Carl mengikuti perintah Jonathan, ia juga melihat kepulan asap yang berasal dari arah jauh di dalam hutan."Apa yang terjadi, Tuan?" tanya Carl dengan khawatir."Mungkin ada yang membakar kayu atau batang pohon. Kita tidak akan tahu kepastian sampai kita memeriksanya," jawab Jonathan.Jonathan menarik tali kekang kudanya, membuat kuda itu berhenti. Carl juga mengikuti gerakan majikannya dengan menahan tali kekang kudanya, membuat kuda itu berhenti di belakang Jonathan.Jonathan turun dari kudanya dan memerintahkan Carl untuk memeriksa kepulan asap itu. "Aku akan mengamati ke arah sana. Jika ada hal yang mencurigakan, kita kembali ke rumah kosong itu.""Sesuai perintahmu, Tuan," jawab Carl, lalu Carl menarik kudanya pergi ke arah kepulan asap itu.---"Mike, sepertinya ada yang datang," Ucap Hazel, ketakutan.Tubuh Hazel menegang kala dia mendengar suara tapak kaki kuda yang menuju ke arah tempat di mana dia dan Mike sedang bersembunyi.Bukan hanya Hazel saja yang menegang, namun Mike
"Tuan, tolong jangan marah. Percayalah padaku. Jika aku dan Mike tidak ada hubungan apa-apa. Mike merangkulku tadi, karena aku kehilangan kacamataku." Di atas pelana kuda yang bergerak, Hazel memberikan penjelasan. Meski ia tahu jika Jonathan tidak akan percaya perkataannya. "Kau kehilangan kacamatamu? Atau kau lupa meletakkan kacamata matamu setelah tidur dengan Mike?"Sudah berapa kali Hazel membuang napas panjang. Dia tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana lagi. "Terserah, Tuan. Apapun hukuman yang akan Tuan berikan, aku akan terima." Jonathan tidak menjawab, ia hanya menggenggam tali kekang kuda dan terus bergerak menuju ke arah Villa. Hati pria itu terlalu sakit membayangkan bagaimana Hazel dan Mike bergelut di rumah kosong itu. 'Aku tidak percaya jika seorang wanita seperti Hazel membuat aku sekacau ini. Bagaimana bisa dia sampai pada titik ini? Apakah rasa cemburu ini benar-benar membuatku buta?'Sementara itu, angin yang berhembus semakin kencang, seolah mewakili bada
"Kamu itu seharusnya lebih tegas, Dong! Masa kamu membiarkan calon istrimu dibawa oleh sepupumu sendiri?!" Natasya semakin kesal. Wanita itu mondar-mandir tak karuan memikirkan rencana agar Jonathan bisa lepas dari jerat Hazel, wanita yang hanya dianggap sampah. Edward, yang duduk sambil memainkan gelas anggur juga ikut frustasi. Dia tidak menyangka jika Jonathan begitu terobsesi dengan Hazel. "Natasya, kau tahu sendiri Jonathan seperti apa, bukan? Bahkan Tante dan Paman pun tidak dapat mengatur Jonathan. Dan pernikahanmu, aku rasa, Jonathan hanya memanfaatkanmu demi mencapai tahta sang pewaris," ucap Edward. Telinga Natasya terasa panas. Sebelum Hazel berada di antara ia dan Jonathan, permainan seperti terkontrol dengan baik. Tetapi, semua impan dan rencananya gagal hanya karena kehadiran Hazel. "Aku harus membunuh wanita itu dengan tanganku sendiri—" ucapan Natasya terhenti kala Edward berdiri di hadapan wanita itu. "Membunuh? Kau pikir, aku akan membiarkan kau melakukan itu,
"Nak, kamu tidak pergi ke kantor?" Pagi-pagi sekali, Hazel sudah duduk di teras rumahnya. Mengirup udara pagi yang memberikan ketenangan bagi Hazel setelah ia mengalami beberapa kejadian yang membuat ia terluka. Mendengar suara lembut sang ibu, Hazel menoleh sambil tersenyum perih. "Aku akan pergi ke kantor, Bu. Tapi... Aku hanya datang memberikan surat pengunduran diriku," jawab Hazel, lemas. Malam itu, setelah Jonathan melemparkan uang, Hazel yang merasa terihina segera memungut pakaiannya dan pergi dari Vila.Dan Mike, pria itu sudah lebih dulu di antar oleh Carl, Hazel harus berlari membawa tangis keluar dari Vila memesan taksi. Dan saat ini, Hazel harus menerima nasib ketika Jonathan meminta Hazel memberikan surat pengunduran dirinya melalui email yang Hazel terima. "Loh, Nak, apakah kamu membuat masalah yang besar di perusahaan?" tanya Amy, terkejut mendengar penuturan putrinya. Hazel tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. "Tidak, Bu. Aku tidak melakukan sesuatu yang salah
"Tolong kerjakan yang ini juga. " Jonathan meletakkan beberapa dokumen di atas meja Hazel. Hasil yang melihat apa yang dibawa oleh atasannya itu membuat dia melongo, mulutnya terbuka lebar. "Tuan Presdir, ini ... Apakah aku sendiri yang harus mengerjakan semuanya?"Jonathan menyandarkan bokongnya di sisi meja. Pria bermanik biru itu menyilangkan kedua tangan, menatap Hazel yang duduk di kursi kerja dengan datar."Siapa yang menjadi atasan di sini, huh?" Hazel tertunduk, membenarkan kacamatanya. Percuma meminta keadilan dengan atasan laknat seperti Jonathan. Ingin sekali Hazel pergi dari perusahaan ini, meski dia membutuhkan perkerjaan tersebut. Namun, pada kenyataannya, Hazel bahkan tak mampu menolak kala Jonathan meminta ia tetap bekerja di perusahaan. "Aku paham. Dan aku akan mengerjakan ini semua," jawab Hazel, tangannya kembali bergerak di atas keyboard. Jonathan mengusap pucuk kepala Hazel. "Bagus, jika sudah selesai, antar ke ruanganku." setelah berkata demikian, Jonathan b
"Hazel, kau harus hadir dalam acara perusahaan malam ini," kata Jonathan Parker, pria itu tertunduk dengan tangan sibuk menekan keyboard. "Kau sebagai sekretarisku sudah bekerja selama dua tahun. Namun, kau tidak pernah berpartisipasi dalam acara perusahaan yang diselenggarakan. Jadi, malam ini, kau harus hadir."Jonathan Parker, pria 30 tahun, merupakan seorang Presdir di perusahaan, Parker & Whitlock International Trade Inc. Merupakan perusahaan perdagangan global dari negara Eldoria yang terkenal dalam mengekspor barang-barang mewah dan mengimpor bahan baku berkualitas tinggi.Jonathan Parker, pria yang memiliki mata biru dingin dan sikap yang cuek. Bahkan, ia jarang menatap lawan jenisnya ketika sedang berbicara. Tidak heran, banyak karyawan mengatakan jika direktur mereka tidak menyukai wanita."Tapi, Tuan, sa-saya tidak biasa dengan acara seperti itu. Apalagi dengan keramaian," ucap Hazel, tampak ragu-ragu.Bagi wanita berkacamata tebal seperti Hazel Bennett yang berusia 24 tahu
"Ah, kenapa wanita itu harus datang?" umpat Jonathan, kepalanya terasa ingin meledak malam ini.Jonathan yang sudah mabuk berat, melangkah gontai di atas lantai marmer lorong koridor, melewati pilar-pilar megah kediamannya. Beberapa jam yang lalu, dirinya menerima telepon dari sang ibu yang mengatakan jika Natasya, wanita yang kelak akan menjadi istrinya, akan tiba besok siang di negara Eldoria, negara di mana Jonathan berada.Bagi penerus Parker, perjodohan untuk sebuah bisnis bukan sesuatu yang asing. Hal itu dilakukan agar memperkuat kekuatan dan kekuasaan, hal seperti ini sudah menjadi tradisi bagi kalangan konglomerat."Pesta ini seharusnya menjadi menyenangkan. Gara-gara telepon, aku kehilangan kesenanganku," gumam Jonathan.Langkah gontai Jonathan terhenti ketika pemilik iris mata biru itu menangkap siluet seorang wanita sedang berdiri menyandarkan punggungnya di salah satu pilar dengan penampilan norak dan tampak begitu kolot. Ya, itu adalah Hazel. Wanita yang ingin sekali Jon
"Uuhh..."Hazel melenguh, membuka mata, iris matanya yang hijau tampak buram ketika dia mencoba membuka matanya lebih lebar menyisir keadaan ruangan."Kenapa tubuhku terasa begitu nyeri?" keluh Hazel mencoba menggerakkan tubuhnya. "Aduh, tubuhku seperti di amuk separuh penduduk kota." Hazel mencoba mengangkat kepalanya.Saat dia menoleh ke samping, pupil matanya membelalak melihat Jonathan tidur di sampingnya dalam penglihatan yang tidak baik. Sontak, kepala Hazel mundur dengan refleks.Dengan panik, tangan Hazel meraba area meja kecil di samping tempat tidur. "Kacamataku," dia tampak panik.Akan tetapi, ia tidak menemukan kacamatanya. Hazel merasakan detak jantungnya meningkat, kepanikan semakin menjadi. Wanita itu mengingat-ingat, mencoba mengumpulkan potongan-potongan memori yang kabur dari malam yang sudah berlalu."Astaga, aku tidak percaya jika aku melakukannya dengan atasanku sendiri." Hazel menggigit bibir, gelisah. Dia ketakutan.Semalam, bukan hanya satu kali Hazel dan atasa