Share

Bab 4

"Kenapa dari tadi aku berjalan, tapi aku tidak melihat gerbang utama? Seingatku, semalam aku melewati jalan ini menggunakan taksi," gumam Hazel.

Hazel melangkah melewati jalanan kawasan area Mansion Jonathan, meninggalkan tempat terkutuk yang membuatnya harus kehilangan kesuciannya. Dan saat ini, Hazel merasa dia tidak pernah sampai di gerbang utama setelah dari tadi berjalan.

"Aku lelah, perutku sakit. Belum lagi, tubuhku seperti akan demam. Mau sampai mana aku terus berjalan seperti ini?"

Hazel menarik napas dalam, menghirup oksigen, namun tidak cukup untuk mengusir rasa lelah yang menerjang dirinya. Langkahnya yang semula semangat, kini mulai goyah, seakan tiap tapak kaki yang menyentuh aspal dingin itu membutuhkan usaha yang lebih dari biasanya.

Hazel menghentikan langkahnya sejenak, menatap ke atas, mencari tanda-tanda langit yang akan menuntunnya keluar dari labirin ini. Namun, yang terlihat hanyalah pepohonan yang meranggas, seolah-olah mereka juga merasakan kesedihan yang sama.

“Sial, kenapa aku harus terjebak di sini?!” Hazel menendang udara kesal.

Sementara di dalam Mansion, Jonathan kini telah duduk di meja makan dengan gaya rambut yang disisir ke samping, menggunakan setelan jas mahal terlihat sempurna tanpa cela.

"Jose, beritahu kepada para pelayan maupun para pekerja. Jika ada yang lancang berbicara mengenai Hazel atau aku membawa wanita di kediamanku, aku tidak akan segan-segan memberikan konsekuensi kepada mereka!”

Jose yang merupakan kepala pelayan itu mengangguk ketika ia sedang meletakkan secangkir kopi di atas meja di mana Jonathan duduk.

“Baik, Tuan,” jawab Jose sopan.

Jonathan harus menjaga reputasinya sebagai penerus, dan tentunya di depan Calon tunangannya, Natasya Collins. Wanita yang dijodohkan dengan Jonathan. Wanita yang memiliki prestasi melimpah. Ya, meski Jonathan sendiri tidak mencintai Natasya.

Jangankan mencintai, secuil rasa pun tidak ia berikan kepada Natasya. Walaupun, kata orang-orang dari kalangan pebisnis mengatakan, jika Jonathan dan Natasya adalah pasangan yang paling sempurna.

Kenyataannya dalam perjodohan tersebut sudah tentu karena bisnis dan keuntungan. Bagi Jonathan, reputasi, kekuasaan, kekuatan, dan keuntungan jauh lebih penting. Karena dengan itu semua, orang-orang akan tunduk padanya.

"Cukup berpura-pura mencintai dan memainkan peran dengan baik adalah permainan yang seru," gumam Jonathan.

“Tuan, buket bunga untuk Nyonya Natasya sudah saya siapkan di dalam mobil. Apakah Tuan akan segera ke bandara sekarang?” tanya Carl yang datang melapor.

Jonathan melihat Carl dengan tatapan dingin. Pemilik mata biru itu mengangguk. "Iya, aku akan segera berangkat ke bandara. Pastikan Natasya menerima buket bunga itu dengan hati yang bahagia," ucap Jonathan.

Carl mengangguk cepat. “Tentu, saya memesan bunga dengan kualitas terbaik untuk Nyonya Natasha, Tuan," Jawab Carl. “Kalau begitu, saya permisi untuk menyiapkan mobilnya.” Carl memutar tubuhnya berlalu.

Jonathan masih duduk dengan tenang di kursi mewahnya, menyesap kopi yang masih panas lalu bertanya kepada Jose. "Jose, Apakah wanita itu sudah keluar dari kawasan Mansion?”

“Sepertinya, nona Hazel tersesat di hutan, Tuan. Dan nona Hazel juga belum sarapan,” jawab Jose.

Senyum tipis terbit di bibir Jonathan. Dia senang mendengar kabar itu. Pria itu seperti mendapatkan mainan baru.

“Jangan ada yang berani menolongnya ataupun memberinya makanan,” kata Jonathan tegas.

“Baik, Tuan.”

Jonathan memainkan cincin berwarna silver di jari telunjuknya, refleksi dari jendela menangkap kilauan yang sama dengan tatapan matanya yang dingin. Jonathan memutar cincin itu, seolah-olah dengan setiap putaran, Jonathan bisa memainkan takdir Hazel yang akan ia renggut.

“Tuan, mobilnya sudah siap.”

Jonathan segera berdiri dari kursi mewahnya saat Carl datang memberi tahu. Dia pun melangkah keluar dari kediaman.

Sementara itu, Hazel terduduk di bahu jalan sambil meluruskan kakinya yang lelah. Hazel merasakan otot kakinya berdenyut setelah berjalan jauh. Kini tubuhnya lemas dan juga area intimnya terasa begitu perih saat dia menggerakkan kakinya.

"Aaa ... Aku benar-benar lapar! Kenapa hutan Mansion seluas ini tidak ada buah yang tumbuh? Kenapa hanya pohon ek? Apakah aku harus memakan biji-bijian keras di sini seperti seekor tupai?!” Hazel berteriak frustasi.

Dia menengadah wajahnya ke langit berharap ada paha ayam yang jatuh atau ada hujan yang menetes. Namun, kesia-siaan yang ia dapatkan.

"Sialan," desah Hazel, suaranya terputus-putus oleh sesaknya napas. Rasa frustasi dan keputusasaan menyergapnya, membuatnya menendang udara dengan gerakan yang sia-sia.

Hazel tertunduk, bayangan penyesalan kini menyapa dirinya. Ia mengutuk dirinya sendiri atas apa yang ia alami. Satu kata yang Hazel sesali saat ini adalah kata "Seandainya" jika dia tidak datang. Nasib sial ini tidak akan menimpa dirinya.

"Ibu, maaf, mungkin aku akan telat sampai di rumah. Dan aku juga minta maaf kalau aku mungkin akan keluar dari pekerjaan ini. Aku ... aku tidak tahu harus bagaimana lagi," gumam Hazel, suaranya hampir tak terdengar. Dia merasa seolah-olah dunia berputar di sekelilingnya.

Hazel memiliki ayah tiri yang merupakan pria pecundang. Ayah tirinya itu tidak pernah tinggal di rumah selain pria itu datang lalu kemudian mengamuk. Sikap ayah tirinya yang kasar membuat Hazel selalu khawatir saat meninggalkan ibunya seorang diri.

"Jika ditanya aku sedih? Tentu saja aku sangat sedih. Aku memberikan kesucianku begitu saja kepada atasanku. Sekarang, aku malah tidak tahu aku berada di mana. Waktu tidak akan kembali ketika aku hanya meratapi apa yang sudah terjadi kepada diriku saat ini. Yang paling aku sedih saat ini, kapan aku bisa keluar dari hutan labirin terkutuk ini!" Hazel menjerit, mengacak rambutnya frustasi.

Tiba-tiba, suara gemuruh mesin mobil terdengar dari kejauhan. Hazel menegakkan kepala dan melihat sebuah mobil mewah berwarna hitam melaju mendekati Hazel di mana Hazel terduduk.

"Tuan Jonathan…" Hazel berdiri, dia berharap pria itu dapat melihatnya.

Walau Hazel sedang melarikan diri dari pria itu. Kali ini Hazel harus mengalah dan memohon agar ia bisa keluar dari labirin kediaman Parker. Hazel benar-benar khawatir dengan keadaan ibunya saat ini.

“Tuan… Saya mohon, tolong antar saya ke gerbang.” pinta Hazel, dia berteriak walaupun suaranya bergetar lemas.

Di dalam mobil, Jonathan tersenyum tipis, menatap Hazel dari balik kaca gelap. Dia merasa puas melihat Hazel dalam keadaan seperti itu.

"Jangan berhenti, lanjutkan saja," perintah Jonathan kepada Carl, dan mobil itu melanjutkan perjalanannya.

Saat mobil melaju, pikiran Jonathan sudah terbang jauh, merencanakan skenario berikutnya untuk menahan Hazel dalam jeratan. “Aku ingin melihat bagaimana kamu bertahan, Hazel,” gumam Jonathan.

Carl yang melihat sikap majikannya hanya menelan ludah. ‘Nona Hazel, kesalahan apa yang sudah Anda lakukan? Hingga Tuan berlaku seperti ini kepadamu?’ batin Carl, dia mencengkram setir mobil yang ia kendarai dengan kuat.

Sementara Hazel, mengulurkan tangannya ke arah mobil yang bergerak. “Tuan…” namun, tangan Hazel terulur di udara dengan sia-sia saat mobil mewah itu hanya melewati tubuhnya saja.

Hazel menatap mobil itu pergi, merasa seolah-olah harapan terakhirnya juga ikut pergi. "Atasan keparat!" umpat Hazel memaki.

Hazel menunduk, mencoba menahan air mata yang akan keluar. "Kenapa kau selalu melakukan hal ini, tuan?" Hazel mengepalkan kedua tangannya kuat, menahan emosi yang kapan saja akan meledak.

Wanita itu segera mengusap air matanya yang perlahan luruh di pipinya yang pucat. “Aku harus pulang! Aku tidak boleh menyerah!” Hazel kembali melanjutkan langkahnya.

Hazel pikir, dia akan mudah keluar dari Mansion neraka kediaman Parker. Pemiliknya, lebih-lebih dari seorang iblis. Gara-gara ajakan konyol dan ancaman pemecatan, dirinya harus terjebak dalam permainan Jonathan.

Jonathan yang melihat Hazel dari arah kaca dasbor pun tersenyum tipis. "Apa kau tahu, Hazel Bennett, kau itu sangat membosankan. Setelah apa yang terjadi di antara kita, aku rasa, kau lebih cocok menjadi pelayan di kediamanku," batin Jonathan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anggaraini
ntr Jonatan bucin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status