu tidak lelah?” Kalila bertanya basa-basi, kabut di mata King seharusnya bisa menjawab pertanyaan tersebut.Alih-alih mengeluarkan suara, King malah menyambar bibir Kalila melumat bagian atasnya lembut dengan kedua tangan menekan bokong Kalila agar miliknya bisa masuk lebih dalam lagi.Kalila mendesah, melepaskan pertautan bibir mereka kemudian menengadah saat sesuatu menghujamnya lebih dalam.Perih, ngilu bercampur nikmat, Kalila sendiri tidak mengerti kenapa rasa yang bertentangan itu bisa menghantam dirinya begitu hebat.Nalurinya bekerja, mulai menggerakan t